ACT Berikan Bantuan pada 10 Ribu Keluarga Prasejahtera di DKI
A
A
A
JAKARTA - Aksi Cepat Tanggap (ACT) melaunching program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia (SKPI) untuk membantu mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia ini. Tahap awal, ACT mendistribusikan beras wakaf, wakaf card, dan air mineral pada 10.000 keluarga prasejahtera di Jakarta ini.
"Hari ini kita, ACT soft launching sebuah program yang kami beri nama Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia. Program yang didedikasikan melayani sebaik-baiknya saudara kita yang masih di bawah garis kemiskinan atau keluarga prasejahtera," ungkap Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin pada wartawan di Kantor ACT, Menara 165, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2020).
Menurutnya, ACT sebagai lembaga kemanusiaan yang fokus membantu menangani persoalan kemanusiaan, tak hanya membantu masyarakat yang terdampak bencana alam dan konflik manusia saja, tapi juga kemiskinan. Sebabnya, kemiskinan merupakah salah satu persoalan kemanusian juga yang harus diatasi secara bersama-sama.
"Maka itu, kami layani 10.000 keluarga prasejahtera di DKI Jakarta, termasuk masyarakat yang terdampak banjir, berupa beras wakaf, wakaf card, dan air mineral. Setiap bulan, tiap keluarga prasejahtera akan mendapatkan beras 5 kg," tuturnya.
Dia menerangkan, selain darurat bencana alam, Indonesia pun termasuk negeri yang dianggap darurat kemiskinan. Maka itu, ACT pun mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia ini, baik dilakukan secara masing-masing, bersama-sama, maupun bisa melalui ACT.
"Beras wakaf ini dari mana? Ini semua dari lumbung beras wakaf dan sejauh ini kita sudah punya dua lumbung beras wakaf. Insya Allah kita rencana menuntaskan 100 lumbung beras di tahun 2020 itu, tentunya kita harap masyarakat pun terpanggil," terangnya.
Dia melanjutkan, air mineral gratis yang diberikan pada masyarakat pun berasal dari lumbung air wakaf yang didanai dari masyarakat dermawan yang mau menyedekahkan uangnya melalui program wakaf ACT. Adapun lumbung-lumbung itu dibuat untuk meluaskan partisipasi masyarakat Indonesua yang dermawan untuk bersedekah pada sesamanya yang membutuhkan.
"Kemiskinan di negeri ini pun merupakan cara Allah SWT memanggil kita untuk melakukan kebaikan dan meraih rida Allah, salah satu instrumennya dengan melakukan wakaf," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Philanthropy Distribution Center-ACT, Sri Eddy Kuncoro membeberkan, berdasarkan laporan Global Hunger Indox 2018, persoalan kelaparan di Indonesia berada di peringkat 73 di dunia dengan skor 21,9 atau berada pada level serius. Bahkan, data dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, di dunia ini tiap 4 detik seseorang meninggal karena kelaparan, 15 juta penduduk dunia bergulat dengan kelaparan hebat, dan 12 juta anak-anak meninggal karena kurang gizi.
Di Indonesia, angka kemiskinan mencapai 25,95 juta jiwa, sedangkan gaji masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, masih banyak yang hanya mendapatkan Rp383.000 dan Rp425.000 perbulan. Di Jakarta pun, masih ada sekitar 445 RW yang masuk kategori kumuh berdasarkan Badan Pusat Statistika di tahun 2018 lalu.
"Maka itu, khususnya di Indonesia, ACT memberikan pelayanan (distrubusi bantuan) pada masyarakat prasejahtera, tahap awal di Jakarta dan selanjutnya ke daerah lainnya di Indonesia karena kemiskinan terjadi di mana-mana," jelasnya.
Dia mengungkapkan, angka kemiskinan pun bisa bertambah di Indonesia ini manakala terjadi bencana, sebagaimana banjir dan longsor yang terjadi di Jabodetabek kemarin. Bahkan, seseorang bisa tergadaikan idealismenya, ideologinya, dan kedaulatan atau kebebasannya karena persoalan pangan. Adanya program SKPI ini, diharapkan bisa membantu, setidaknya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat prasejahtera itu.
"Adapun penerima manfaat yang kami layani ini, yakni keluarga prasejahtera, lansia, penghasilan di bawah UMR, dan kondisi rumah tak layak huni. Kami akan dampingi hingga mereka bisa berdaya dan berdaulat sendiri," katanya.
"Hari ini kita, ACT soft launching sebuah program yang kami beri nama Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia. Program yang didedikasikan melayani sebaik-baiknya saudara kita yang masih di bawah garis kemiskinan atau keluarga prasejahtera," ungkap Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin pada wartawan di Kantor ACT, Menara 165, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2020).
Menurutnya, ACT sebagai lembaga kemanusiaan yang fokus membantu menangani persoalan kemanusiaan, tak hanya membantu masyarakat yang terdampak bencana alam dan konflik manusia saja, tapi juga kemiskinan. Sebabnya, kemiskinan merupakah salah satu persoalan kemanusian juga yang harus diatasi secara bersama-sama.
"Maka itu, kami layani 10.000 keluarga prasejahtera di DKI Jakarta, termasuk masyarakat yang terdampak banjir, berupa beras wakaf, wakaf card, dan air mineral. Setiap bulan, tiap keluarga prasejahtera akan mendapatkan beras 5 kg," tuturnya.
Dia menerangkan, selain darurat bencana alam, Indonesia pun termasuk negeri yang dianggap darurat kemiskinan. Maka itu, ACT pun mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia ini, baik dilakukan secara masing-masing, bersama-sama, maupun bisa melalui ACT.
"Beras wakaf ini dari mana? Ini semua dari lumbung beras wakaf dan sejauh ini kita sudah punya dua lumbung beras wakaf. Insya Allah kita rencana menuntaskan 100 lumbung beras di tahun 2020 itu, tentunya kita harap masyarakat pun terpanggil," terangnya.
Dia melanjutkan, air mineral gratis yang diberikan pada masyarakat pun berasal dari lumbung air wakaf yang didanai dari masyarakat dermawan yang mau menyedekahkan uangnya melalui program wakaf ACT. Adapun lumbung-lumbung itu dibuat untuk meluaskan partisipasi masyarakat Indonesua yang dermawan untuk bersedekah pada sesamanya yang membutuhkan.
"Kemiskinan di negeri ini pun merupakan cara Allah SWT memanggil kita untuk melakukan kebaikan dan meraih rida Allah, salah satu instrumennya dengan melakukan wakaf," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Philanthropy Distribution Center-ACT, Sri Eddy Kuncoro membeberkan, berdasarkan laporan Global Hunger Indox 2018, persoalan kelaparan di Indonesia berada di peringkat 73 di dunia dengan skor 21,9 atau berada pada level serius. Bahkan, data dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, di dunia ini tiap 4 detik seseorang meninggal karena kelaparan, 15 juta penduduk dunia bergulat dengan kelaparan hebat, dan 12 juta anak-anak meninggal karena kurang gizi.
Di Indonesia, angka kemiskinan mencapai 25,95 juta jiwa, sedangkan gaji masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, masih banyak yang hanya mendapatkan Rp383.000 dan Rp425.000 perbulan. Di Jakarta pun, masih ada sekitar 445 RW yang masuk kategori kumuh berdasarkan Badan Pusat Statistika di tahun 2018 lalu.
"Maka itu, khususnya di Indonesia, ACT memberikan pelayanan (distrubusi bantuan) pada masyarakat prasejahtera, tahap awal di Jakarta dan selanjutnya ke daerah lainnya di Indonesia karena kemiskinan terjadi di mana-mana," jelasnya.
Dia mengungkapkan, angka kemiskinan pun bisa bertambah di Indonesia ini manakala terjadi bencana, sebagaimana banjir dan longsor yang terjadi di Jabodetabek kemarin. Bahkan, seseorang bisa tergadaikan idealismenya, ideologinya, dan kedaulatan atau kebebasannya karena persoalan pangan. Adanya program SKPI ini, diharapkan bisa membantu, setidaknya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat prasejahtera itu.
"Adapun penerima manfaat yang kami layani ini, yakni keluarga prasejahtera, lansia, penghasilan di bawah UMR, dan kondisi rumah tak layak huni. Kami akan dampingi hingga mereka bisa berdaya dan berdaulat sendiri," katanya.
(whb)