Ini kronologis tabrakan pedagang kopi di Istana Negara
A
A
A
Sindonews.com - Sumiyati (35) seorang saksi mata mengatakan, ketika peristiwa terjadi, Rujih (korban tewas,red) hendak membeli air panas di sebuah warung yang berada di seberang Jalan Medan Merdeka Utara.
"Dia jualan persis di belakang saya. Dia kan jualan kopi. Air panasnya habis. Makanya mau beli dulu," kata Sumiyati.
Selanjutnya, saat menyebrang persis di tikungan, kata Sumiyati, mendadak ada tiga motor yang saling berkejar-kejaran. Motor yang paling depan kemudian menabrak Rujih sampai terpental. Namun, belum sempat ke aspal, motor yang mengebut di belakang motor terdepan kembali menghantam tubuh Rujih.
Sehingga tubuh Ruji kembali terpental sampai ke trotoar. Sedangkan, motor yang menabrak pertama pun terjatuh dan pengemudinya tak sadarkan diri.
"Semua pedagang sampai teriak. Kasihan, sudah tua sekali bapak Rujih itu. Dia yang paling tua diantara kami (pedagang asal Madura,red)," kata Sumiyati.
Pedagang lainnya yang kerap berjualan di pintu timur Monas, Mukji (53) mengatakan, setiap Jumat dan Sabtu sebagian kawasan di depan Istana Negara itu memang selalu jadi tempat balap liar.
Biasanya, kata Mukji, jalur balapan liar itu adalah berputar mulai dari Jalan Pejambon-Jalan Medan Merdeka Timur-Jalan Medan Merdeka Utara (arah Istana Negara), berputar di depan Mahkamah Agung dan kembali ke Jalan Medan Merdeka Utara (arah Masjid Istiqlal)-Jalan Perwira-Jalan Lapangan Banteng Barat-Jalan Kathedral-Jalan Pos-Jalan Gedung Kesenian-Jalan Lapangan Banteng Utara-Jalan Perwira-kembali ke Jalan Pejambon.
Menurut Mukji, biasanya selama pebalap beraksi, rekan-rekan pebalap liar ini menunggu dan memarkir motor di perbatasan antara Jalan Medan Merdeka Timur dan Jalan Medan Merdeka Utara.
Mukji mengakui, biasanya polisi kerap mengusir pebalap liar ini. Namun terkadang setelah diusir dan polisi pergi, pebalap liar bakal kembali lagi dan membalap lagi.
"Dia jualan persis di belakang saya. Dia kan jualan kopi. Air panasnya habis. Makanya mau beli dulu," kata Sumiyati.
Selanjutnya, saat menyebrang persis di tikungan, kata Sumiyati, mendadak ada tiga motor yang saling berkejar-kejaran. Motor yang paling depan kemudian menabrak Rujih sampai terpental. Namun, belum sempat ke aspal, motor yang mengebut di belakang motor terdepan kembali menghantam tubuh Rujih.
Sehingga tubuh Ruji kembali terpental sampai ke trotoar. Sedangkan, motor yang menabrak pertama pun terjatuh dan pengemudinya tak sadarkan diri.
"Semua pedagang sampai teriak. Kasihan, sudah tua sekali bapak Rujih itu. Dia yang paling tua diantara kami (pedagang asal Madura,red)," kata Sumiyati.
Pedagang lainnya yang kerap berjualan di pintu timur Monas, Mukji (53) mengatakan, setiap Jumat dan Sabtu sebagian kawasan di depan Istana Negara itu memang selalu jadi tempat balap liar.
Biasanya, kata Mukji, jalur balapan liar itu adalah berputar mulai dari Jalan Pejambon-Jalan Medan Merdeka Timur-Jalan Medan Merdeka Utara (arah Istana Negara), berputar di depan Mahkamah Agung dan kembali ke Jalan Medan Merdeka Utara (arah Masjid Istiqlal)-Jalan Perwira-Jalan Lapangan Banteng Barat-Jalan Kathedral-Jalan Pos-Jalan Gedung Kesenian-Jalan Lapangan Banteng Utara-Jalan Perwira-kembali ke Jalan Pejambon.
Menurut Mukji, biasanya selama pebalap beraksi, rekan-rekan pebalap liar ini menunggu dan memarkir motor di perbatasan antara Jalan Medan Merdeka Timur dan Jalan Medan Merdeka Utara.
Mukji mengakui, biasanya polisi kerap mengusir pebalap liar ini. Namun terkadang setelah diusir dan polisi pergi, pebalap liar bakal kembali lagi dan membalap lagi.
(stb)