2 persen penduduk Jakarta alami gangguan jiwa

Jum'at, 29 Maret 2013 - 16:18 WIB
2 persen penduduk Jakarta alami gangguan jiwa
2 persen penduduk Jakarta alami gangguan jiwa
A A A
Sindonews.com - Guru Besar Tetap bidang Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FKM UI) Budi Anna Keliat mengatakan, Jakarta menduduki peringkat teratas penderita gangguan jiwa. Setidaknya dua persen penduduk Jakarta terkena gangguan jiwa berat.

Kemudian diikuti dengan Jawa Barat, yang 22 persen penduduknya terkena gangguan jiwa ringan. Sedangkan secara nasional, angka penderita gangguan jiwa adalah 0,46 persen.

"Faktornya banyak. Bisa masalah biologis, sosial, dan psikologis. Dengan adanya perawat kejiwaan disatu puskesmas, dapat mengurangi jumlah penderita gangguan jiwa," kata Budi Anna, Jumat (29/3/2013).

Kendati terhitung tinggi, namun jumlah perawat kesehatan jiwa di Indonesia sangat minim. Padahal keberadaannya sangat dibutuhkan. Penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan. Melalui cara penanganan dan pencegahan. Gejala awalnya, mulai dari tingkat stres hingga gangguan jiwa akut. Untuk itu, perawatan kesehatan sangat perlu dilakukan.

"Mulai dari dalam kandungan. Ibu hamil perlu dididik bagaimana cara memperlakukan janin, hingga melahirkan anak yang sehat. Ini pencegahan yang perlu dilakukan," tukasnya.

Diasumsikan, jumlah penderita gangguan jiwa se-Indonesia mencapai 1 juta orang. Namun, ruang perawatan yang tersedia hanya 90.000 tempat.

"Artinya, masih ada masyarakat yang tidak terlayani. Mereka ini yang tersebar di masyarakat, biasanya di kampung-kampung. Bahkan ada diantara mereka yang dipasung. Ini melanggar HAM," paparnya.

Kontribusi keperawatan jiwa pada pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum telah memberi dampak perbaikan kondisi kesehatan pasien dan keluarganya. Hal ini perlu terus dilakukan agar perawat terasa bermakna bagi pasien.

"Keperawatan jiwa di rumah sakit umum untuk pasien dengan masalah fisik, karena depresi dapat berdampak pada kualitas hidup. Namun sayangnya kesehatan jiwa belum menjadi program pemerintah," ujarnya.

Padahal, gejala sosial yang terjadi saat ini erat kaitannya dengan gangguan jiwa yang diderita. Kendati hanya gangguan jiwa ringan namun dapat memicu pada gangguan jiwa berat. "Sangat erat kaitannya. Jadi jangan remehkan masalah ini," kata Anna.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8628 seconds (0.1#10.140)