Banjir di Kabupaten Tangerang Rusak Lahan Pertanian dan Fasilitas Umum
A
A
A
TANGERANG - Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Bambang Sapto mencatat, hanya sekitar 12% wilayah Kabupaten Tangerang yang tergenang banjir 1-2 Januari 2020.
Banjir tersebut, katanya akibat luapan sungai yang melintas di Kabupaten Tangerang. Sungai-sungai itu adalah Cisadane, Cirarab, Cimanceuri, Cidurian, dan Kalisabi. Sedikitnya, ada 5,6% warga yang terdampak. "Pertama di Sungai Cisadane. Menggenangi lima Kecamatan, yakni Kecamatan Curug, Legok, Sepatan, Pakuhaji, Teluknaga," kata Bambang, kepada wartawan, Rabu (8/1/2020) sore.
Di Sungai Cirarab, banjir menggenangi empat kecamatan, yakni Legok, Curug, Cikupa dan Pasar Kemis. Di Sungai Cimanceuri, banjir merendam sembilan kecamatan, terdiri dari Legok, Tigaraksa, Cikupa, Balaraja, Sukadiri, Jambe, Rajeg, Pagedangan dan Kronjo.
Sedang Sungai Cidurian menggenangi empat kecamatan, yakni Cisoka, Jayanti, Kresek, dan Kronjo. Untuk Sungai Kalisabi, luapannya menggenangi satu Kecamatan Kelapa Dua.
"Dampak banjir menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan tambak, daerah pesisir dan pemukiman nelayan, pemukiman penduduk, industri dan pergudangan, fasilitas umum seperti sekolah, jalan dan lainnya, serta layanan kesehatan masyarakat," ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar mengatakan, bencana banjir yang terjadi di Jabodetabek mempunyai keterkaitan yang sangat erat satu sama lain.
"Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dan penanganan secara terpadu antara wilayah Jabodetabek dalam proses perencanaan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Ini perlu dibahas bersama," sambungnya.
Menurutnya, curah hujan yang tinggi dan kiriman air dari hulu, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di 12% wilayah Kabupaten Tangerang tersebut.
"Berkurangnya daerah resapan air, degradasi lingkungan, penyempitan, serta adanya pendangkalan sungai akibat sedimentasi lumpur, sampah dan belum tertatanya irigasi atau normalisasi sungai juga menjadi faktor lain yang harus diperhatikan," pungkasnya.
Banjir tersebut, katanya akibat luapan sungai yang melintas di Kabupaten Tangerang. Sungai-sungai itu adalah Cisadane, Cirarab, Cimanceuri, Cidurian, dan Kalisabi. Sedikitnya, ada 5,6% warga yang terdampak. "Pertama di Sungai Cisadane. Menggenangi lima Kecamatan, yakni Kecamatan Curug, Legok, Sepatan, Pakuhaji, Teluknaga," kata Bambang, kepada wartawan, Rabu (8/1/2020) sore.
Di Sungai Cirarab, banjir menggenangi empat kecamatan, yakni Legok, Curug, Cikupa dan Pasar Kemis. Di Sungai Cimanceuri, banjir merendam sembilan kecamatan, terdiri dari Legok, Tigaraksa, Cikupa, Balaraja, Sukadiri, Jambe, Rajeg, Pagedangan dan Kronjo.
Sedang Sungai Cidurian menggenangi empat kecamatan, yakni Cisoka, Jayanti, Kresek, dan Kronjo. Untuk Sungai Kalisabi, luapannya menggenangi satu Kecamatan Kelapa Dua.
"Dampak banjir menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan tambak, daerah pesisir dan pemukiman nelayan, pemukiman penduduk, industri dan pergudangan, fasilitas umum seperti sekolah, jalan dan lainnya, serta layanan kesehatan masyarakat," ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar mengatakan, bencana banjir yang terjadi di Jabodetabek mempunyai keterkaitan yang sangat erat satu sama lain.
"Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dan penanganan secara terpadu antara wilayah Jabodetabek dalam proses perencanaan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Ini perlu dibahas bersama," sambungnya.
Menurutnya, curah hujan yang tinggi dan kiriman air dari hulu, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di 12% wilayah Kabupaten Tangerang tersebut.
"Berkurangnya daerah resapan air, degradasi lingkungan, penyempitan, serta adanya pendangkalan sungai akibat sedimentasi lumpur, sampah dan belum tertatanya irigasi atau normalisasi sungai juga menjadi faktor lain yang harus diperhatikan," pungkasnya.
(nag)