Tertimbun Longsoran Turap, Pemotor Wanita Tewas Gendong Bayinya di Tangsel
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Seorang pengendara sepeda motor bersama anaknya yang masih balita, tertimbun longsoran turap di Jalan Lebak Kademangan, Kelurahan Kademangan, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Nahas dialami sang ibu yang tewas di lokasi kejadian akibat tertimbun longsor bersama motornya. Sedang anaknya yang masih balita, berhasil dievakuasi olah warga sekitar. Korban tewas diketahui bernama Anggi (23). Sedang putranya yang masih berumur 3 tahun, saat ini telah mendapatkan perawatan di RS Hermina Serpong. Saat ini kondisi putra korban masih mengalami masa kritis.
Jamal, salah seorang warga di sekitar lokasi mengatakan, peristiwa terjadi Senin (2/12/2019) sore sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu, setelah hujan lebat reda korban bersama anaknya melintas di lokasi. "Tadi di sini hujan, ini jalan lintasan permanen masyarakat suka lewat. Cuma ada turapan tanah pakai batu, nah turapan itu lepas dan menimpa mengguna jalan," jelas Jamal. (Baca juga: Longsor di Lokasi Proyek Double Track KA Bogor-Sukabumi, 2 Pekerja Tewas)
Panjang turap batu yang longsor itu mencapai sekitar 6-8 meter. Sedangkan kondisi jalan dibeton menurun agak tajam, dan ada bangunan beton dengan turunan ekstrem dengan rumpun babu. "Jalannya melingkar agak menukik belok. Di kirinya jalan miring menukik dengan rumpun bambu, dan di kanannya kemiringan tanah rekayasa diturap pakai beton. Nah, turap batu itu yang lepas menimpa korban," paparnya.
Turap batu itu dikerjakan oleh pribadi, bukan proyek Dinas Pekerjan Umum (PU) Tangsel. Namun, di bawah jalan yang terdapat banyak pemukiman warga ini terdapat proyek PU. "Kalau yang dikerjakan oleh PU penghalang air supaya tidak jauh ke titik ekstrem kiri yang ada rumpun bambu. Itu lagi dikerjakan. Cuma jalan lagi parah, di bawah ada penduduk. Ini sudah miring banget kondisinya," jelasnya. (Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Tujuh Rumah di Bogor Rusak Diterjang Longsor)
Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel Chaeruddin menyebutkkan, longsoran batu terjadi akibat turap yang tidak kuat menahan laju air hujan yang mengguyur sejak pukul 13.30 WIB. "Hujan deras terjadi sejak pukul 13.30 sampai dengan 14.30 WIB, merata di wilayah Kota Tangerang Selatan. Setelah hujan reda, pada pukul 16.30 WIB, terjadi turap roboh dengan tinggi 4 meter dan panjang 8 meter," jelasnya.
Saat korban melintas di jalan itu, turap batu disertai tanah roboh dan langsung menimpa korban yang sedang melintas dengan putranya, tepat di bawah turap batu tersebut. "Turap yang roboh tersebut menimpa warga yang sedang melintas di bawahnya. Korban melintas bersama anaknya dan langsung tertimpa tembok yang runtuh, sehingga kritis dan dibawa ke RS Hermina," sebutnya.
Hingga kini, petugas gabungan dari BPBD Kota Tangsel, Satpol PP, Dinas LH dan Dishub Tangsel masih berada di lokasi melakukan pengamanan di sekitar turap yang longsor. (Baca juga: Pergantian Musim Kemarau ke Penghujan, Waspadai Bencana Alam)
Terkait kondisi rawan longsor di Kota Tangsel, sebelumnya telah diingatkan oleh BPPT bahwa sejumlah titik di wilayah Kademangan rawan terjadi longsor dan membutuhkan perhatian segera Pemerintah Kota Tangsel. Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana, BPPT, Nur Hidayat, menyebutkan, ada tanah yang hingga kini masih dihuni warga memiliki kemiringan 50 derajat.
"Indikasi adanya pergerakan tanah sudah kelihatan. Semua sejajar dengan arah longsorannya. Memang ada beberapa rumah penduduk yang sudah dijejak, berupa jejak amblas sedikit bergeser ketarik," ungkapnya. (Baca juga: Siaga 1 Longsor, 84 Siswa Sekolah Khusus di Tangsel Dievakuasi)
Tanda-tanda itu, jelas Hidayat, harus menjadi peringatan bagi warga sekitar dan terutama Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel untuk melakukan antisipasi. "Ini sebenarnya indikasi untuk memberikan warning kepada masyarakat, bahwa daerah ini bergerak. Apalagi mau masuk musim hujan, akan menimbulkan banyak pori-pori terbuka dan retakan pemicu," sambungnya.
Selama pengamatan BPPT sejak kurun waktu 2012 hingga 2014, di wilayah Setu, populasi penduduk yang terus bertambah membuat wilayah itu semakin rawan terjadinya longsor. "Kalau terjadi hujan lagi, sepertinya tanah itu akan bergerak. Kita tidak tahu pergerakannya sekuat apa, bisa saja tidak terlaku parah. Tetapi saya takut jika melihat bangunan kalau tanah bergeser lagi ini berbahaya," tukasnya.
Nahas dialami sang ibu yang tewas di lokasi kejadian akibat tertimbun longsor bersama motornya. Sedang anaknya yang masih balita, berhasil dievakuasi olah warga sekitar. Korban tewas diketahui bernama Anggi (23). Sedang putranya yang masih berumur 3 tahun, saat ini telah mendapatkan perawatan di RS Hermina Serpong. Saat ini kondisi putra korban masih mengalami masa kritis.
Jamal, salah seorang warga di sekitar lokasi mengatakan, peristiwa terjadi Senin (2/12/2019) sore sekitar pukul 16.30 WIB. Saat itu, setelah hujan lebat reda korban bersama anaknya melintas di lokasi. "Tadi di sini hujan, ini jalan lintasan permanen masyarakat suka lewat. Cuma ada turapan tanah pakai batu, nah turapan itu lepas dan menimpa mengguna jalan," jelas Jamal. (Baca juga: Longsor di Lokasi Proyek Double Track KA Bogor-Sukabumi, 2 Pekerja Tewas)
Panjang turap batu yang longsor itu mencapai sekitar 6-8 meter. Sedangkan kondisi jalan dibeton menurun agak tajam, dan ada bangunan beton dengan turunan ekstrem dengan rumpun babu. "Jalannya melingkar agak menukik belok. Di kirinya jalan miring menukik dengan rumpun bambu, dan di kanannya kemiringan tanah rekayasa diturap pakai beton. Nah, turap batu itu yang lepas menimpa korban," paparnya.
Turap batu itu dikerjakan oleh pribadi, bukan proyek Dinas Pekerjan Umum (PU) Tangsel. Namun, di bawah jalan yang terdapat banyak pemukiman warga ini terdapat proyek PU. "Kalau yang dikerjakan oleh PU penghalang air supaya tidak jauh ke titik ekstrem kiri yang ada rumpun bambu. Itu lagi dikerjakan. Cuma jalan lagi parah, di bawah ada penduduk. Ini sudah miring banget kondisinya," jelasnya. (Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Tujuh Rumah di Bogor Rusak Diterjang Longsor)
Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel Chaeruddin menyebutkkan, longsoran batu terjadi akibat turap yang tidak kuat menahan laju air hujan yang mengguyur sejak pukul 13.30 WIB. "Hujan deras terjadi sejak pukul 13.30 sampai dengan 14.30 WIB, merata di wilayah Kota Tangerang Selatan. Setelah hujan reda, pada pukul 16.30 WIB, terjadi turap roboh dengan tinggi 4 meter dan panjang 8 meter," jelasnya.
Saat korban melintas di jalan itu, turap batu disertai tanah roboh dan langsung menimpa korban yang sedang melintas dengan putranya, tepat di bawah turap batu tersebut. "Turap yang roboh tersebut menimpa warga yang sedang melintas di bawahnya. Korban melintas bersama anaknya dan langsung tertimpa tembok yang runtuh, sehingga kritis dan dibawa ke RS Hermina," sebutnya.
Hingga kini, petugas gabungan dari BPBD Kota Tangsel, Satpol PP, Dinas LH dan Dishub Tangsel masih berada di lokasi melakukan pengamanan di sekitar turap yang longsor. (Baca juga: Pergantian Musim Kemarau ke Penghujan, Waspadai Bencana Alam)
Terkait kondisi rawan longsor di Kota Tangsel, sebelumnya telah diingatkan oleh BPPT bahwa sejumlah titik di wilayah Kademangan rawan terjadi longsor dan membutuhkan perhatian segera Pemerintah Kota Tangsel. Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana, BPPT, Nur Hidayat, menyebutkan, ada tanah yang hingga kini masih dihuni warga memiliki kemiringan 50 derajat.
"Indikasi adanya pergerakan tanah sudah kelihatan. Semua sejajar dengan arah longsorannya. Memang ada beberapa rumah penduduk yang sudah dijejak, berupa jejak amblas sedikit bergeser ketarik," ungkapnya. (Baca juga: Siaga 1 Longsor, 84 Siswa Sekolah Khusus di Tangsel Dievakuasi)
Tanda-tanda itu, jelas Hidayat, harus menjadi peringatan bagi warga sekitar dan terutama Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel untuk melakukan antisipasi. "Ini sebenarnya indikasi untuk memberikan warning kepada masyarakat, bahwa daerah ini bergerak. Apalagi mau masuk musim hujan, akan menimbulkan banyak pori-pori terbuka dan retakan pemicu," sambungnya.
Selama pengamatan BPPT sejak kurun waktu 2012 hingga 2014, di wilayah Setu, populasi penduduk yang terus bertambah membuat wilayah itu semakin rawan terjadinya longsor. "Kalau terjadi hujan lagi, sepertinya tanah itu akan bergerak. Kita tidak tahu pergerakannya sekuat apa, bisa saja tidak terlaku parah. Tetapi saya takut jika melihat bangunan kalau tanah bergeser lagi ini berbahaya," tukasnya.
(thm)