Cegah Stunting, Dinkes Tangsel Berdayakan 6 Ribu Kader Kesehatan

Sabtu, 30 November 2019 - 04:05 WIB
Cegah Stunting, Dinkes...
Cegah Stunting, Dinkes Tangsel Berdayakan 6 Ribu Kader Kesehatan
A A A
TANGSEL - Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar angka stunting bisa ditekan hingga 14 persen. Angka itu, tentunya jauh lebih baik dibanding dengan target yang dipatok oleh Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yakni 19 persen.

Penurunan target stunting ini menjadi salah satu program periode kedua pemerintahan Jokowi, sebagaimana fokus pembangunannya adalah pada ranah Sumber Daya Manusia (SDM). Menuju ke SDM yang berkualitas, tentu tantangan yang paling sulit dihadapi adalah termasuk masalah stunting di berbagai daerah.

Di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sendiri, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencegah stunting. Bahkan Dinas Kesehatan (Dinkes) mengerahkan sekira 6 ribu kader kesehatan guna melakukan pemantauan dan perkembangan Balita melalui Posyandu di masing-masing wilayahnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Tangsel, Iin Sofiawati, menerangkan, meskipun Stunting di Kota Tangsel termasuk di bawah angka nasional, namun kondisi demikian tetap tak boleh membuat lengah.

Bahkan kata Iin, pihaknya terus berupaya mencegah stunting dengan lebih mengedepankan upaya preventif dan promotive. Apalagi Wali Kota Airin Rachmi Diany sangat konsen pula terhadap program kesehatan, baik soal stunting maupun isu kesehatan lainnya.

"Kemarin kita roadshow dengan 6 ribu kader kesehatan di Puspiptek. Kita menghadirkan narasumber, lalu mengedukasi mereka, apa itu stunting bagaimana mencegahnya, rencana aksi apa yang akan dilakukan untuk menekan itu," jelas Iin di kantornya, Jumat (29/11/2019).

Upaya pencegahan Stunting dilakukan dengan memberdayakan peran kader kesehatan. Mereka diedukasi dan diberi pengarahan bagaimana cara mencegah stunting, di antaranya melalui kegiatan sosialisasi dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya.

Tindak lanjut dari roadshow itu, lanjut Iin, nantinya para nutrisionis puskesmas akan mengumpulkan seluruh ibu hamil di Puskesmas di semua wilayah. Berikutnya, diberikan edukasi bagaimana cara mengimplementasikan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

"Insya Allah kalau seribu hari pertama kehidupan dijalankan oleh ibu hamil, untuk kedepannya tidak akan ada lagi stunting. Karena fokus kita di seribu hari kehidupan, yaitu usia 270 hari atau 9 bulan pada saat ibu hamil. Maka nutrisi makro dan mikro, vitaminnya harus terpenuhi," imbuhnya.

Lalu, dibeberkan Iin, kader kesehatan akan mendampingi berlangsungnya 270 hari pertama kehidupan bagi ibu-ibu yang tengah hamil. Caranya adalah, dengan pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh kader kesehatan dari rumah ke rumah.

"Sistem kader dalam pengkajian PHBS-nya, jumlah rumah di Posyandu dibagi kader yang ada di Posyandu itu. Contoh, jumlah rumah di Posyandu Melati ada 300 rumah, ada kadernya 5, berarti seorang kader membawahi 60 rumah. Dibagi 10 bulan, maka setiap kader hanya mendatangi dan mengkaji 6 rumah saja tiap bulan," bebernya.

"Yang 6 rumah itu yang didampingi kader, harus dicek apakah ada ibu hamil. Tanyakan hamilnya berapa bulan, namanya siapa, umurnya berapa, sudah imunisasi atau belum, dicatat lalu dilaporkan ke Puskesmas. Nanti yang mengintervensi si ibu hamil ini adalah pihak Puskesmas. Lalu tugas kader berikutnya adalah, mendampingi ibu yang hamil ini sampai mau melahirkan di mana? didampingi sampai melahirkan," lanjut Iin.

Berikutnya, menurut Iin, setelah melahirkan maka tugas kader kesehatan dan petugas gizi Puskesmas adalah terus memantau perkembangan bayi hingga usia sekira 2 tahun atau 730 hari. Karena bisa saja, kata dia, bayi saat lahir tidak stunting, namun setelah dilahirkan dan mendapat pola asuh yang salah maka besar kemungkinan bisa menyebabkan bayi tersebut mengalami Stunting akibat salah pola asuh.

"Stunting itu bisa juga disebabkan anak yang mengalami gizi kurang. Pada intinya, jika seribu hari pertama kehidupan dijalankan, Insya Allah tidak ada stunting," tambahnya.

Beberapa kegiatan yang diterapkan guna mencegah stunting antara lain ; penyelenggaraan pos gizi, pelacakan dan pendampingan Balita, akselerasi pemberian ASI pada ibu bekerja, akselerasi pemantauan pertumbuhan Balita, kampanye minum Tablet Tambah Darah (TTD) pada siswi SMA, akselerasi perbaikan gizi pada 1000 HPK bagi siswi sekolah.

Disampaikan Iin, pihaknya tak mungkin seorang diri menekan angka Stunting yang ada. Melainkan sangat dibutuhkan pula kerjasama dari pihak maupun instansi lain dalam menekan angka itu. misalnya dinas PU (Pekerjaan Umun) dengan bantuan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) Komunal dan, dinas Lingkungan Hidup untuk bank sampah.

"Itu untuk pencegahan. Tapi bagaimana dengan mereka yang terkena Stunting sejak lahir? maka penanganannya adalah terus dilakukan edukasi, sering kita latih dan sering ingatkan. Diulangi misalnya otak si anak rada lambat merespon sesuatu, maka harus rutin pelan-pelan diajarkan. Memang kalau untuk normal kembali agak sulit, tapi setidaknya daya tangkap dan IQ-nya meningkat," tandas Iin.

Stunting adalah kekurangan gizi pada Balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1000 HPK, dari janin hingga usia 24 bulan.

Kondisi demikian menyebabkan perkembangan otak dan fisik terhambat, sehingga sangat rentan terhadap penyakit, sulit berprestasi, dan saat dewasa mudah menderita obesitas, berisiko terkena penyakit jantung, diabes, dan penyakit tidak menular lainnya.

Dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013, penderita stunting tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 51,73 persen. Jumlah ini diikuti oleh Sulawesi Barat 48,02 persen, Nusa Tenggara Barat 45,26 persen, Kalimantan Selatan 44,23 persen, dan Lampung 42,63 persen.

Masalah stunting terendah berada di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur dengan angka kurang dari 30 persen.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1570 seconds (0.1#10.140)