PKBM Aljauhar Bogor Gandeng Lima Homeschooling
A
A
A
BOGOR - Agar tetap eksis dan berkembang, pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) Aljauhar di Kelurahan Cimahpar dan Tegal Gundil, Bogor Utara, Kota Bogor ini menggandeng lima jasa usaha pendidikan luar sekolah atau bimbingan belajar (bimbel) sejenis homeschooling.
Ketua Pengelola PKBM Aljauhar Kota Bogor Tohir Kuswandi menjelaskan, sejak 2006 sudah bekerja sama dengan lima homeschooling di Bogor sebagai bagian dari upaya pengembangan lembaga pendidikan luar sekolah. "Sejak awal berdiri kita sudah menggandeng lima homeschooling. Alasannya, untuk membantu operasional para, guru tenaga kependidikan disini," katanya saat ditemui di PKBM Aljauhar, Cimahpar, Bogor Utara, Kota Bogor, Jumat (24/01).
Dia menuturkan, setiap tahunnya meluluskan 200-400 peserta dari berbagai program kelas kesetaraan baik paket A, B dan C. "Tahun 2019 saja 436 siswa penerima bantuan operasional pendidikan (BOP). Itu tidak termasuk yang dari lima homeschooling. Sebab homeschooling ini tak bisa menyelenggarakan ujian sehingga mereka harus menginduk kepada PKBM," ujarnya.
Peserta PKBM tak hanya dari Bogor saja, tapi dari Jabodetabek, bahkan ada yang dari luar Jawa juga. Pihaknya mengaku senang PKBM, lembaga yang dikelolanya ini mendapat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
"Sehingga berbagai prestasi dan penghargaan dari baik dari tingkat Kota Bogor maupun Provinsi Jawa Barat berhasil diperoleh. Maka dari itu PKBM ini menjadi semakin dikenal dan dipercaya ditambah kita memiliki website sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Upi Muzdalifah, istri Tohir yang menjabat Penanggung Jawab PKBM Aljauhar mengaku senang PKBM yang didirikan sejak 2006 ini dipercaya dan terus berkembang meski bantuan dari pemerintah hanya sebatas BOP untuk peserta reguler saja.
"Jadi PKBM Aljauhar ini ada dua pertama yang di Kelurahan Tegal Gundil berdiri di atas lahan fasilitas umum (fasum) perumahan. Seiring berjalannya waktu, kita punya rezeki beli tanah di Cimahpar. Kemudian untuk bangunan dan fasilitas lainnya ini dari hasil prestasi anak saya sebagai atlet renang (Kabupaten Bogor dan Jawa Barat) selalu menjadi juara," ujarnya.
Pihaknya, mengaku senang bisa membantu masyarakat yang memang ingin melanjutkan pendidikan kesetaraan demi menggapai cita-cita atau masa depannya. "Jadi awalnya niat saya memang ikhlas saja, kebetulan memang minat atau hobi saya senang mengajar. Sehingga saat sebelum pendidikan kesetaraan semacam PKBM ini ditanggung negara, kita membiayainya secara swadaya saja. Setelah ada BOP dari pemerintah maka kita fokuskan pada fisik bangunan dan fasilitas," ujarnya.
Dia berharap, PKBM yang dikelolanya ini mendapat perhatian dari pemerintah bukan hanya BOP, tapi untuk sarana prasarana atau infrastruktur penunjang lainnya. "Sebab sudah tiga kali kita mengajukan ke pemerintah belum pernah dapat (disetujui). Jadi sampai saat ini, kita belum memiliki ruang atau lokal fasilitas penunjang semacam laboratorium. Sudah ada komputernya tapi enggak ada ruangnya," ucapnya.
Ketua Pengelola PKBM Aljauhar Kota Bogor Tohir Kuswandi menjelaskan, sejak 2006 sudah bekerja sama dengan lima homeschooling di Bogor sebagai bagian dari upaya pengembangan lembaga pendidikan luar sekolah. "Sejak awal berdiri kita sudah menggandeng lima homeschooling. Alasannya, untuk membantu operasional para, guru tenaga kependidikan disini," katanya saat ditemui di PKBM Aljauhar, Cimahpar, Bogor Utara, Kota Bogor, Jumat (24/01).
Dia menuturkan, setiap tahunnya meluluskan 200-400 peserta dari berbagai program kelas kesetaraan baik paket A, B dan C. "Tahun 2019 saja 436 siswa penerima bantuan operasional pendidikan (BOP). Itu tidak termasuk yang dari lima homeschooling. Sebab homeschooling ini tak bisa menyelenggarakan ujian sehingga mereka harus menginduk kepada PKBM," ujarnya.
Peserta PKBM tak hanya dari Bogor saja, tapi dari Jabodetabek, bahkan ada yang dari luar Jawa juga. Pihaknya mengaku senang PKBM, lembaga yang dikelolanya ini mendapat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
"Sehingga berbagai prestasi dan penghargaan dari baik dari tingkat Kota Bogor maupun Provinsi Jawa Barat berhasil diperoleh. Maka dari itu PKBM ini menjadi semakin dikenal dan dipercaya ditambah kita memiliki website sendiri," ujarnya.
Sementara itu, Upi Muzdalifah, istri Tohir yang menjabat Penanggung Jawab PKBM Aljauhar mengaku senang PKBM yang didirikan sejak 2006 ini dipercaya dan terus berkembang meski bantuan dari pemerintah hanya sebatas BOP untuk peserta reguler saja.
"Jadi PKBM Aljauhar ini ada dua pertama yang di Kelurahan Tegal Gundil berdiri di atas lahan fasilitas umum (fasum) perumahan. Seiring berjalannya waktu, kita punya rezeki beli tanah di Cimahpar. Kemudian untuk bangunan dan fasilitas lainnya ini dari hasil prestasi anak saya sebagai atlet renang (Kabupaten Bogor dan Jawa Barat) selalu menjadi juara," ujarnya.
Pihaknya, mengaku senang bisa membantu masyarakat yang memang ingin melanjutkan pendidikan kesetaraan demi menggapai cita-cita atau masa depannya. "Jadi awalnya niat saya memang ikhlas saja, kebetulan memang minat atau hobi saya senang mengajar. Sehingga saat sebelum pendidikan kesetaraan semacam PKBM ini ditanggung negara, kita membiayainya secara swadaya saja. Setelah ada BOP dari pemerintah maka kita fokuskan pada fisik bangunan dan fasilitas," ujarnya.
Dia berharap, PKBM yang dikelolanya ini mendapat perhatian dari pemerintah bukan hanya BOP, tapi untuk sarana prasarana atau infrastruktur penunjang lainnya. "Sebab sudah tiga kali kita mengajukan ke pemerintah belum pernah dapat (disetujui). Jadi sampai saat ini, kita belum memiliki ruang atau lokal fasilitas penunjang semacam laboratorium. Sudah ada komputernya tapi enggak ada ruangnya," ucapnya.
(whb)