TPA Rawa Kucing cemarkan air warga
A
A
A
Sindonews.com – Belasan keluarga di Jalan Tangga Tehai, RT 04/02, Kelurahan Kedaung Baru, Kecamatan Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, menggantungkan kebutuhan mandi cucinya dari penampungan air hujan. Warga tidak dapat menggunakan air tanah karena berbau dan berwarna.
Sumadi, salah seorang warga yang telah bertahun-tahun menetap di kawasan tersebut mengatakan, air di lingkungannya tinggal tercemar akibat adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.
Air yang awalnya jernih kini berwarna kuning kehijauan, berampas dan berbau tidak sebab. Akibatnya, dia bersama beberapa warga lainnya menggantungkan air hujan sebagai salah satu sumber air keluarga.
“Untuk masak dan minum saya terpaksa beli air eceran Rp60 ribu perminggu, sementara untuk mandi ya terpaksa pakai penampungan air hujan,” katanya kepada wartawan, di Tangerang, Jumat (22/2/2013).
Akan terapi, dikatakan lelaki paruh baya ini, apabila hujan tidak turun, keluarganya terpaksa mandi dengan air seadanya. Kondisi inilah yang semakin membuat dia dan keluarganya resah dengan kondisi air yang kadang membuat gatal kulit.
Kondisi ini dikatakan Sumadi, sudah terjadi sejak 13 tahun lalu, saat TPA Rawa Kucing difungsikan. Bahkan, saat ini apabila dia mempergunakan air tanah untuk mencuci piring atau perlengkapan rumah tangga lainnya, perabotan tersebut berubah warna jadi kuning dan berkarat.
“Terlebih kalau logam atau besi, dia berubah jadi karatan,” tuturnya.
Namun begitu, dia bersama warga lainnya hanya bisa berharap, Pemerintah Kota Tangerang segera tanggap dan menyelesaikan masalah warga ini. Pasalnya TPA sangat mempengaruhi kualitas air di rumah-rumah warga.
Sumadi, salah seorang warga yang telah bertahun-tahun menetap di kawasan tersebut mengatakan, air di lingkungannya tinggal tercemar akibat adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.
Air yang awalnya jernih kini berwarna kuning kehijauan, berampas dan berbau tidak sebab. Akibatnya, dia bersama beberapa warga lainnya menggantungkan air hujan sebagai salah satu sumber air keluarga.
“Untuk masak dan minum saya terpaksa beli air eceran Rp60 ribu perminggu, sementara untuk mandi ya terpaksa pakai penampungan air hujan,” katanya kepada wartawan, di Tangerang, Jumat (22/2/2013).
Akan terapi, dikatakan lelaki paruh baya ini, apabila hujan tidak turun, keluarganya terpaksa mandi dengan air seadanya. Kondisi inilah yang semakin membuat dia dan keluarganya resah dengan kondisi air yang kadang membuat gatal kulit.
Kondisi ini dikatakan Sumadi, sudah terjadi sejak 13 tahun lalu, saat TPA Rawa Kucing difungsikan. Bahkan, saat ini apabila dia mempergunakan air tanah untuk mencuci piring atau perlengkapan rumah tangga lainnya, perabotan tersebut berubah warna jadi kuning dan berkarat.
“Terlebih kalau logam atau besi, dia berubah jadi karatan,” tuturnya.
Namun begitu, dia bersama warga lainnya hanya bisa berharap, Pemerintah Kota Tangerang segera tanggap dan menyelesaikan masalah warga ini. Pasalnya TPA sangat mempengaruhi kualitas air di rumah-rumah warga.
(san)