Tak punya biaya, bayi Jamkesda meninggal dunia

Rabu, 20 Februari 2013 - 00:32 WIB
Tak punya biaya, bayi...
Tak punya biaya, bayi Jamkesda meninggal dunia
A A A
Sindonews.com - Nasib malang menimpa orang tua bayi perempuan bernama Zara Naven. Bayi yang masih berusia tiga bulan, buah hati pasangan Herman Hidayat (25) dan Prefti (23) warga Jalan Kramat RT 003/012, Beji, Depok itu harus meregang nyawa karena keterbatasan biaya.

Zara mengidap penyakit kelainan jantung, dan harus dirawat inap di salah satu rumah sakit di Jakarta. Zara pun sudah dirawat sejak 15 Januari 2013 di ruang ICU, karena mengalami gangguan pernapasan.

Semula bayi Zara sempat dibawa ke RS Bakti Yudha, Depok, hingga akhirnya dirujuk ke RS di Jakarta. Namun karena tak memiliki biaya, orang tua Zara akhirnya mengurus Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Dinas Kesehatan Kota Depok.

"Awalnya saya pakai dana pribadi, seminggu setelahnya, saya baru dapatkan Jamkesda. Lalu ke RSUD, akhirnya dirujuk dirawat di RS di Jakarta, sudah hampir 40 hari," ungkap Herman, ayah Zara, yang berprofesi sebagai tukang gigi ini, Selasa (19/02/2013).

Program Jamkesda di Depok memang mengalokasikan plafon Rp100 juta per pasien. Namun, karena sudah hampir 40 hari dirawat di ruang ICU, biaya perawatan sudah hampir mencapai Rp60 juta.

"Saat itu dokter sudah tiga kali menjadwalkan operasi, tapi tidak kunjung dioperasi. Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk operasi, " ungkapnya sedih.

Namun, kata Herman, berulang kali ia mendapatkan sikap rumah sakit di Jakarta tersebut yang seolah mempersulit ia dan keluarganya. Dari mulai urusan surat menyurat, sampai obat yang harus ditebus sendiri.

"Alasannya Jamkesda tidak menanggung obat-obatan tersebut, beli pakai uang sendiri," tuturnya.

Semula Zara lahir dalam keadaan sehat. Di usia dua bulan, napas Zara terus sesak dan sulit bernapas, hingga akhirnya divonis mengidap kelainan jantung.

Herman meminta kasus bayinya dan pasien Jamkesda yang dipersulit rumah sakit, cukup menjadi kasus yang terakhir dan tak terulang lagi.

"Saya berharap rumah sakit jangan komersil urusin biaya melulu, harusnya bisa lebih bijak mengambil keputusan apalagi menangani orang susah. Jangan surat-surat dulu, tapi nyawa yang terpenting," tukasnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1578 seconds (0.1#10.140)