BPBD DKI Edukasi Masyarakat Kesiapsiagaan Bencana
A
A
A
JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam rangka menghadapi bencana meteorologi . Maka itu, BPBD memberikan edukasi kepada masyarakat guna menyelamatkan diri saat bencana itu terjadi.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Data & Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Muhammad Ridwan, saat dihubungi SINDOnews, Selasa (22/10/2019).
"Kalau bencana hidrometeorologi seperti itu kita memberikan edukasi kepada masyarakat terkait persiapan. Kalau ada bencana apa saja yang harus dilakukan. Misalnya tidak panik, diberikan pengetahuan, apa yang harus dilakukan ketika ada bencana," kata Ridwan.
Ridwan menjelaskan, bencana gempa bumi misalnya, masyarakat harus diberitahukan di mana titik evakuasinya. Karena, kata dia, hal itu penting untuk diketahui masyarakat.
"Jadi BPBD DKI hanya memberikan edukasinya terkait apa yang harus dilakukan kepada masyarakat," tambahnya. (Baca Juga: Waspada, Bencana Alam Mengintai
Menurut Ridwan, pemberian edukasi ke masyarakat cukup penting. Pasalnya, banyak warga menjadi korban jiwa saat bencana karena tidak memiliki pengetahuan saat terjadi bencana.
"Sebenarnya bencana itu bukan yang membunuh manusia. Tapi lebih kepada bagaimana manusia itu sendiri saat bencana terjadi. Kalau dia panik itu biasanya akan lebih fatal. Yang penting edukasi, persiapan dan knowledge," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau agar masyarakat mulai melakukan persiapan dini dalam menghadapi peralihan musim. Melalui upaya-upaya pencegahan seperti memangkas daun dan ranting terutama untuk pohon-pohon yang besar, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air hingga sungai, selalu membawa payung atau jas hujan selama beraktivitas di luar ruangan, dan selalu memperbarui informasi perkiraan cuaca yang bersumber dari pihak berwenang.
Sedangkan untuk upaya jangka panjang, masyarakat bisa melakukan penanaman pohon yang dapat mencegah terjadinya longsor sekaligus mengikat air tanah sebagai cadangan saat kemarau panjang tiba.
Adapun beberapa jenis pohon tersebut di antaranya; beringin karet, matoa, jabon putih, sukun, mahoni dan sebagainya. Menurut BMKG, terlambatnya musim penghujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang panjang pada tahun ini.
Hal tersebut sekaligus berdampak pada bencana kekeringan panjang di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, kemarau panjang juga telah menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang banyak dipengaruhi oleh faktor manusia.
"Menurut berbagai inteview dan data lapangan menunjukkan lahan yang terbakar ini 80 persen berubah jadi lahan perkebunan. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa 99 persen karhutla disebabkan oleh ulah manusia," kata Kepala BNPB, Doni Monardo kepada wartawan, Senin 21 Oktober 2019.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Data & Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Muhammad Ridwan, saat dihubungi SINDOnews, Selasa (22/10/2019).
"Kalau bencana hidrometeorologi seperti itu kita memberikan edukasi kepada masyarakat terkait persiapan. Kalau ada bencana apa saja yang harus dilakukan. Misalnya tidak panik, diberikan pengetahuan, apa yang harus dilakukan ketika ada bencana," kata Ridwan.
Ridwan menjelaskan, bencana gempa bumi misalnya, masyarakat harus diberitahukan di mana titik evakuasinya. Karena, kata dia, hal itu penting untuk diketahui masyarakat.
"Jadi BPBD DKI hanya memberikan edukasinya terkait apa yang harus dilakukan kepada masyarakat," tambahnya. (Baca Juga: Waspada, Bencana Alam Mengintai
Menurut Ridwan, pemberian edukasi ke masyarakat cukup penting. Pasalnya, banyak warga menjadi korban jiwa saat bencana karena tidak memiliki pengetahuan saat terjadi bencana.
"Sebenarnya bencana itu bukan yang membunuh manusia. Tapi lebih kepada bagaimana manusia itu sendiri saat bencana terjadi. Kalau dia panik itu biasanya akan lebih fatal. Yang penting edukasi, persiapan dan knowledge," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau agar masyarakat mulai melakukan persiapan dini dalam menghadapi peralihan musim. Melalui upaya-upaya pencegahan seperti memangkas daun dan ranting terutama untuk pohon-pohon yang besar, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air hingga sungai, selalu membawa payung atau jas hujan selama beraktivitas di luar ruangan, dan selalu memperbarui informasi perkiraan cuaca yang bersumber dari pihak berwenang.
Sedangkan untuk upaya jangka panjang, masyarakat bisa melakukan penanaman pohon yang dapat mencegah terjadinya longsor sekaligus mengikat air tanah sebagai cadangan saat kemarau panjang tiba.
Adapun beberapa jenis pohon tersebut di antaranya; beringin karet, matoa, jabon putih, sukun, mahoni dan sebagainya. Menurut BMKG, terlambatnya musim penghujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang panjang pada tahun ini.
Hal tersebut sekaligus berdampak pada bencana kekeringan panjang di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, kemarau panjang juga telah menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang banyak dipengaruhi oleh faktor manusia.
"Menurut berbagai inteview dan data lapangan menunjukkan lahan yang terbakar ini 80 persen berubah jadi lahan perkebunan. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa 99 persen karhutla disebabkan oleh ulah manusia," kata Kepala BNPB, Doni Monardo kepada wartawan, Senin 21 Oktober 2019.
(mhd)