Depok minta pengembang sediakan sarana ibadah
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kota Depok memperingatkan para pengembang di Kota Depok untuk menyediakan fasilitas ibadah. Peringatan ini terkait fasilitas ibadah di Saladin Square yang tidak memadai. Pasalnya, bangunan yang mirip kubah masjid emas tersebut sudah banyak memperdaya orang.
"Banyak yang lihat Saladin Square itu masjid, padahal kan tempat bisnis. Nah, waktu saya cek ternyata fasilitas untuk ibadah minim. Terus saya minta untuk membangun untuk musalla yang memadai dan katanya menyetujui. Ya tinggal kita tunggu saja," kata Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad, Minggu (7/10/2012).
Menurutnya, banyak bangunan yang berdiri sepanjang Jalan Margonda tidak memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH), lahan parkir, dan musallla. Contohnya Ruko Saladin yang letaknya tidak jauh dari Balai Kota Depok.
Dirinya sangat mengecam pengembang bangunan tersebut, karena menggunakan simbol-simbol Islam tanpa menyediakan fasilitas masjid sebagai tempat ibadah para pengunjungnya. Untuk itu, ia juga telah meminta kesepakatan untuk membangun masjid di dalamnya seluas 300 meter.
Pemkot Depok selama ini tidak memberikan aturan yang baku dalam hal pembangunan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) pada para pengembang. Akibatnya, banyak disalahartikan oleh pengembang tanpa memperhitungkan kembali sarana-sarana yang dibutuhkan masyarakat.
Dia menilai wajar bila terdapat musalla-musalla di pusat perbelanjaan seperti mal, tidak memenuhi standar kelaikan yang ada. "Memang harus diperlukan aturan yang jelas. Terutama dalam penetapan fasos fasum yang berlaku di mal-mal Depok," ujarnya.
Minimnya fasilitas yang disediakan pihak manajemen mal, ternyata berkiblat pada keluhan masyarakat. Pasalnya banyak pengunjung yang datang untuk menghabiskan waktu luang mereka dengan keluarga sambil berbelanja, sehingga saat waktu salat, mereka berbondong-bondong menuju musalla yang letaknya sempit serta minim tersebut.
Seperti yang diutarakan salah satu pengunjung mal Sari Uyun, yang mengaku tempat musalla yang kurang memadai. Seperti keran air yang terbatas, ruang sempit dan lokasinya yang berada di basement.
“Jelas ini tidak nyaman, padahal kita kan pengen saat jalan-jalan ke mal juga bisa salat dengan nyaman,” terangnya.
Uyun menilai, banyak mal di Depok yang memiliki musalla yang terpencil dan menyulitkan pengunjung. Menurutnya, pihak pengelola hanya memikirkan bisnis tanpa memikirkan kebutuhan pengunjungnya.
Tidak heran, lanjutnya, di saat waktu sholat tiba tumpukan pengunjung tak terhindarkan dengan mengantre wudhu dan salat.
“Ironi saja mas, mal sebesar ini musallanya kecil. Sudah tempatnya bau, airnya keci lagi, lengkaplah penderitaan," tuturnya.
"Banyak yang lihat Saladin Square itu masjid, padahal kan tempat bisnis. Nah, waktu saya cek ternyata fasilitas untuk ibadah minim. Terus saya minta untuk membangun untuk musalla yang memadai dan katanya menyetujui. Ya tinggal kita tunggu saja," kata Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad, Minggu (7/10/2012).
Menurutnya, banyak bangunan yang berdiri sepanjang Jalan Margonda tidak memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH), lahan parkir, dan musallla. Contohnya Ruko Saladin yang letaknya tidak jauh dari Balai Kota Depok.
Dirinya sangat mengecam pengembang bangunan tersebut, karena menggunakan simbol-simbol Islam tanpa menyediakan fasilitas masjid sebagai tempat ibadah para pengunjungnya. Untuk itu, ia juga telah meminta kesepakatan untuk membangun masjid di dalamnya seluas 300 meter.
Pemkot Depok selama ini tidak memberikan aturan yang baku dalam hal pembangunan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) pada para pengembang. Akibatnya, banyak disalahartikan oleh pengembang tanpa memperhitungkan kembali sarana-sarana yang dibutuhkan masyarakat.
Dia menilai wajar bila terdapat musalla-musalla di pusat perbelanjaan seperti mal, tidak memenuhi standar kelaikan yang ada. "Memang harus diperlukan aturan yang jelas. Terutama dalam penetapan fasos fasum yang berlaku di mal-mal Depok," ujarnya.
Minimnya fasilitas yang disediakan pihak manajemen mal, ternyata berkiblat pada keluhan masyarakat. Pasalnya banyak pengunjung yang datang untuk menghabiskan waktu luang mereka dengan keluarga sambil berbelanja, sehingga saat waktu salat, mereka berbondong-bondong menuju musalla yang letaknya sempit serta minim tersebut.
Seperti yang diutarakan salah satu pengunjung mal Sari Uyun, yang mengaku tempat musalla yang kurang memadai. Seperti keran air yang terbatas, ruang sempit dan lokasinya yang berada di basement.
“Jelas ini tidak nyaman, padahal kita kan pengen saat jalan-jalan ke mal juga bisa salat dengan nyaman,” terangnya.
Uyun menilai, banyak mal di Depok yang memiliki musalla yang terpencil dan menyulitkan pengunjung. Menurutnya, pihak pengelola hanya memikirkan bisnis tanpa memikirkan kebutuhan pengunjungnya.
Tidak heran, lanjutnya, di saat waktu sholat tiba tumpukan pengunjung tak terhindarkan dengan mengantre wudhu dan salat.
“Ironi saja mas, mal sebesar ini musallanya kecil. Sudah tempatnya bau, airnya keci lagi, lengkaplah penderitaan," tuturnya.
(hyk)