Ambil Peran Stasiun Gambir, Kesemrawutan Hantui Manggarai
A
A
A
JAKARTA - Rencana Stasiun Manggarai mengambil peran Stasiun Gambir sebagai hub atau pemberhentian utama kereta api jarak jauh di Jakarta pada 2021 masih menjadi masalah. Pasalnya, kemacetan dan Kesemrawutan masih menghantui stasiun tersibuk ini.
Pantauan SINDOnews, kesemrawutan Manggarai kian terlihat saat menuju stasiun jalanan yang sempit serta kurangnya lahan parkir serta tidak adanya drop off penumpang membuat stasiun memberikan kesemrawutan.
Terlebih bila nantinya direalisasikan 2021 mendatang, stasiun ini bakal melayani tiga perjalanan KA penting di Jakarta, yakni KA Jarak Jauh, Commuter Line, dan KA Bandara.
Kondisi ini menjadikan stasiun yang dibangun tahun 1914 menjadi stasiun tersibuk, ratusan perjalanan kereta melintas stasiun ini setiap harinya. Karena itu, mengakomodir penumpang dan perjalanan kereta.
Pembangunan dilakukan di stasiun ini sejak 2017 lalu. Tiga lantai bakal disiapkan melayani perjalanan kereta setiap harinya. Ketiga lantai itu terdiri dari, lantai 1 yang bakal layani Commuter Line Bekasi, KA bandara. Sementara untuk lantai 2 bakal melayani penumpang dan area komersial. Sedangkan di lantai 3, Commuter Line Bogor dan KA Jarak Jauh yang nantinya akan mempensiunkan Stasiun Gambir.
Menjadi moda transportasi terpadu membuat Stasiun ini kian sibuk. Ribuan hingga puluhan ribu orang disinyalir memenuhi stasiun ini setiap harinya.
Sekalipun menjadi stasiun super sibuk, namun kondisi kesemrawutan kian terlihat di Stasiun Manggarai. Tanpa adanya pengoperasian KA Bandara dan KA Jarak Jauh kondisi stasiun masih penuh sesak. Klakson kendaraan memepekan telinga terdengar di jalanan depan stasiun.
Kesemrawutan kian terasa lantaran di kawasan ini kondisi parkir masih terlihat berantakan dan hanya bisa digunakan untuk parkir roda dua, sedangkan roda empat, parkir masih belum tersedia. Ditambah dengan ojek online, kesemerawutan Manggarai tak terkendali.
Sekalipun terdapat TransJakarta, namun hal itu tak banyak membantu. Banyak penumpang memilih menggunakan ojek online demi melanjutkan perjalanannya.
"Coba bayangin mas kalau pagi dan sore, saat stasiun ini sibuk, kemacetanya seperti apa," tutur Fahmi (38), pengemudi ojek online saat ditemui di lokasi, Selasa (8/10/2019).
Sementara kesemrawutan juga terasa di peron-peron stasiun. Para penumpang menunggu kereta dengan kondisi kian tak terkendali. Mereka berjejer berdiri depan peron menunggu Commuter Line tiba.
Saat kereta datang, penumpang kian semrawut. Mereka saling berebut menaiki kereta. Untungnya perbedaan jarak peron antara Commuter Line menuju Bekasi dan Bogor membuat kesemerawutan hanya terjadi di peron peron tertentu.
Arma (30), salah satu penumpang Commuter Line mengatakan, kesemrawutan di Stasiun Manggarai menjadi makanan dirinya. Berkantor di kawasan Rasuna Said, Arma memilih menggunakan Commuter Line dari dan menuju rumah di Bogor dari Stasiun Manggarai.
"Kalo di sini kita bisa pilih dua jalur kereta. Bisa dari Jakot (Jakarta Kota) atau Tahbang (Tanah Abang)," tuturnya.
Arma tak membayangkan bila nanti KA Jarak Jauh dimasukan ke sini. Ia melihat kondisi ini akan membuat stasiun kian sibuk, penumpang bakal tumpah ruah di stasiun. "Apalagi kalau musim arus mudik, enggak kebayang gimana padatnya nanti," kata dia.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan stasiun Manggarai memang disiapkan untuk menjadi pusat stasiun terpadu. Di sana nantinya akan tumpah ruah sejumlah perjalanan KA, mulai dari KA Jarak Jauh, KA Bandara, hingga Commuter Line.
"Memang disiapkan 2021. Jadi apa masalahnya, saya pikir ini baik, menggiring orang menggunakan transportasi publik," kata Djoko.
Dia melihat terintegrasinya Stasiun Manggarai bakal membuat penumpang KA Jarak Jauh bisa langsung menggunakan Commuter Line bila ingin melanjutkan ke kawasan Jabodetabek. Sedangkan bila ingin melanjutkan ke Bandara Soekarno Hatta, penumpang bisa menggunakan KA Bandara.
Hanya saja merealisasikan itu, Djoko mencatat Pemprov DKI wajib membantu PT KAI, pengaturan lalu lintas wajib dilakukan di kawasan itu demi mencegah kemacetan dan kesemerawutan. "Tentu perlu diupayakan agar macet disana berkurang," tuturnya.
Termasuk mengenai ketersedian lahan parkir, Djoko melihat stasiun itu perlu penyediaan lahan parkir. Sebab, saat ini lokasi parkir di kawasan itu masih belum tersedia baik.
"Suka tidak suka menjadi ka jarak jauh butuh lahan parkir. Koordinasi perlu dilakukan agar kawasan itu tersedia lahan memadai," tuturnya.
Sedangkan untuk Staisun Gambir yang nantinya tak lagi digunakan KA jarak jauh. Djoko menyarankan stasiun itu dialihfungsikan menjadi stasiun commuter line.
Sementara dikonfirmasi terpisah, PT KAI memilih bungkam dan enggan berkomentar mengenai stasiun Manggarai. Saat SINDOnews mencoba menghubungi Sekper PT KAI, Agus Komaruddin dan Vice President PT KAI, Edi Kuswoyo, keduanya kompak enggan berkomentar.
Pantauan SINDOnews, kesemrawutan Manggarai kian terlihat saat menuju stasiun jalanan yang sempit serta kurangnya lahan parkir serta tidak adanya drop off penumpang membuat stasiun memberikan kesemrawutan.
Terlebih bila nantinya direalisasikan 2021 mendatang, stasiun ini bakal melayani tiga perjalanan KA penting di Jakarta, yakni KA Jarak Jauh, Commuter Line, dan KA Bandara.
Kondisi ini menjadikan stasiun yang dibangun tahun 1914 menjadi stasiun tersibuk, ratusan perjalanan kereta melintas stasiun ini setiap harinya. Karena itu, mengakomodir penumpang dan perjalanan kereta.
Pembangunan dilakukan di stasiun ini sejak 2017 lalu. Tiga lantai bakal disiapkan melayani perjalanan kereta setiap harinya. Ketiga lantai itu terdiri dari, lantai 1 yang bakal layani Commuter Line Bekasi, KA bandara. Sementara untuk lantai 2 bakal melayani penumpang dan area komersial. Sedangkan di lantai 3, Commuter Line Bogor dan KA Jarak Jauh yang nantinya akan mempensiunkan Stasiun Gambir.
Menjadi moda transportasi terpadu membuat Stasiun ini kian sibuk. Ribuan hingga puluhan ribu orang disinyalir memenuhi stasiun ini setiap harinya.
Sekalipun menjadi stasiun super sibuk, namun kondisi kesemrawutan kian terlihat di Stasiun Manggarai. Tanpa adanya pengoperasian KA Bandara dan KA Jarak Jauh kondisi stasiun masih penuh sesak. Klakson kendaraan memepekan telinga terdengar di jalanan depan stasiun.
Kesemrawutan kian terasa lantaran di kawasan ini kondisi parkir masih terlihat berantakan dan hanya bisa digunakan untuk parkir roda dua, sedangkan roda empat, parkir masih belum tersedia. Ditambah dengan ojek online, kesemerawutan Manggarai tak terkendali.
Sekalipun terdapat TransJakarta, namun hal itu tak banyak membantu. Banyak penumpang memilih menggunakan ojek online demi melanjutkan perjalanannya.
"Coba bayangin mas kalau pagi dan sore, saat stasiun ini sibuk, kemacetanya seperti apa," tutur Fahmi (38), pengemudi ojek online saat ditemui di lokasi, Selasa (8/10/2019).
Sementara kesemrawutan juga terasa di peron-peron stasiun. Para penumpang menunggu kereta dengan kondisi kian tak terkendali. Mereka berjejer berdiri depan peron menunggu Commuter Line tiba.
Saat kereta datang, penumpang kian semrawut. Mereka saling berebut menaiki kereta. Untungnya perbedaan jarak peron antara Commuter Line menuju Bekasi dan Bogor membuat kesemerawutan hanya terjadi di peron peron tertentu.
Arma (30), salah satu penumpang Commuter Line mengatakan, kesemrawutan di Stasiun Manggarai menjadi makanan dirinya. Berkantor di kawasan Rasuna Said, Arma memilih menggunakan Commuter Line dari dan menuju rumah di Bogor dari Stasiun Manggarai.
"Kalo di sini kita bisa pilih dua jalur kereta. Bisa dari Jakot (Jakarta Kota) atau Tahbang (Tanah Abang)," tuturnya.
Arma tak membayangkan bila nanti KA Jarak Jauh dimasukan ke sini. Ia melihat kondisi ini akan membuat stasiun kian sibuk, penumpang bakal tumpah ruah di stasiun. "Apalagi kalau musim arus mudik, enggak kebayang gimana padatnya nanti," kata dia.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan stasiun Manggarai memang disiapkan untuk menjadi pusat stasiun terpadu. Di sana nantinya akan tumpah ruah sejumlah perjalanan KA, mulai dari KA Jarak Jauh, KA Bandara, hingga Commuter Line.
"Memang disiapkan 2021. Jadi apa masalahnya, saya pikir ini baik, menggiring orang menggunakan transportasi publik," kata Djoko.
Dia melihat terintegrasinya Stasiun Manggarai bakal membuat penumpang KA Jarak Jauh bisa langsung menggunakan Commuter Line bila ingin melanjutkan ke kawasan Jabodetabek. Sedangkan bila ingin melanjutkan ke Bandara Soekarno Hatta, penumpang bisa menggunakan KA Bandara.
Hanya saja merealisasikan itu, Djoko mencatat Pemprov DKI wajib membantu PT KAI, pengaturan lalu lintas wajib dilakukan di kawasan itu demi mencegah kemacetan dan kesemerawutan. "Tentu perlu diupayakan agar macet disana berkurang," tuturnya.
Termasuk mengenai ketersedian lahan parkir, Djoko melihat stasiun itu perlu penyediaan lahan parkir. Sebab, saat ini lokasi parkir di kawasan itu masih belum tersedia baik.
"Suka tidak suka menjadi ka jarak jauh butuh lahan parkir. Koordinasi perlu dilakukan agar kawasan itu tersedia lahan memadai," tuturnya.
Sedangkan untuk Staisun Gambir yang nantinya tak lagi digunakan KA jarak jauh. Djoko menyarankan stasiun itu dialihfungsikan menjadi stasiun commuter line.
Sementara dikonfirmasi terpisah, PT KAI memilih bungkam dan enggan berkomentar mengenai stasiun Manggarai. Saat SINDOnews mencoba menghubungi Sekper PT KAI, Agus Komaruddin dan Vice President PT KAI, Edi Kuswoyo, keduanya kompak enggan berkomentar.
(mhd)