ACT Ajak Galang Donasi untuk Sejumlah Desa Terisolir Longsor
A
A
A
JAKARTA - Hujan deras yang mengguyur sebagian besar pulau Jawa sejak malam pergantian tahun membuat sejumlah wilayah masih terisolir. Salah satunya, Kabupaten Lebak, Banten dan desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Desa-desa di wilayah ini masih terisolir akibat longsor yang melanda sejak Rabu 1 Januari 2020. Hingga kini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) pun terus mengawal penanganan bencana longsor telah mengirimkan tim medis untuk memastikan kesehatan warga.
Pelayanan medis ini merupakan yang pertama sejak desa-desa tersebut terisolir akibat tanah longsor. Salah satu daerah yang terisolir adalah Desa Jayaraharja di Kecamatan Sukajaya. Di desa ini, ratusan jiwa terisolir karena akses jalan dari Desa Gunung Koneng dan Harkat Jaya terputus diterjang luapan air Sungai Cibarengkok yang melintasi desa tersebut.
Hakim selaku Koordinator Posko Bencana Banjir dan Longsor ACT Wilayah Cigudeg mengatakan, Desa Jayaraharja bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 jam menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda (4WD). Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama lebih kurang 45 menit dari Desa Gunung Koneng. Banyaknya titik longsor yang belum sepenuhnya dibersihkan menjadi kendala.
"Untuk sekarang kita coba membawa ambulans dan tim medis sambil membawa logistik pangan. Perjalanan ambulans akan didampingi kendaraan 4WD. Tapi kendaraan enggak akan sampai lokasi karena akses terputus untuk roda empat maupun roda dua," jelas Hakim.
Di Desa Jayaraharja, ratusan warga mengantre untuk mendapatkan pelayanan medis. Sella Eka Yulia Putri dari Tim Medis ACT mengatakan, secara umum kondisi warga di Desa Jayaraharja cukup baik. Mereka hanya mengalami trauma akibat bencana banjir ini. Selain itu ditemukan juga warga yang mengalami ISPA dan lingkungan yang kurang bersih.
"Di tengah ancaman bencana dan musim penghujan seperti ini, warga disarankan untuk melakukan gaya hidup sehat dengan menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal mereka," ungkap Sella.
Selain di Bogor, kondisi serupa juga dirasakan oleh warga Banten Musnana, salah satu warga Kampung Muhara, Desa Ciladeun, Kecamatan Lebak Gedong, menuturkan banjir menghanyutkan rumah warga pada Rabu 1 januari 2020 siang.
"Rumah yang berada di bantaran kali Ciberang satu per satu hanyut. Lebih dari 30 unit rumah di sekitar Kampung Muhara, akses jembatan provinsi yang melintasi Kampung Muhara terputus karena banjir," ungkap Musnana.
Dia menambahkan, sebagian keluarga masih terisolir di Kampung Muhara. "Sebagian besar warga sudah dievakuasi, namun masih ada sejumlah keluarga yang tidak bisa ke mana mana karena akses jalan terputus," lanjut Musnana.
Berdasarkan pengamatan Musnana sebelum mengungsi, hampirsebagian besar rumah di kampungnya hancur. "Hanya tersisa puing-puing," katanya.
Selain Desa Ciladeun, wilayah yang terisolir lainnya antara lain Desa Banjarsari di Kecamatan Lebak Gedong, seperti yang dilaporkan BBC News Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh runtuhnya jembatan dan terputusnya jalan akibat banjir dan longsor yang menerjang Lebak.
"Bukan persoalan alat berat, karena wilayah itu tidak bisa dilalui orang dan kendaraan, dengan dibuka dengan alat berat pun sulit lokasinya. Karena jalan putus dan juga jembatan putus yang tidak bisa diakses dari mana pun kecuali dari udara," kata Iti.
Badan Penanggulangan Bencana daerah Provinsi Banten Mencatat, 6 kecamatan dengan 28 desa/kelurahan dengan 11.400 jiwa terdampak banjir di Kabupaten Lebak. Per 3 Januari, Tim SAR pun menemukan lima korban jiwa tertimbun longsor di Kampung Cigobang, Kecamatan Lebak Gedong. Hingga kini, ACT telah mendistribusikan lebih dari 6.000 paket makanan dan ribuan kebutuhan pokok lainnya di 56 posko kemanusiaan.
Pelayanan medis ini merupakan yang pertama sejak desa-desa tersebut terisolir akibat tanah longsor. Salah satu daerah yang terisolir adalah Desa Jayaraharja di Kecamatan Sukajaya. Di desa ini, ratusan jiwa terisolir karena akses jalan dari Desa Gunung Koneng dan Harkat Jaya terputus diterjang luapan air Sungai Cibarengkok yang melintasi desa tersebut.
Hakim selaku Koordinator Posko Bencana Banjir dan Longsor ACT Wilayah Cigudeg mengatakan, Desa Jayaraharja bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 jam menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda (4WD). Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama lebih kurang 45 menit dari Desa Gunung Koneng. Banyaknya titik longsor yang belum sepenuhnya dibersihkan menjadi kendala.
"Untuk sekarang kita coba membawa ambulans dan tim medis sambil membawa logistik pangan. Perjalanan ambulans akan didampingi kendaraan 4WD. Tapi kendaraan enggak akan sampai lokasi karena akses terputus untuk roda empat maupun roda dua," jelas Hakim.
Di Desa Jayaraharja, ratusan warga mengantre untuk mendapatkan pelayanan medis. Sella Eka Yulia Putri dari Tim Medis ACT mengatakan, secara umum kondisi warga di Desa Jayaraharja cukup baik. Mereka hanya mengalami trauma akibat bencana banjir ini. Selain itu ditemukan juga warga yang mengalami ISPA dan lingkungan yang kurang bersih.
"Di tengah ancaman bencana dan musim penghujan seperti ini, warga disarankan untuk melakukan gaya hidup sehat dengan menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal mereka," ungkap Sella.
Selain di Bogor, kondisi serupa juga dirasakan oleh warga Banten Musnana, salah satu warga Kampung Muhara, Desa Ciladeun, Kecamatan Lebak Gedong, menuturkan banjir menghanyutkan rumah warga pada Rabu 1 januari 2020 siang.
"Rumah yang berada di bantaran kali Ciberang satu per satu hanyut. Lebih dari 30 unit rumah di sekitar Kampung Muhara, akses jembatan provinsi yang melintasi Kampung Muhara terputus karena banjir," ungkap Musnana.
Dia menambahkan, sebagian keluarga masih terisolir di Kampung Muhara. "Sebagian besar warga sudah dievakuasi, namun masih ada sejumlah keluarga yang tidak bisa ke mana mana karena akses jalan terputus," lanjut Musnana.
Berdasarkan pengamatan Musnana sebelum mengungsi, hampirsebagian besar rumah di kampungnya hancur. "Hanya tersisa puing-puing," katanya.
Selain Desa Ciladeun, wilayah yang terisolir lainnya antara lain Desa Banjarsari di Kecamatan Lebak Gedong, seperti yang dilaporkan BBC News Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh runtuhnya jembatan dan terputusnya jalan akibat banjir dan longsor yang menerjang Lebak.
"Bukan persoalan alat berat, karena wilayah itu tidak bisa dilalui orang dan kendaraan, dengan dibuka dengan alat berat pun sulit lokasinya. Karena jalan putus dan juga jembatan putus yang tidak bisa diakses dari mana pun kecuali dari udara," kata Iti.
Badan Penanggulangan Bencana daerah Provinsi Banten Mencatat, 6 kecamatan dengan 28 desa/kelurahan dengan 11.400 jiwa terdampak banjir di Kabupaten Lebak. Per 3 Januari, Tim SAR pun menemukan lima korban jiwa tertimbun longsor di Kampung Cigobang, Kecamatan Lebak Gedong. Hingga kini, ACT telah mendistribusikan lebih dari 6.000 paket makanan dan ribuan kebutuhan pokok lainnya di 56 posko kemanusiaan.
(mhd)