Tak Ada Lahan, Jukir Liar di Tanjung Duren Kian Menjamur
A
A
A
JAKARTA - Lemahnya pengawasan dan penindakan di kawasan Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat , membuat parkir liar bermunculan. Tarif selangit dibebankan sejumlah juru parkir (jukir) liar.
Adanya sejumlah toko makanan dan kedai kian memburuk kawasan tersebut. Imbas banyak kendaraan yang parkir sembarangan membuat kawasan itu kian macet parah. Pemasangan rambu dilarang parkir tak membuat pengendara maupun jukir takut.
"Sekarang saya tanya, di sini ada lahan parkir enggak? Ya sudah jangan salahkan kami (pengguna kendaraan) parkir di pinggir jalan," kata Erma (32), pemilik kendaraan saat ditemui di kawasan Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (21/10/2019).
Karena tak banyak pilihan, Erma lantas memilih memarkirkan kendaraan di pinggir jalan. Ia sadar kondisi itu membuat kendaraannya terancam diderek petugas Dinas perhubungan (Dishub), dia memilih parkir kendaraannya tak jauh dari tempatnya makan.
Meskipun sadar memilih parkir liar di jalan. Erma menyayangkan dengan tarif yang dipatok jukir. Sekali parkir di kawasan ini satu mobil dipatok Rp10.000 dan satu motor dipatok Rp5.000. "Dia (jukir) langsung minta saja, tanpa struk parkir. Dan langsung main harga," keluh Erma.
Ucapan Erma diamini, Elga (28), pemilik sepeda motor. Ia menyayangkan dengan tarif yang dipatok para jukir, harga itu dinilai cukup mahal untuk parkir kurang dari satu jam.
Elga meyakini bila parkiran di sana merupakan parkir liar. Hal ini lantaran kondisi jukir yang meminta uang tidak menggunakan seragam dishub dan tidak memberikan tiket parkir. "Kalau itu jukir resmi pasti pakai baju seragam," ucapnya.
Berdasarkan pantauan di sekitar Tanjung Duren, ratusan kendaraan sepeda motor dan mobil setiap harinya berada di kawasan itu. Bahkan dalam parkirannya, sejumlah kendaraan dengan sembarang memarkirkan di bahu jalan.
Kondisi ini membuat jalanan bertambah macet parah. Ruas jalan yang dua lajur ditutup oleh motor dan mobil yang terparkir sembarang, arus kendaraan tersendat.
Kasudinhubtrans Jakarta Barat, Leo Amstrong Manalu menegaskan, jukir resmi biasanya menggunakan seragam. Karena itu dirinya menyayangkan dengan tarif parkir yang tinggi.
Karena itu, demi menindak, pihaknya telah memerintahkan Satuan Pelayanan (Satpel) Kecamatan untuk menindak kawasan itu. Penderekan bakal dilakukan di kawasan itu.
Hal senada juga diungkapkan Kasatpel Perpakiran Jakarta Barat, Bona Tonggam. Dia mengatakan, kawasan itu merupakan parkir liar. Maka itu, dirinya akan menindak tegas oknum jukir yang biasa parkir di kawasan. "Jangan gila main netapin harga. Kami tidak menarik retribusi di kawasan itu. Itu jelas liar," tegasnya.
Kini menindak kawasan itu, Bona berencana merazia kawasan tersebut bersama Sudinhub Jakarta Barat, derek dan pencabutan pentil akan dilakukan di kawasan itu.
Adanya sejumlah toko makanan dan kedai kian memburuk kawasan tersebut. Imbas banyak kendaraan yang parkir sembarangan membuat kawasan itu kian macet parah. Pemasangan rambu dilarang parkir tak membuat pengendara maupun jukir takut.
"Sekarang saya tanya, di sini ada lahan parkir enggak? Ya sudah jangan salahkan kami (pengguna kendaraan) parkir di pinggir jalan," kata Erma (32), pemilik kendaraan saat ditemui di kawasan Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (21/10/2019).
Karena tak banyak pilihan, Erma lantas memilih memarkirkan kendaraan di pinggir jalan. Ia sadar kondisi itu membuat kendaraannya terancam diderek petugas Dinas perhubungan (Dishub), dia memilih parkir kendaraannya tak jauh dari tempatnya makan.
Meskipun sadar memilih parkir liar di jalan. Erma menyayangkan dengan tarif yang dipatok jukir. Sekali parkir di kawasan ini satu mobil dipatok Rp10.000 dan satu motor dipatok Rp5.000. "Dia (jukir) langsung minta saja, tanpa struk parkir. Dan langsung main harga," keluh Erma.
Ucapan Erma diamini, Elga (28), pemilik sepeda motor. Ia menyayangkan dengan tarif yang dipatok para jukir, harga itu dinilai cukup mahal untuk parkir kurang dari satu jam.
Elga meyakini bila parkiran di sana merupakan parkir liar. Hal ini lantaran kondisi jukir yang meminta uang tidak menggunakan seragam dishub dan tidak memberikan tiket parkir. "Kalau itu jukir resmi pasti pakai baju seragam," ucapnya.
Berdasarkan pantauan di sekitar Tanjung Duren, ratusan kendaraan sepeda motor dan mobil setiap harinya berada di kawasan itu. Bahkan dalam parkirannya, sejumlah kendaraan dengan sembarang memarkirkan di bahu jalan.
Kondisi ini membuat jalanan bertambah macet parah. Ruas jalan yang dua lajur ditutup oleh motor dan mobil yang terparkir sembarang, arus kendaraan tersendat.
Kasudinhubtrans Jakarta Barat, Leo Amstrong Manalu menegaskan, jukir resmi biasanya menggunakan seragam. Karena itu dirinya menyayangkan dengan tarif parkir yang tinggi.
Karena itu, demi menindak, pihaknya telah memerintahkan Satuan Pelayanan (Satpel) Kecamatan untuk menindak kawasan itu. Penderekan bakal dilakukan di kawasan itu.
Hal senada juga diungkapkan Kasatpel Perpakiran Jakarta Barat, Bona Tonggam. Dia mengatakan, kawasan itu merupakan parkir liar. Maka itu, dirinya akan menindak tegas oknum jukir yang biasa parkir di kawasan. "Jangan gila main netapin harga. Kami tidak menarik retribusi di kawasan itu. Itu jelas liar," tegasnya.
Kini menindak kawasan itu, Bona berencana merazia kawasan tersebut bersama Sudinhub Jakarta Barat, derek dan pencabutan pentil akan dilakukan di kawasan itu.
(mhd)