Konferensi Pengendalian Tembakau di Bogor Diwarnai Aksi Unjuk Rasa

Kamis, 26 September 2019 - 18:08 WIB
Konferensi Pengendalian...
Konferensi Pengendalian Tembakau di Bogor Diwarnai Aksi Unjuk Rasa
A A A
BOGOR - Konferensi keempat aliansi kota Asia Pasifik untuk pengendalian tembakau dan pencegahan penyakit yang tidak menular atau Asia Pacific Cities Alliance for Tobacco Control and NCDs Prevention (4th APCAT Summit) yang digelar di Kota Bogor, selama dua hari (25-26 September 2019) diwarnai aksi unjuk rasa.

Puluhan seniman dan budayawan yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Tradisi Bogor (AMTB) menolak peraturan daerah (perda) yang tertuang dalam Perda KTR Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2018 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Dalam aksinya, mereka membawa sejumlah papan bergambar tokoh wayang yang berbentuk gugunungan sebagai simbol bahwa budaya itu lebih tinggi, serta membawa bermacam-macam jenis tembakau, rokok, bunga serta buah-buahan.

"Tembakau adalah legal dan perokok bukan kriminal," teriak Penggerak Kebudayaan, Bambang Sumantri, salah seorang demonstran, Kamis (26/0/2019).

Pria yang biasa disapa Ki Sumantri menyampaikan bahwa aksi tersebut merupakan bentuk kepedulian yang mewakili sebagian kecil masyarakat yang ada di wilayah nusantara dan berharap kepada pemerintah untuk sama-sama mengkaji dan menyikapi persoalan larangan merokok.

"Hari ini meminta kepada pemerintah untuk merevisi Perda KTR Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2018 untuk memperjuangkan hak perokok. Karena perokok tidak pernah dilibatkan dalam proses penyusunan Perda KTR dan hak perokok ditiadakan atau disunat, lalu tidak adanya tempat khusus merokok serta tidak adanya akses informasi mengenai produk (larangan iklan dan promosi serta larangan pemajangan produk)," ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa aksi tersebut bukan melihat dari larangan merokoknya akan tetapi lebih jauh melihat dari sifat keadilan terhadap rakyat di nusantara karena sebagian rakyat nusantara para petani tembakau saat ini menggantungkan hidupnya dari tembakau.

"Ketika pemerintah sudah tidak ada kepedulian terhadap rakyat kecil termasuk petani tembakau maka berjuta rakyat Indonesia banyak yang akan tergusur dan lapar. Dengan begitu, pihaknya mengaku dengan adanya aksi dari komunitas budaya yang berada di wilayah bogor mengimbau khususnya kepada pemerintah Kota Bogor untuk bersama-sama untuk
mencari solusi tentang tembakau," jelasnya.

Sementara itu, perhelatan 4th APCAT
yang dihadiri para wali kota/bupati dari 12 negara hingga saat ini masih berlangsung di Hotel Grand Savero, Jalan Pajajaran, Bogor Tengah.

"APCAT bertujuan untuk membangun program pengendalian tembakau dan penyakit tidak menular (NCD) yang kuat melalui komitmen politik, peluang kemitraan baru, pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan efektif, serta kinerja sistem kesehatan publik yang lebih kuat dan efektif," ungkap Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Dipilihnya Kota Bogor sebagai tuan rumah, selain karena jabatan Bima Arya di APCAT sebagai Ketua Bersama (Co-Chair) APCAT dengan Wali Kota Balanga City, Filipina Francis Anthony S. Garcia, juga Bogor ini merupakan kota yang pertama memiliki Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) yang menjadi payung hukum bagi proses pengendalian tembakau di Bogor. Bahkan, selama ini Bogor pun sering menjadi referensi bagi daerah lain untuk belajar tentang pengendalian tembakau.

Kota Bogor juga bisa disebut yang pertama dalam melakukan pelarangan iklan-iklan rokok di ruang-ruang publik. Meskipun kebijakan ini dinilai berpotensi mengurangi Pendapatan Asli Daerah, kebijakan ini terhitung sukses dalam menekan pertumbuhan rokok di kalangan pemula serta tidak berpengaruh pada PAD kota Bogor.

Kiprah Kota Bogor dalam pengendalian tembakau banyak diapresiasi banyak pihak. Kementerian Kesehatan sudah beberapa kali memberikan penghargaan kepada Wali Kota Bogor Bima Arya atas komitmennya terhadap pengendalian tembakau. Terakhir, WHO juga memberikan penghargaan kepada Bima Arya atas kiprah yang sama.

Perwakilan Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) Fauzi Ahmad Noor mengungkapkan, ada 175 delegasi dan partisipan dari luar dan dalam negeri yang hadir dalam 4th APCAT Summit di Kota Bogor. Para delegasi dari kota dan negara yang berpartisipasi akan berbagi pengalaman dan pelajaran yang dipelajari dalam pencegahan NCDs dan pengendalian tembakau.

"Konferensi akan call to action yang meliputi review serta menerapkan best practice WHO dalam pengendalian NCD dan tembakau, menerapkan kebijakan terbaik dalam pengendalian tembakau; dan mengukur dan mengevaluasi kemajuan, sehingga dapat memantau hasil dari implementasi dari intervensi," ujar Fauzi.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0936 seconds (0.1#10.140)