Ini cara obati gigitan Tomcat
A
A
A
Sindonews.com - Wabah serangga Tomcat di Surabaya dikhawatirkan menyebar ke wilayah Jakarta. Maka itu, warga Jakarta sebaiknya berhati-hati dan waspada apabila Tomcat benar telah menyerang.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Prof dr Tjandra Yoga Aditama ketika dikonfirmasi soal serangga ini mengatakan, Tomcat sepintas mirip semut, ukurannya rata-rata 1 centimeter. Tapi dia bisa menyengat layaknya kalajengking.
Sengatannya mengandung racun, menyebabkan dermatitis atau iritasi. "Serangga ini senang di tempat lembab dan tanaman seperti padi dan jagung. Dalam 3-4 tahun terakhir ini, memang ada laporan Tomcat menganggu kesehatan manusia, gatal-gatal bahkan didahului panas, iritasi, bintik-bintik, gatal, berair dan menimbulkan bekas hitam pada kulit," jelasnya kepada Sindonews, Selasa (19/3/2012).
Di dalam tubuh binatang ini memang terkandung racun yang disebut “paederin”. Sehingga, dermatitis terjadi walau hanya bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan serangga itu. Misalnya melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin.
Maka jika, menemukan serangka jenis ini, jangan dipencet agar racun tak mengenai kulit.
Sebaiknya, binatang kecil ini masukan ke plastik dengan hati-hati dan buanglah di tempat yang jauh dan aman. Jika kulit terlanjur terkena Tomcat sebaiknya siram dengan air mengalir dan sabun.
"Jangan lupa kompres bagian kulit yang terkena Tomcat, bisa udah timbul luka seperti luka bakar (lesi) dengan cairan antiseptik dingin," saran dr Tjandra.
Menurut Tjandra, Tomcat sejenis kelompok kumbang kecil. Badan berwarna orange dengan bagian bawah gelap dan kepala hitam. Bersayap tapi tersembunyi. Dia akan menggigit atau menyengat dengan cara mengangkat bagian perutnya.
Setidaknya ada 622 spesies menyebar di seluruh dunia. Sebelum di Indonesia, serangga ini pernah mewabah di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India.(lin)
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Prof dr Tjandra Yoga Aditama ketika dikonfirmasi soal serangga ini mengatakan, Tomcat sepintas mirip semut, ukurannya rata-rata 1 centimeter. Tapi dia bisa menyengat layaknya kalajengking.
Sengatannya mengandung racun, menyebabkan dermatitis atau iritasi. "Serangga ini senang di tempat lembab dan tanaman seperti padi dan jagung. Dalam 3-4 tahun terakhir ini, memang ada laporan Tomcat menganggu kesehatan manusia, gatal-gatal bahkan didahului panas, iritasi, bintik-bintik, gatal, berair dan menimbulkan bekas hitam pada kulit," jelasnya kepada Sindonews, Selasa (19/3/2012).
Di dalam tubuh binatang ini memang terkandung racun yang disebut “paederin”. Sehingga, dermatitis terjadi walau hanya bersentuhan langsung atau tidak langsung dengan serangga itu. Misalnya melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin.
Maka jika, menemukan serangka jenis ini, jangan dipencet agar racun tak mengenai kulit.
Sebaiknya, binatang kecil ini masukan ke plastik dengan hati-hati dan buanglah di tempat yang jauh dan aman. Jika kulit terlanjur terkena Tomcat sebaiknya siram dengan air mengalir dan sabun.
"Jangan lupa kompres bagian kulit yang terkena Tomcat, bisa udah timbul luka seperti luka bakar (lesi) dengan cairan antiseptik dingin," saran dr Tjandra.
Menurut Tjandra, Tomcat sejenis kelompok kumbang kecil. Badan berwarna orange dengan bagian bawah gelap dan kepala hitam. Bersayap tapi tersembunyi. Dia akan menggigit atau menyengat dengan cara mengangkat bagian perutnya.
Setidaknya ada 622 spesies menyebar di seluruh dunia. Sebelum di Indonesia, serangga ini pernah mewabah di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India.(lin)
()