Sekolah Perlu Terapkan Program Kelas Inspiratif
A
A
A
BERBAGAI cara terus dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk memajukan pembangunan kesejahteraan sosial, pendidikan, dan ekonomi, demi terwujudnya Kota Unggul, Nyaman, dan Religius. Bagaimana implementasi program tersebut, berikut wawancara dengan Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna.
Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya meningkat, bagaimana Pemkot Depok menyikapi masalah ini?
Prinsipnya kami selalu ingin memberikan pelayanan terbaik untuk warga. Saya berkalikali meminta dan mendorong agar dinas terkait seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) memperbaiki pelayanan dokumen kependudukan kepada masyarakat.
Semangat Disdukcapil terus kita dorong dalam menciptakan pelayanan yang baik. Mereka juga mendengarkan masukan dan kendala dari masyarakat. Skill pada sumber daya manusia (SDM)-nya ditingkatkan. Dari program tersebut kami harapkan ada inovasi yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Secara khusus apa yang diharapkan dari para aparatur sipil negara (ASN)?
Kami mendorong agar seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) melakukan perencanaan berdasarkan manajemen risiko agar setiap kegiatan memiliki langkah pencegahan. Perencanaan dibuat profesional dan transparan.
Seluruh ASN juga diimbau untuk sungguhsungguh me layani masyarakat tanpa pandang bulu. Pelayanan juga harus tepat sasaran sehingga bisa dirasakan masyarakat langsung. Intinya, mereka harus amanah dalam mengemban tugas untuk menuju Kota Depok yang lebih baik lagi.
Pemkot Depok berencana membuat perda garasi mobil? Seberapa pentingkah persoalan tersebut?
Persoalannya, saya sering melihat banyak kendaraan parkir di sembarang tempat sehingga mengganggu kenyamanan warga. Apalagi kendaraan tersebut parkir di tempat anak-anak biasa bermain. Begitu juga pada malam hari, banyak kendaraan parkir di luar rumah. Jelas ini memicu kriminalitas pencurian kendaraan.
Perda ini merupakan terobosan yang seharusnya direspons baik oleh masyarakat khususnya mereka memiliki kendaraan. Tujuannya lebih ke arah pembelajaran mengenai ketertiban memiliki kendaraan. Kalau kita lihat banyak mobil yang parkir di jalan utama perumahan tentu sangat mengganggu pemilik mobil lain yang mau keluar.
Artinya, setiap warga yang punya mobil wajib memiliki garasi?
Ini yang perlu saya luruskan. Maksudnya bukan berarti setiap warga harus membuat garasi di rumahnya. Bisa saja dikelola swadaya (kelompok). Contohnya, dalam satu wilayah masyarakat dapat membuat garasi yang digunakan secara bersama-sama. Jadi kalau tidak punya lahan untuk garasi, bisa juga dikelola bersama.
Aturan kepemilikan garasi tersebut sangat kompleks dan aturannya harus segera disahkan. Saat ini mengenai lahan parkir memang masih dilakukan pengawasan. Ke depan, lokasi yang biasa digunakan sebagai tempat parkir harus menjadi pemasukan atau pendapatan asli daerah.
Banyak warga Depok yang bekerja di Jakarta dan memilih menggunakan Commuterline (KRL). Mereka bisa menggunakan sepeda motor dan memarkirkannya di dekat stasiun. Sebenarnya kita bersyukur, selama ini sudah ada tempat parkir kendaraan. Syukur-syukur kalau dikelola pemerintah sehingga bisa menjadi pemasukan.
Hal lain apa yang direncanakan Pemkot Depok?
Kami juga sedang memikirkan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di kawasan Nambo, Kabupaten Bogor. Rencana tersebut akan direalisasikan pada 2020. Pemkot Depok sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar).
Di Nambo, sampah akan diubah menjadi energi listrik. Ini adalah sebuah terobosan inovatif. Rencana tersebut kami pikirkan karena TPA Cipayung sudah tidak bisa menampung lagi sehingga secepatnya harus dipindahkan.
Soal pendidikan bagaimana?
Saya mendukung seluruh sekolah di Depok menerapkan program Kelas Inspirasi. Melalui program tersebut saya berharap, para pelajar terinspirasi sehingga memiliki cita-cita yang tinggi. Masa anak-anak dan remaja ini merupakan momentum penting untuk mengenali potensi diri.
Karena itu, perlu ada program pembelajaran inovatif dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif ke sekolah. Dalam program akan lebih baik jika tokoh ma syarakat yang dihadirkan dari beragam kalangan atau profesi. Mulai teknik, sipil, pertanian, budayawan, hingga birokrat. Tentunya agar pelajar mendapatkan gambaran profesi yang akan mereka geluti ke depannya, sesuai dengan minat dan bakat anak-anak.
Anda yakin program ini akan berjalan?
Saya berharap program ini menjadi agenda rutin minimal setahun sekali baik swasta maupun negeri. Apalagi, jika yang dihadirkan alumni dari sekolah tersebut bisa menjadi nilai tambah sehingga terjalin sinergisitas yang baik.
Depok tak hanya dihuni kaum milenial, tetapi juga usia lanjut. Seberapa besar keberpihakan Anda?
Perkembangan Depok hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari kontribusi mereka pada masa sebelumnya. Karena itu, kita tidak boleh melu pakan jasa para orang tua yang menjadikan Depok lebih maju dari tahun ke tahun.
Saya melihat, beberapa perkembangan Kota Depok, mulai penambahan pendapatan hingga investasi tiap tahunnya. Misalnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Depok pada 1999 sekitar Rp200 miliar. Tahun ini bisa mencapai Rp3 triliun. Begitu pun investasi, pada 1999 tidak lebih dari Rp500 miliar, kini nilainya mencapai Rp30 triliun per tahun. (R Ratna Purnama)
Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya meningkat, bagaimana Pemkot Depok menyikapi masalah ini?
Prinsipnya kami selalu ingin memberikan pelayanan terbaik untuk warga. Saya berkalikali meminta dan mendorong agar dinas terkait seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) memperbaiki pelayanan dokumen kependudukan kepada masyarakat.
Semangat Disdukcapil terus kita dorong dalam menciptakan pelayanan yang baik. Mereka juga mendengarkan masukan dan kendala dari masyarakat. Skill pada sumber daya manusia (SDM)-nya ditingkatkan. Dari program tersebut kami harapkan ada inovasi yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Secara khusus apa yang diharapkan dari para aparatur sipil negara (ASN)?
Kami mendorong agar seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) melakukan perencanaan berdasarkan manajemen risiko agar setiap kegiatan memiliki langkah pencegahan. Perencanaan dibuat profesional dan transparan.
Seluruh ASN juga diimbau untuk sungguhsungguh me layani masyarakat tanpa pandang bulu. Pelayanan juga harus tepat sasaran sehingga bisa dirasakan masyarakat langsung. Intinya, mereka harus amanah dalam mengemban tugas untuk menuju Kota Depok yang lebih baik lagi.
Pemkot Depok berencana membuat perda garasi mobil? Seberapa pentingkah persoalan tersebut?
Persoalannya, saya sering melihat banyak kendaraan parkir di sembarang tempat sehingga mengganggu kenyamanan warga. Apalagi kendaraan tersebut parkir di tempat anak-anak biasa bermain. Begitu juga pada malam hari, banyak kendaraan parkir di luar rumah. Jelas ini memicu kriminalitas pencurian kendaraan.
Perda ini merupakan terobosan yang seharusnya direspons baik oleh masyarakat khususnya mereka memiliki kendaraan. Tujuannya lebih ke arah pembelajaran mengenai ketertiban memiliki kendaraan. Kalau kita lihat banyak mobil yang parkir di jalan utama perumahan tentu sangat mengganggu pemilik mobil lain yang mau keluar.
Artinya, setiap warga yang punya mobil wajib memiliki garasi?
Ini yang perlu saya luruskan. Maksudnya bukan berarti setiap warga harus membuat garasi di rumahnya. Bisa saja dikelola swadaya (kelompok). Contohnya, dalam satu wilayah masyarakat dapat membuat garasi yang digunakan secara bersama-sama. Jadi kalau tidak punya lahan untuk garasi, bisa juga dikelola bersama.
Aturan kepemilikan garasi tersebut sangat kompleks dan aturannya harus segera disahkan. Saat ini mengenai lahan parkir memang masih dilakukan pengawasan. Ke depan, lokasi yang biasa digunakan sebagai tempat parkir harus menjadi pemasukan atau pendapatan asli daerah.
Banyak warga Depok yang bekerja di Jakarta dan memilih menggunakan Commuterline (KRL). Mereka bisa menggunakan sepeda motor dan memarkirkannya di dekat stasiun. Sebenarnya kita bersyukur, selama ini sudah ada tempat parkir kendaraan. Syukur-syukur kalau dikelola pemerintah sehingga bisa menjadi pemasukan.
Hal lain apa yang direncanakan Pemkot Depok?
Kami juga sedang memikirkan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di kawasan Nambo, Kabupaten Bogor. Rencana tersebut akan direalisasikan pada 2020. Pemkot Depok sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar).
Di Nambo, sampah akan diubah menjadi energi listrik. Ini adalah sebuah terobosan inovatif. Rencana tersebut kami pikirkan karena TPA Cipayung sudah tidak bisa menampung lagi sehingga secepatnya harus dipindahkan.
Soal pendidikan bagaimana?
Saya mendukung seluruh sekolah di Depok menerapkan program Kelas Inspirasi. Melalui program tersebut saya berharap, para pelajar terinspirasi sehingga memiliki cita-cita yang tinggi. Masa anak-anak dan remaja ini merupakan momentum penting untuk mengenali potensi diri.
Karena itu, perlu ada program pembelajaran inovatif dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif ke sekolah. Dalam program akan lebih baik jika tokoh ma syarakat yang dihadirkan dari beragam kalangan atau profesi. Mulai teknik, sipil, pertanian, budayawan, hingga birokrat. Tentunya agar pelajar mendapatkan gambaran profesi yang akan mereka geluti ke depannya, sesuai dengan minat dan bakat anak-anak.
Anda yakin program ini akan berjalan?
Saya berharap program ini menjadi agenda rutin minimal setahun sekali baik swasta maupun negeri. Apalagi, jika yang dihadirkan alumni dari sekolah tersebut bisa menjadi nilai tambah sehingga terjalin sinergisitas yang baik.
Depok tak hanya dihuni kaum milenial, tetapi juga usia lanjut. Seberapa besar keberpihakan Anda?
Perkembangan Depok hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari kontribusi mereka pada masa sebelumnya. Karena itu, kita tidak boleh melu pakan jasa para orang tua yang menjadikan Depok lebih maju dari tahun ke tahun.
Saya melihat, beberapa perkembangan Kota Depok, mulai penambahan pendapatan hingga investasi tiap tahunnya. Misalnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Depok pada 1999 sekitar Rp200 miliar. Tahun ini bisa mencapai Rp3 triliun. Begitu pun investasi, pada 1999 tidak lebih dari Rp500 miliar, kini nilainya mencapai Rp30 triliun per tahun. (R Ratna Purnama)
(nfl)