RSBI dibubarkan MK, SMAN I Depok kecewa
A
A
A
Sindonews.com - Pihak Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Depok menyesalkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membubarkan RSBI. Karena, sekolah bergengsi ini dinilai banyak mencetak siswa berprestasi.
"Kami sangat menyayangkan dan kecewa atas keputusan MK itu. Bila dicermati, RSBI sudah berjalan lima tahun. Sudah sekian besar biaya yang dikeluarkan pemerintah. Sekolah RSBI juga bilingual dan menggunakan bahasa Inggris," ujar Wakil Kepala Sekolah SMAN I Depok, Wirdan Achyar, Rabu (9/1/2013).
Wirdan menambahkan, sejauh ini banyak kelebihan yang telah dihasilkan oleh RSBI. Bahkan pihaknya mengklaim sudah memberikan kuota 20 persen untuk siswa miskin bersekolah di RSBI.
"Kejelekannya saja yang dihapus. Misalnya digratiskan, tak gunakan lagi Permendiknas itu, gunakan aturan baru yang segala pembiayaannya ditanggung oleh negara. Kami sudah adil dengan yang tidak mampu, 20 persen untuk siswa miskin, gratis atau kasih keringanan," tegasnya.
Lebih lanjut, Wirdan membantah, jika RSBI membedakan kasta bagi siswa miskin. Untuk mendapatkan siswa yang terbaik, lanjutnya, tentu harus melewati proses seleksi ketat.
"Katanya berkasta-kasta, apakah semua siswa bisa masuk sekolah unggulan, kan tidak. Karena terbatas oleh daya tampung. Karena itu harus dilakukan seleksi. Perguruan tinggi negeri saja ada kasta, UI sama Uncen kan juga beda," tukasnya.
"Kami sangat menyayangkan dan kecewa atas keputusan MK itu. Bila dicermati, RSBI sudah berjalan lima tahun. Sudah sekian besar biaya yang dikeluarkan pemerintah. Sekolah RSBI juga bilingual dan menggunakan bahasa Inggris," ujar Wakil Kepala Sekolah SMAN I Depok, Wirdan Achyar, Rabu (9/1/2013).
Wirdan menambahkan, sejauh ini banyak kelebihan yang telah dihasilkan oleh RSBI. Bahkan pihaknya mengklaim sudah memberikan kuota 20 persen untuk siswa miskin bersekolah di RSBI.
"Kejelekannya saja yang dihapus. Misalnya digratiskan, tak gunakan lagi Permendiknas itu, gunakan aturan baru yang segala pembiayaannya ditanggung oleh negara. Kami sudah adil dengan yang tidak mampu, 20 persen untuk siswa miskin, gratis atau kasih keringanan," tegasnya.
Lebih lanjut, Wirdan membantah, jika RSBI membedakan kasta bagi siswa miskin. Untuk mendapatkan siswa yang terbaik, lanjutnya, tentu harus melewati proses seleksi ketat.
"Katanya berkasta-kasta, apakah semua siswa bisa masuk sekolah unggulan, kan tidak. Karena terbatas oleh daya tampung. Karena itu harus dilakukan seleksi. Perguruan tinggi negeri saja ada kasta, UI sama Uncen kan juga beda," tukasnya.
(san)