Minyak Tumpah, Ancam 300 Ribu Hutan Bakau di Kabupaten Bekasi
A
A
A
BEKASI - Insiden tumpahan minyak di area anjungan lepas pantai di Blok Offshore Nort West Java, mengancam 300 ribu pohon mangrove di pesisir Utara Kabupaten Bekasi. Sebab, lokasi tumpahan itu hanya dua kilometer dari Pantai Utara Jawa, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi.
"Hampir lebih dari 300 ribu pohon mangrove di hutan bakau di pesisir pantai Utara ikut terdampak dari tumpahan minyak," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alipbata, Sonaji, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, insiden itu sangat merugikan pihaknya selaku pengelola kawasan wisata hutan mangrove Muaragembong. Adapun jumlah pohon mangrove yang terdampak tersebut didapat setelah pihaknya melakukan peninjauan dan pendataan langsung ke lokasi terdampak tumpahan minyak di Pantai Muara Bungin dan Pantai Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong.
Di batang pohon ditemukan dalam kondisi sobek, terkelupas, hingga melepuh terkena panas minyak. Sedangkan daun mangrove menjadi layu dan mengering. Sebab pada saat malam hari air pasang sehingga daun mangrove seluruhnya terendam air laut yang telah terkontaminasi tumpahan minyak. Akibat insiden itu, objek wisata hutan mangrove Muaragembong yang biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan dalam sekejap berubah menjadi sepi pengunjung.
"Kami meminta kepada pihak berwenang terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini. Kami sedih karena kami ikut menanamnya juga dulu, karena sebagian pohon itu atau 59.597 di antaranya merupakan sumbangan CSR perusahaan dan relawan selama empat tahun terakhir yang dipercayakan kepada kami," kata Sonaji.
Selain berdampak pada kelangsungan hidup hutan mangrove, insiden tumpahan minyak itu juga mengakibatkan penurunan hasil tangkapan serta penjualan nelayan setempat. "Bibit udang maupun benih ikan di tambak turut mati. Tangkapan nelayan turun 90 persen pas dijual harganya ikut anjlok karena terkena isu ikan beracun," ungkapnya.
Belum lagi sudah ada 120 warga pesisir yang terkena penyakit gatal-gatal dan sesak napas akibat bau menyengat. "Kami berharap warga yang dirugikan segera menerima kompensasi. Sebab hingga kini bentuk kompensasi dari pemerintah belum dilakukan, padahal warga Karawang sudah," tegasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Bekasi, Nyumarno meminta pihak perusahaan minyak merealisasikan pemberian kompensasi kepada para nelayan dan petambak yang terdampak tumpahan minyak itu. "Saya sudah ke Muaragembong kemarin. Setidaknya ada tiga desa yang terdampak tumpahan minyak mentah," katanya.
Adapun ketiga desa itu, yakni Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti, dan Desa Pantai Sederhana. Dari keterangan nelayan setempat, diketahui tangkapan nelayan menurun drastis pasca insiden tumpahan minyak tersebut. Dari semula enam hingga tujuh kilogram ikan, udang, rajungan, dan cumi per hari, kini menjadi hanya satu kilogram saja. "Bibit ikan dan udang di tambak tepi laut juga banyak yang mati karena terpapar limbah tersebut," ucapnya.
Camat Muara Gembong, Junaefi membenarkan tumpahan minyak itu juga terkena wilayahnya. Tumpahan minyak mulai memasuki wilayahnya pada Minggu (21/7/2019) lalu. "Saya mendapat informasi dari warga pada hari Minggu sekitar jam 17.00 WIB, ada tumpahan minyak di bibir pantai," katanya.
Pihaknya sudah meminta para petambak yang berada di sisi pantai, untuk menutup saluran yang terhubung ke laut agar tumpahan minyak tidak merambah ke tambaknya. "Kita langsung minta ke petambak untuk tutup saluran ke lautnya. Takutnya ikan dan udang para petambak ikut mati akibat tumpahan minyak tersebut," jelasnya.
Kapolsek Muaragembong AKP Syaiful Anwar mengatakan, unsur Muspika Muaragembong telah melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan untuk membahas tentang tindak lanjut penanganan pencemaran minyak tersebut. Dari pertemuan itu akan ada kegiatan pembersihan minyak di lapangan. Dalam melakukan pembersihan minyak, pihak perusahaan akan berkordinasi dengan Kepala Desa Pantai Bakti dan Pantai Bahagia untuk mencari solusi dengan menyiapkan tenaga kebersihan.
Syaiful menyebut, dampak dari kebocoran minyak dan gas itu telah mencemari sekitar 30% areal tambak di Desa Pantai Bakti dan mencemari 10 % areal tambak di Desa Pantai Bahagia. Sedangkan untuk dampak di laut, hasil pengamatan belum ada ikan yang mati. Namun hasil tangkapan ikan nelayan di Muaragembong mengalami penurunan 90%, sejak minyak itu tumpah dan terpapar ke pesisir Utara Bekasi.
"Hampir lebih dari 300 ribu pohon mangrove di hutan bakau di pesisir pantai Utara ikut terdampak dari tumpahan minyak," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alipbata, Sonaji, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, insiden itu sangat merugikan pihaknya selaku pengelola kawasan wisata hutan mangrove Muaragembong. Adapun jumlah pohon mangrove yang terdampak tersebut didapat setelah pihaknya melakukan peninjauan dan pendataan langsung ke lokasi terdampak tumpahan minyak di Pantai Muara Bungin dan Pantai Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong.
Di batang pohon ditemukan dalam kondisi sobek, terkelupas, hingga melepuh terkena panas minyak. Sedangkan daun mangrove menjadi layu dan mengering. Sebab pada saat malam hari air pasang sehingga daun mangrove seluruhnya terendam air laut yang telah terkontaminasi tumpahan minyak. Akibat insiden itu, objek wisata hutan mangrove Muaragembong yang biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan dalam sekejap berubah menjadi sepi pengunjung.
"Kami meminta kepada pihak berwenang terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini. Kami sedih karena kami ikut menanamnya juga dulu, karena sebagian pohon itu atau 59.597 di antaranya merupakan sumbangan CSR perusahaan dan relawan selama empat tahun terakhir yang dipercayakan kepada kami," kata Sonaji.
Selain berdampak pada kelangsungan hidup hutan mangrove, insiden tumpahan minyak itu juga mengakibatkan penurunan hasil tangkapan serta penjualan nelayan setempat. "Bibit udang maupun benih ikan di tambak turut mati. Tangkapan nelayan turun 90 persen pas dijual harganya ikut anjlok karena terkena isu ikan beracun," ungkapnya.
Belum lagi sudah ada 120 warga pesisir yang terkena penyakit gatal-gatal dan sesak napas akibat bau menyengat. "Kami berharap warga yang dirugikan segera menerima kompensasi. Sebab hingga kini bentuk kompensasi dari pemerintah belum dilakukan, padahal warga Karawang sudah," tegasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Bekasi, Nyumarno meminta pihak perusahaan minyak merealisasikan pemberian kompensasi kepada para nelayan dan petambak yang terdampak tumpahan minyak itu. "Saya sudah ke Muaragembong kemarin. Setidaknya ada tiga desa yang terdampak tumpahan minyak mentah," katanya.
Adapun ketiga desa itu, yakni Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti, dan Desa Pantai Sederhana. Dari keterangan nelayan setempat, diketahui tangkapan nelayan menurun drastis pasca insiden tumpahan minyak tersebut. Dari semula enam hingga tujuh kilogram ikan, udang, rajungan, dan cumi per hari, kini menjadi hanya satu kilogram saja. "Bibit ikan dan udang di tambak tepi laut juga banyak yang mati karena terpapar limbah tersebut," ucapnya.
Camat Muara Gembong, Junaefi membenarkan tumpahan minyak itu juga terkena wilayahnya. Tumpahan minyak mulai memasuki wilayahnya pada Minggu (21/7/2019) lalu. "Saya mendapat informasi dari warga pada hari Minggu sekitar jam 17.00 WIB, ada tumpahan minyak di bibir pantai," katanya.
Pihaknya sudah meminta para petambak yang berada di sisi pantai, untuk menutup saluran yang terhubung ke laut agar tumpahan minyak tidak merambah ke tambaknya. "Kita langsung minta ke petambak untuk tutup saluran ke lautnya. Takutnya ikan dan udang para petambak ikut mati akibat tumpahan minyak tersebut," jelasnya.
Kapolsek Muaragembong AKP Syaiful Anwar mengatakan, unsur Muspika Muaragembong telah melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan untuk membahas tentang tindak lanjut penanganan pencemaran minyak tersebut. Dari pertemuan itu akan ada kegiatan pembersihan minyak di lapangan. Dalam melakukan pembersihan minyak, pihak perusahaan akan berkordinasi dengan Kepala Desa Pantai Bakti dan Pantai Bahagia untuk mencari solusi dengan menyiapkan tenaga kebersihan.
Syaiful menyebut, dampak dari kebocoran minyak dan gas itu telah mencemari sekitar 30% areal tambak di Desa Pantai Bakti dan mencemari 10 % areal tambak di Desa Pantai Bahagia. Sedangkan untuk dampak di laut, hasil pengamatan belum ada ikan yang mati. Namun hasil tangkapan ikan nelayan di Muaragembong mengalami penurunan 90%, sejak minyak itu tumpah dan terpapar ke pesisir Utara Bekasi.
(thm)