BPBD Rilis Daftar 10 Wilayah di DKI Berpotensi Alami Pergerakan Tanah
A
A
A
JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta merilis daftar wilayah di ibu kota negara yang berpotensi mengalami pergerakan tanah . Daerah yang terdampak umumnya berada di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan BPBD DKI, Muhammad Ridwan, mengatakan, terdapat 10 kecamatan di Jakarta yang berpotensi mengalami pergerakan tanah.
Kesepuluh wilayah tersebut yakni Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan di wilayah Jakarta Selatan. Kemudian, untuk wilayah Jakarta Timur berada di Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo. (Baca juga: Pergantian Musim Kemarau ke Penghujan, Waspadai Bencana Alam)
"Oleh karena itu, diimbau kepada masyarakat DKI Jakarta, khususnya daerah terdampak, agar waspada terhadap potensi pergerakan tanah yang ada. Kepada lurah dan camat diimbau untuk tetap antisipasi adanya potensi gerakan tanah pada saat curah hujan di atas normal," ujar M Ridwan, Senin (11/11/2019).
Menurut Ridwan, potensi pergerakan tanah di 10 kawasan tersebut masuk dalam kategori menengah. Dimana pergerakan tanah dapat dipicu akibat adanya curah hujan di atas normal. "Proses terjadinya pergerakan tanah melibatkan interaksi yang kompleks antara aspek geologi, geomorfologi, hidrologi, curah hujan, dan tata guna lahan," tandasnya.
Pergerakan tanah ini dapat menyebabkan longsor. Tanah longsor merupakan bentuk erosi, dimana pengangkutan atau gerakan massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. (Baca juga: 10 Kecamatan di Bogor Masuk Zona Rawan Pergerakan Tanah)
"Ditinjau dari segi gerakannya, maka selain erosi longsor masih ada beberapa erosi akibat gerakan massa tanah, yaitu rayapan, runtuhan batuan, dan aliran lumpur," bebernya.
BPBD DKI telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Seperti memberikan edukasi kepada masyarakat dalam program pengurangan risiko bencana, baik secara langsung maupun melalui media sosial untuk menginformasikan kepada masyarakat, agar tidak membangun permukiman di atas atau di bawah tebing.
M Ridwan juga meminta agar masyarakat tidak memotong dan merusak pohon guna memperkuat lapisan tanah. Ini semua dilakukan sebagai bentuk antisipasi dini mencegah musibah yang kerap terjadi di musim penghujan. "Selalu waspada dan memantau peringatan dini yang dikeluarkan secara resmi oleh instansi terkait, seperti BPBD atau PVMBG. Selain itu juga menyarankan untuk membuat terasering," pungkasnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan BPBD DKI, Muhammad Ridwan, mengatakan, terdapat 10 kecamatan di Jakarta yang berpotensi mengalami pergerakan tanah.
Kesepuluh wilayah tersebut yakni Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan di wilayah Jakarta Selatan. Kemudian, untuk wilayah Jakarta Timur berada di Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo. (Baca juga: Pergantian Musim Kemarau ke Penghujan, Waspadai Bencana Alam)
"Oleh karena itu, diimbau kepada masyarakat DKI Jakarta, khususnya daerah terdampak, agar waspada terhadap potensi pergerakan tanah yang ada. Kepada lurah dan camat diimbau untuk tetap antisipasi adanya potensi gerakan tanah pada saat curah hujan di atas normal," ujar M Ridwan, Senin (11/11/2019).
Menurut Ridwan, potensi pergerakan tanah di 10 kawasan tersebut masuk dalam kategori menengah. Dimana pergerakan tanah dapat dipicu akibat adanya curah hujan di atas normal. "Proses terjadinya pergerakan tanah melibatkan interaksi yang kompleks antara aspek geologi, geomorfologi, hidrologi, curah hujan, dan tata guna lahan," tandasnya.
Pergerakan tanah ini dapat menyebabkan longsor. Tanah longsor merupakan bentuk erosi, dimana pengangkutan atau gerakan massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. (Baca juga: 10 Kecamatan di Bogor Masuk Zona Rawan Pergerakan Tanah)
"Ditinjau dari segi gerakannya, maka selain erosi longsor masih ada beberapa erosi akibat gerakan massa tanah, yaitu rayapan, runtuhan batuan, dan aliran lumpur," bebernya.
BPBD DKI telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Seperti memberikan edukasi kepada masyarakat dalam program pengurangan risiko bencana, baik secara langsung maupun melalui media sosial untuk menginformasikan kepada masyarakat, agar tidak membangun permukiman di atas atau di bawah tebing.
M Ridwan juga meminta agar masyarakat tidak memotong dan merusak pohon guna memperkuat lapisan tanah. Ini semua dilakukan sebagai bentuk antisipasi dini mencegah musibah yang kerap terjadi di musim penghujan. "Selalu waspada dan memantau peringatan dini yang dikeluarkan secara resmi oleh instansi terkait, seperti BPBD atau PVMBG. Selain itu juga menyarankan untuk membuat terasering," pungkasnya.
(thm)