Aktivis HMI tuding KPK pengecut

Selasa, 26 Februari 2013 - 15:38 WIB
Aktivis HMI tuding KPK pengecut
Aktivis HMI tuding KPK pengecut
A A A
Sindonews.com - Aktivis Himpunan Mahasiswa (HMI) hari ini mendatangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka meminta KPK mengusut dugaan korupsi yang dilakukan anak dan istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono dan ibunya Ani Yudhoyono.

Massa yang menamakan dirinya HMI anti Cikeas itu menganggap, KPK seharusnya menjadi lembaga yang diamanatkan undang undang untuk membasmi korupsi yang sudah mengakar dan menggurita di Indonesia. Namun pada praktiknya, KPK tidak berani dalam menguak kasus korupsi di keluarga istana.

“KPK banci untuk mengusut itu. Malah yang terjadi KPK kini telah terjebak sebagai lembaga yang dikendalikan SBY,“ kata koordinator aksi Andika Febriandanu, saat menggelar orasi di depan gedung KPK, Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Andika pun mendesak KPK agar berani untuk segera menangkap dan mengadili kedua orang yang diduga telah menerima uang dari Nazarudin tersebut.

“Kami menolak keras intervensi yang dilakukan oleh istana. Agar pimpinan KPK lebih bisa bersikap arif dan bijak dalam memimpin pemberantasan korupsi di Indonesia,“ tegasnya.

Dalam aksinya tersebut, mereka juga memberikan sebuah kandang tikus sebagai tanda perlawanan mereka terhadap korupsi yang telah dilakukan keluarga istana.

Ibas memang sempat dikabarkan menerima aliran dana dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin. Kabar ini beredar di jejaring sosial twitter dari akun AbimanyuAbiputro, beberapa hari lalu, pada Minggu 10 Februari 2013.

Akun tersebut memberikan bukti foto yang disebutnya laporan keuangan perusahaan Nazaruddin yang disita KPK. Dalam laporan tersebut, putra SBY yang akrab dipanggil Ibas itu menerima USD900 di kurun waktu 18 Januari-29 Desember 2010.

Selain Ibas, Nazaruddin juga mengalirkan dana ke mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, sebesar USD500 untuk satu proyek. Aliran dana itu dialirkan dalam waktu yang sama dengan Ibas.

Selain itu, berdasarkan pemberitaan salah satu media nasional, kemarahan Presiden SBY terhadap Nazaruddin, sesaat sebelum eks Bendum Demokrat itu melarikan diri ke luar negeri, pada 23 Mei 2011.

Menurut sumber media yang kala itu menyaksikan pertemuan tersebut, Presiden SBY sangat marah, sampai dua kali menggebrak meja. Gebrakan yang pertama, setelah Nazar mengatakan bahwa Edhie Baskoro pernah menerima uang darinya yang diambil dari kas partai.

Gebrakan kedua, yang menyebabkan meja terpelanting, dilakukan sesudah Nazaruddin menyebutkan Ani Yudhoyono pun menerima uang darinya USD5 yang berasal dari kas Demokrat, dan merupakan pemberian Pertamina.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8412 seconds (0.1#10.140)