Sampah Jadi Persoalan Serius Setelah Banjir Melanda Tangerang
A
A
A
TANGERANG - Banjir yang mengepung 294 titik di wilayah Kota Tangerang, Banten, sudah mulai surut. Namun, tumpukan sampah akibat banjir itu banyak yang belum terangkut.
Hal ini menjadi persoalan baru yang dihadapi Pemkot Tangerang setelah banjir. Minimnya jumlah armada membuat banyak sampah tidak terangkut dan mulai menimbulkan polusi udara lingkungan sekitar.
Seperti dijelaskan Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin. Menurutnya, penanganan usai banjir ini adalah persoalan kebersihan, banyaknya sampah yang belum terangkut.
"Masalah kebersihan, sampah terutama. Di Ciledug Indah saja, tidak cukup 100 truk sampah itu. Banyangkan ada berapa banyak perumahan," kata Sachrudin kepada SINDOnews di rumahnya, Selasa (7/1/2020).
Dilanjutkan Sachrudin, terbatasnya armada truk membuat banyak sampah belum terangkut. Hal ini pun mulai banyak dikeluhkan masyarakat.
"Makanya, wali kota juga menginstruksikan kepada masing-masing OPD yang punya mobil bak, untuk digunakan mengangkut sampah. Karena, begitu banyak sampah yang ada disetiap lingkungan," jelas Sachrudin.
Angota DPRD Kota Tangerang Fauzan Manafi Albar pun mengomentari penanganan sampah setelah banjir itu. Menurutnya, kinerja pemkot menangani sampah belum maksimal.
"Penanganan permasalahan sampah di Kota Tangerang belum cukup baik. Hal ini terlihat di mana-mana, seperti disepanjang jalan Maulana Hasanudin, dan di Pasar Rubuh, Petir," sambung Fauzan kepada SINDOnews.
Di sepanjang jalan itu, sampah yang dibuang menempati trotoar jalan. Tidak ada penampungan sampah. Sehingga, sampah tercecer ke badan jalan. Bahkan, sebagian dibiarkan jatuh ke sungai terbawa oleh arus.
"Sebagian sampah yang tercecer di badan jalan, menimbulkan polusi udara bau busuk yang menyengat. Jadi menurut saya, pemerintah kota harus segera memperbaiki pengeloaan sampah pascabanjir," jelasnya.
Pihaknya pun mengkritisi lima hal yang harus diperbaiki dalam pengelolaan sampah. Pertama, sistem pengelaan sampah, SDM pengelola sampah, tools termasuk armada pengangkut sampah, dan anggarannya.
"Kemudian, budaya masyarakat membuang sampah. Kelima unsur ini yang harus segera diperbaiki. Partisipasi masyarakat dalam penanganan pascabanjir sudah cukup baik, tapi ini yang belum terpenuhi," sambungnya.
Berdasarkan pengamatannya, sedikitnya ada 14 gerobak sampah dengan muatan penuh yang belum diangkut ke TPA Rawa Kucing, dan telah menimbulkan polusi udara.
"Ada 14 gerobak yang tadi belum terangkat di Nalan Maulana Hasanudin Cipondoh sampai tadi jam 11.00 WIB. Persoalan sampah ini sangat penting, karena menyangkut kebersihan dan kesehatan warga," paparnya.
Penanganan sampah pascabanjir tersebut juga dikeluhkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang. Saat banjir, sampah di Kota Tangerang melonjak hingga 800 ton.
Kepala DLH Kota Tangerang Dedi Suhada mengatakan, volume sampah di Kota Tangerang melonjak 60% atau sekitar 800 ton perhari saat banjir. Sementara volume sampah normal, sebanyak 1.300 ton sehari.
"Di hari biasa bukan musibah banjir seperti ini, petugas kami mengangkut sekitar 1.300 ton sampah dalam sehari dan saat banjir, volume sampah bertambah 800 ton," sambung Dedi.
Banyaknya sampah, membuat 775 petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang yang tersebar di seluruh titik banjir kewalahan. Bahkan, hingga hari ini sampah masih banyak yang belum terangkut semua.
Hal ini menjadi persoalan baru yang dihadapi Pemkot Tangerang setelah banjir. Minimnya jumlah armada membuat banyak sampah tidak terangkut dan mulai menimbulkan polusi udara lingkungan sekitar.
Seperti dijelaskan Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin. Menurutnya, penanganan usai banjir ini adalah persoalan kebersihan, banyaknya sampah yang belum terangkut.
"Masalah kebersihan, sampah terutama. Di Ciledug Indah saja, tidak cukup 100 truk sampah itu. Banyangkan ada berapa banyak perumahan," kata Sachrudin kepada SINDOnews di rumahnya, Selasa (7/1/2020).
Dilanjutkan Sachrudin, terbatasnya armada truk membuat banyak sampah belum terangkut. Hal ini pun mulai banyak dikeluhkan masyarakat.
"Makanya, wali kota juga menginstruksikan kepada masing-masing OPD yang punya mobil bak, untuk digunakan mengangkut sampah. Karena, begitu banyak sampah yang ada disetiap lingkungan," jelas Sachrudin.
Angota DPRD Kota Tangerang Fauzan Manafi Albar pun mengomentari penanganan sampah setelah banjir itu. Menurutnya, kinerja pemkot menangani sampah belum maksimal.
"Penanganan permasalahan sampah di Kota Tangerang belum cukup baik. Hal ini terlihat di mana-mana, seperti disepanjang jalan Maulana Hasanudin, dan di Pasar Rubuh, Petir," sambung Fauzan kepada SINDOnews.
Di sepanjang jalan itu, sampah yang dibuang menempati trotoar jalan. Tidak ada penampungan sampah. Sehingga, sampah tercecer ke badan jalan. Bahkan, sebagian dibiarkan jatuh ke sungai terbawa oleh arus.
"Sebagian sampah yang tercecer di badan jalan, menimbulkan polusi udara bau busuk yang menyengat. Jadi menurut saya, pemerintah kota harus segera memperbaiki pengeloaan sampah pascabanjir," jelasnya.
Pihaknya pun mengkritisi lima hal yang harus diperbaiki dalam pengelolaan sampah. Pertama, sistem pengelaan sampah, SDM pengelola sampah, tools termasuk armada pengangkut sampah, dan anggarannya.
"Kemudian, budaya masyarakat membuang sampah. Kelima unsur ini yang harus segera diperbaiki. Partisipasi masyarakat dalam penanganan pascabanjir sudah cukup baik, tapi ini yang belum terpenuhi," sambungnya.
Berdasarkan pengamatannya, sedikitnya ada 14 gerobak sampah dengan muatan penuh yang belum diangkut ke TPA Rawa Kucing, dan telah menimbulkan polusi udara.
"Ada 14 gerobak yang tadi belum terangkat di Nalan Maulana Hasanudin Cipondoh sampai tadi jam 11.00 WIB. Persoalan sampah ini sangat penting, karena menyangkut kebersihan dan kesehatan warga," paparnya.
Penanganan sampah pascabanjir tersebut juga dikeluhkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang. Saat banjir, sampah di Kota Tangerang melonjak hingga 800 ton.
Kepala DLH Kota Tangerang Dedi Suhada mengatakan, volume sampah di Kota Tangerang melonjak 60% atau sekitar 800 ton perhari saat banjir. Sementara volume sampah normal, sebanyak 1.300 ton sehari.
"Di hari biasa bukan musibah banjir seperti ini, petugas kami mengangkut sekitar 1.300 ton sampah dalam sehari dan saat banjir, volume sampah bertambah 800 ton," sambung Dedi.
Banyaknya sampah, membuat 775 petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang yang tersebar di seluruh titik banjir kewalahan. Bahkan, hingga hari ini sampah masih banyak yang belum terangkut semua.
(mhd)