Ingin Kembalikan Puncak Jadi Destinasi Wisata Nasional
A
A
A
BERBAGAI upaya dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dalam mewujudkan program The City of Sport and Tourism (kota wisata dan olahraga). Salah satunya berupaya mengembalikan kawasan Puncak sebagai daerah tujuan wisata nasional yang telah dicoret Kementerian Pariwisata pada 2015.
Upaya apa saja yang dilakukan untuk mempercepat mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai kota olahraga dan pariwisata. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Bupati Bogor Ade Yasin.
Bisa dijelaskan bagaimana konsep atau program Kabupaten Bogor dalam mewujudkan Kota Olahraga dan Pariwisata?
Kita sudah canangkan program City Sport And Tourism dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. Program tersebut sudah berjalan. Untuk olahraga ada stadion Pakansari, Sirkuit Sentul, Paralayang Puncak, Geopark Pongkor yang menjadi branding Kabupaten Bogor. Jadi, program ini bukan wacana belakang karena sudah dikaji dari potensi yang ada.
Untuk pariwisatanya bagaimana?
Itu yang jadi masalah. Seperti kita ketahui kawasan Puncak sudah dicoret jadi kawasan Destinasi Wisata Nasional karena Pemkab Bogor dan Cianjur dianggap tak mampu mengatasi persoalan kemacetan. Tugas utama kami bagaimana mengembalikan kawasan Pucak menjadi tujuan wisata nasional. Sebab jika tak dikembalikan bisa menghambat upaya mewujudkan program Tourism yakni meningkatkan wisatawan.
Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengembalikan kawasan Puncak sebagai tujuan wisata nasional, khususnya penataan lalu lintas?
Ada beberapa yang sudah kami lakukan. Salah satunya merekayasan arus lalu lintas di kawasan Puncak bekerjasama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Polres Bogor. Mulai akhir Oktoter nanti, kami akan melakukan uji coba rekayasa lalu lintas dengan sistem kanalisasi 2:1. Sistem ini mengantikan one way (satu arah) yang setiap akhir pekan dan libur nasional diterapkan. Kami berharap dengan sistem ini kemacetan di kawasan Puncak dapat teratasi dengan baik.
Anda seberapa yakin sistem kanalisasi bisa mengurai kemacetan?
Kami sudah meninjau persiapan penerapan rekayasa lalu lintas kanalisasi 2:1. Ketika macet dua lajur untuk kendaraan dari bawah ke atas dan satu ke bawah dan ketika kondisi di atas macet ke bawah dua lajur dan ke atas satu lajur.
Perlu kita ketahui, jalur Puncak sudah terkenal dengan macet dan bahkan one way atau buka tutup jalur tidak mampu mengatasinya.
Sistem one way ini kan sudah hampir 32 tahun diterapkan tentu banyak untung ruginya. Kami juga banyak mendengar aspirasi masyarakat yang mengaku sudah jenuh dengan pola one way. Soal apakah sistem kanalisasi dapat mengurai kemacetan kita lihat saja nanti. Tapi pada prinsipnya kami yakin bisa. Kalau tidak bisa kita cari pola lain.
Dari sektor pariwisata, kita tahu bahwa kawasan Puncak menjadi andalan Kabupaten Bogor. Bagaimana soal infrastruktur dan tranportasinya. Ini kan perlu dibenahi juga?
Sejak tahun 2017 kami sudah melakukan penertiban PKL dan pemerintah pusat melebarkan jalan kiri kanan jalur Puncak. Kami juga sudah merelokasi sebagian PKL ke rest area yang sudah dan sedang kita bangun. Sebab, PKL ini dianggap sebagai salah satu biang kemacetan karena posisinya menempati trotoar bahkan bahu jalan. Makanya kami relokasi dan tempat jualan mereka digusur untuk kepentingan pelebaran jalan.
Soal transportasi bagaimana. Artinya pengendara kendaraan pribadi mau beralih ke angkutan massal dari Jakarta ke kawasan Puncak?
Untuk transportasi ini kami sudah bekerjasama dengan BPTJ. Mereka sudah menyiapkan bus point to point sebanyak 10-20 unit armada. Bus tersebut tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan kawasan Puncak karena akan menambah kemacetan.
Selain itu kami juga membuat park and ride beserta kelengkapannya yakni transit oriented development (TOD) disejumlah titik. Di antaranya di kawasan Cibanon Sukaraja, yang luasnya mencapai dua hektar. Kami juga sedang menyiapkan Detail Engineering Desain (DED) tentang TOD yang dilengkapi park and ride sebanyak empat titik yakni Susukan, Gunung Putri, Cibanon dan Sentul. Dan yang sudah siap adalah Gunung Putri.
Lalu apa lagi program yang dilakukan pemerintah dalam mengambalikan kawasan Puncak sebagai destinasi wisata nasional?
Selain infrastruktur park and ride dan transportasi massal bus point to point, kami menyambut baik upaya BPTJ yang akan mengusulkan proyek Light Rail Transit (LRT) yang akan dibangun hingga ke Puncak. Nah, program tersebut sedang diupayakan BPTJ. (Haryudi)
Upaya apa saja yang dilakukan untuk mempercepat mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai kota olahraga dan pariwisata. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Bupati Bogor Ade Yasin.
Bisa dijelaskan bagaimana konsep atau program Kabupaten Bogor dalam mewujudkan Kota Olahraga dan Pariwisata?
Kita sudah canangkan program City Sport And Tourism dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. Program tersebut sudah berjalan. Untuk olahraga ada stadion Pakansari, Sirkuit Sentul, Paralayang Puncak, Geopark Pongkor yang menjadi branding Kabupaten Bogor. Jadi, program ini bukan wacana belakang karena sudah dikaji dari potensi yang ada.
Untuk pariwisatanya bagaimana?
Itu yang jadi masalah. Seperti kita ketahui kawasan Puncak sudah dicoret jadi kawasan Destinasi Wisata Nasional karena Pemkab Bogor dan Cianjur dianggap tak mampu mengatasi persoalan kemacetan. Tugas utama kami bagaimana mengembalikan kawasan Pucak menjadi tujuan wisata nasional. Sebab jika tak dikembalikan bisa menghambat upaya mewujudkan program Tourism yakni meningkatkan wisatawan.
Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengembalikan kawasan Puncak sebagai tujuan wisata nasional, khususnya penataan lalu lintas?
Ada beberapa yang sudah kami lakukan. Salah satunya merekayasan arus lalu lintas di kawasan Puncak bekerjasama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Polres Bogor. Mulai akhir Oktoter nanti, kami akan melakukan uji coba rekayasa lalu lintas dengan sistem kanalisasi 2:1. Sistem ini mengantikan one way (satu arah) yang setiap akhir pekan dan libur nasional diterapkan. Kami berharap dengan sistem ini kemacetan di kawasan Puncak dapat teratasi dengan baik.
Anda seberapa yakin sistem kanalisasi bisa mengurai kemacetan?
Kami sudah meninjau persiapan penerapan rekayasa lalu lintas kanalisasi 2:1. Ketika macet dua lajur untuk kendaraan dari bawah ke atas dan satu ke bawah dan ketika kondisi di atas macet ke bawah dua lajur dan ke atas satu lajur.
Perlu kita ketahui, jalur Puncak sudah terkenal dengan macet dan bahkan one way atau buka tutup jalur tidak mampu mengatasinya.
Sistem one way ini kan sudah hampir 32 tahun diterapkan tentu banyak untung ruginya. Kami juga banyak mendengar aspirasi masyarakat yang mengaku sudah jenuh dengan pola one way. Soal apakah sistem kanalisasi dapat mengurai kemacetan kita lihat saja nanti. Tapi pada prinsipnya kami yakin bisa. Kalau tidak bisa kita cari pola lain.
Dari sektor pariwisata, kita tahu bahwa kawasan Puncak menjadi andalan Kabupaten Bogor. Bagaimana soal infrastruktur dan tranportasinya. Ini kan perlu dibenahi juga?
Sejak tahun 2017 kami sudah melakukan penertiban PKL dan pemerintah pusat melebarkan jalan kiri kanan jalur Puncak. Kami juga sudah merelokasi sebagian PKL ke rest area yang sudah dan sedang kita bangun. Sebab, PKL ini dianggap sebagai salah satu biang kemacetan karena posisinya menempati trotoar bahkan bahu jalan. Makanya kami relokasi dan tempat jualan mereka digusur untuk kepentingan pelebaran jalan.
Soal transportasi bagaimana. Artinya pengendara kendaraan pribadi mau beralih ke angkutan massal dari Jakarta ke kawasan Puncak?
Untuk transportasi ini kami sudah bekerjasama dengan BPTJ. Mereka sudah menyiapkan bus point to point sebanyak 10-20 unit armada. Bus tersebut tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan kawasan Puncak karena akan menambah kemacetan.
Selain itu kami juga membuat park and ride beserta kelengkapannya yakni transit oriented development (TOD) disejumlah titik. Di antaranya di kawasan Cibanon Sukaraja, yang luasnya mencapai dua hektar. Kami juga sedang menyiapkan Detail Engineering Desain (DED) tentang TOD yang dilengkapi park and ride sebanyak empat titik yakni Susukan, Gunung Putri, Cibanon dan Sentul. Dan yang sudah siap adalah Gunung Putri.
Lalu apa lagi program yang dilakukan pemerintah dalam mengambalikan kawasan Puncak sebagai destinasi wisata nasional?
Selain infrastruktur park and ride dan transportasi massal bus point to point, kami menyambut baik upaya BPTJ yang akan mengusulkan proyek Light Rail Transit (LRT) yang akan dibangun hingga ke Puncak. Nah, program tersebut sedang diupayakan BPTJ. (Haryudi)
(nfl)