Peran Orang Tua Dinilai Minim dalam Mengawasi Pergaulan Anak
A
A
A
JAKARTA - Kemunculan klinik aborsi ilegal di Jalan Paseban Raya, Jakarta Pusat mengagetkan masyarakat. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan pihak kepolisian bahwa kebanyakan pasien berasal dari kalangan remaja yang hamil di luar nikah.
Sosiolog Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis mengatakan, kejadian tersebut merupakan sebuah persolanan sosial dimana orang tua sudah tidak lagi berperan sebagai pengontrol terhadap lingkungan anak. Dewasa ini pun orang tua kian abai terhadap nilai moral yang mestinya dijunjung dalam kehidupan sehari-hari.
"Pada level mikro, orang tua sudah cenderung abai pada pergaulan bebas remaja yang berisiko," kata Rissalwan saat dihubungi SINDOnews, Kamis (20/2/2020). (Baca: Polisi Buru Bidan Pemasok Pasien Klinik Aborsi Ilegal)
Dia menilai perilaku abai dari orang tua itu yang menyebabkan remaja nekat datang ke tempat-tempat penyedia jasa penggugura kandungan. Terlebih jika mereka mengetahui anak-anaknya hamil diluar nikah maka mayoritas orang tua meminta anaknya untuk segera menggugurkan kandungan.
"Namun jika anaknya hamil. Orang tua justru akan marah besar. Sehingga ketika anak hamil, cenderung menggugurkan kandungan karena takut atau malah dipaksa orang tua," ujar Rissalwan.
Terakhir menurut dia, hal yang paling mendasar yakni sulitnya mereka menemukan sosok sebagai panutan dalam menjalankan kehiduoan sehari-hari. Terlebih budaya asing yang masuk le Indonesia dirasa saatnya perlu dicarikan solusi agar remaja tidak terjerumus ke dalam bebas.
"Pada level mezzo lemahnya kontrol sosial group daan ketiadaan materi pendidikan moral di sekolah. Sehingga rasa malu menjadi sangat berkurang. Ditingkat makro pengawasan lemah dari pemerintah terhadap keberadaan tempat-tempat yang memberikan layanan aborsi ilegal," ucapnya.
Sosiolog Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis mengatakan, kejadian tersebut merupakan sebuah persolanan sosial dimana orang tua sudah tidak lagi berperan sebagai pengontrol terhadap lingkungan anak. Dewasa ini pun orang tua kian abai terhadap nilai moral yang mestinya dijunjung dalam kehidupan sehari-hari.
"Pada level mikro, orang tua sudah cenderung abai pada pergaulan bebas remaja yang berisiko," kata Rissalwan saat dihubungi SINDOnews, Kamis (20/2/2020). (Baca: Polisi Buru Bidan Pemasok Pasien Klinik Aborsi Ilegal)
Dia menilai perilaku abai dari orang tua itu yang menyebabkan remaja nekat datang ke tempat-tempat penyedia jasa penggugura kandungan. Terlebih jika mereka mengetahui anak-anaknya hamil diluar nikah maka mayoritas orang tua meminta anaknya untuk segera menggugurkan kandungan.
"Namun jika anaknya hamil. Orang tua justru akan marah besar. Sehingga ketika anak hamil, cenderung menggugurkan kandungan karena takut atau malah dipaksa orang tua," ujar Rissalwan.
Terakhir menurut dia, hal yang paling mendasar yakni sulitnya mereka menemukan sosok sebagai panutan dalam menjalankan kehiduoan sehari-hari. Terlebih budaya asing yang masuk le Indonesia dirasa saatnya perlu dicarikan solusi agar remaja tidak terjerumus ke dalam bebas.
"Pada level mezzo lemahnya kontrol sosial group daan ketiadaan materi pendidikan moral di sekolah. Sehingga rasa malu menjadi sangat berkurang. Ditingkat makro pengawasan lemah dari pemerintah terhadap keberadaan tempat-tempat yang memberikan layanan aborsi ilegal," ucapnya.
(whb)