Gubernur NTB Sebut Irjen Nana Sudjana Sosok Tepat Jadi Kapolda Metro
A
A
A
MATARAM - Gubernur NTB Zulkieflimansyah menilai penunjukan Irjen Pol Nana Sudjana oleh Kapolri Jenderal Idham Azis sebagai Kapolda Metro Jaya sudah tepat. Apalagi rekam jejak Irjen Nana sudah berpengalaman mengurus masalah Jakarta di era reformasi lalu.Gubernur Zul mengapresiasi kebijakan Kapolri itu pasti berdasarkan rekam jejak Nana yang berpengalaman dalam bidang intelijen dan keamanan. Apalagi dirinya mengetahui bahwa Nana matang saat mengawal ibu kota saat bergulirnya reformasi dan setelahnya, situasi politik dan keamanan yang sangat dinamis dan 'gaduh'.
“Beliau memiliki kemampuan, pengalaman dan kapasitas yang mumpuni selama era bergulirnya reformasi 1998 dan setelahnya. Jadi saya pikir bukan sesuatu yang susah bagi beliau jika kembali mendapat amanah baru dari Kapolri untuk memimpin di ibu kota,” ucap Zulkieflimansyah saat dihubungi di Mataram, Rabu 25 Desember 2019.
Pascapilpres 2019, lanjut Gubernur Zul, kondisi masyarakat bisa dibilang masih terbelah, di mana turbulensi politik identitas masih dapat mempengaruhi situasi kamtibmas nasional. Selain itu, Jakarta adalah etalase Indonesia dan merupakan barometer keamanan nasional demi terciptanya kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang aman.
“Saya rasa memang di situlah dibutuhkan profil yang matang dan mumpuni, yang dapat berperan sebagai “cooling system”, yang mampu melindungi hak dan kepentingan warga negara,” jelas Zul. (Baca Juga: Irjen Pol Nana Sudjana Disebut Berpengalaman di Jakarta)
Potensi gangguan kamtibmas kedepan di ibu kota, di satu sisi hanya dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yang diperoleh dari pengumpulan data serta koordinasi dengan sejumlah stakeholder. Di sisi lain, peran sejumlah ulama dan informal leader pun dioptimalkan dalam mengkomunikasikan visi dan misi pemerintah.
Irjen Pol. Nana juga dinilai Zulkieflimansyah sebagai figur polisi yang bertangan dingin. Kemampuan komunikasinya luwes sehingga bisa menjangkau ke berbagai kalangan.
Sebagaimana diketahui, Kapolda NTB Irjen Pol Nana Sudajana mengaku mendapatkan surat telegram (ST) pada Jumat 20 Desember 2019. Isinya terkait penunjukan dirinya sebagai Kapolda Metro Jaya oleh Kapolri Jenderal Idham Azis, menggantikan Irjen Pol Gatot Eddy Pramono.
“Terkait dengan beredarnya kabar tentang mutasi saya selaku Kapolda Metro Jaya memang betul, dan pada malam Sabtu, saya mendapatkan ST tersebut untuk menjadi Kapolda Metro Jaya,” ungkapnya pada Senin, 23 Desember 2019.
Nana mengaku bahwa mutasi tersebut membuat perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia dipercaya Kapolri untuk memimpin wilayah ibu kota. Di sisi lain, ia harus meninggalkan jabatan Kapolda NTB, sebuah amanah yang baru diampunya dalam waktu yang singkat.
“Jadi terus terang saya merasa ada suka dan luka, saya terus terang baru menginjak bulan ke 8 menjadi Kapolda NTB ini saya sudah merasakan, kebersamaan dan rasa menyatu dengan seluruh anggota di Polda NTB,” ungkap Nana.
Namun dirinya menegaskan bahwa mutasi dalam tubuh Polri merupakan hal yang biasa dan harus diterimanya sebagai sebuah tugas dan pengabdian.
Sebelumnya, Irjen Pol. Nana Sudjana pernah menjadi Kasat Intelkam Polda Metro Jaya saat reformasi bergulir, Direktur Intelkam Polda Metro Jaya pasca reformasi, Direktur Polkam Badan Intelijen dan Keamanan (BIK) dan terakhir Kapolda NTB.
“Beliau memiliki kemampuan, pengalaman dan kapasitas yang mumpuni selama era bergulirnya reformasi 1998 dan setelahnya. Jadi saya pikir bukan sesuatu yang susah bagi beliau jika kembali mendapat amanah baru dari Kapolri untuk memimpin di ibu kota,” ucap Zulkieflimansyah saat dihubungi di Mataram, Rabu 25 Desember 2019.
Pascapilpres 2019, lanjut Gubernur Zul, kondisi masyarakat bisa dibilang masih terbelah, di mana turbulensi politik identitas masih dapat mempengaruhi situasi kamtibmas nasional. Selain itu, Jakarta adalah etalase Indonesia dan merupakan barometer keamanan nasional demi terciptanya kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang aman.
“Saya rasa memang di situlah dibutuhkan profil yang matang dan mumpuni, yang dapat berperan sebagai “cooling system”, yang mampu melindungi hak dan kepentingan warga negara,” jelas Zul. (Baca Juga: Irjen Pol Nana Sudjana Disebut Berpengalaman di Jakarta)
Potensi gangguan kamtibmas kedepan di ibu kota, di satu sisi hanya dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yang diperoleh dari pengumpulan data serta koordinasi dengan sejumlah stakeholder. Di sisi lain, peran sejumlah ulama dan informal leader pun dioptimalkan dalam mengkomunikasikan visi dan misi pemerintah.
Irjen Pol. Nana juga dinilai Zulkieflimansyah sebagai figur polisi yang bertangan dingin. Kemampuan komunikasinya luwes sehingga bisa menjangkau ke berbagai kalangan.
Sebagaimana diketahui, Kapolda NTB Irjen Pol Nana Sudajana mengaku mendapatkan surat telegram (ST) pada Jumat 20 Desember 2019. Isinya terkait penunjukan dirinya sebagai Kapolda Metro Jaya oleh Kapolri Jenderal Idham Azis, menggantikan Irjen Pol Gatot Eddy Pramono.
“Terkait dengan beredarnya kabar tentang mutasi saya selaku Kapolda Metro Jaya memang betul, dan pada malam Sabtu, saya mendapatkan ST tersebut untuk menjadi Kapolda Metro Jaya,” ungkapnya pada Senin, 23 Desember 2019.
Nana mengaku bahwa mutasi tersebut membuat perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia dipercaya Kapolri untuk memimpin wilayah ibu kota. Di sisi lain, ia harus meninggalkan jabatan Kapolda NTB, sebuah amanah yang baru diampunya dalam waktu yang singkat.
“Jadi terus terang saya merasa ada suka dan luka, saya terus terang baru menginjak bulan ke 8 menjadi Kapolda NTB ini saya sudah merasakan, kebersamaan dan rasa menyatu dengan seluruh anggota di Polda NTB,” ungkap Nana.
Namun dirinya menegaskan bahwa mutasi dalam tubuh Polri merupakan hal yang biasa dan harus diterimanya sebagai sebuah tugas dan pengabdian.
Sebelumnya, Irjen Pol. Nana Sudjana pernah menjadi Kasat Intelkam Polda Metro Jaya saat reformasi bergulir, Direktur Intelkam Polda Metro Jaya pasca reformasi, Direktur Polkam Badan Intelijen dan Keamanan (BIK) dan terakhir Kapolda NTB.
(ysw)