Peningkatan Layanan, Integrasi KA Bandara dan Kereta Jarak Jauh
A
A
A
TANGERANG - Akses menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten semakin mudah. Tak hanya oleh warga Jakarta dan sekitarnya, tapi mereka yang tinggal di luar kota. Rencananya KA Bandara akan diintegrasikan dengan kereta jarak jauh.
Jangkauan moda transportasi berbasis rel ini akan dikembangkan dari Jakarta hingga Bandung dan Cirebon. Selain integrasi fisik, integrasi tiket sedang disiapkan oleh PT Railink selaku operator KA Bandara. “Saat ini masih berproses dan dikembangkan secara teknologi informasi maupun perhitungan bisnis,” ujar Kepala Humas PT Railink Diah Suryandari di Jakarta, kemarin.
Pengembangan ini bakal mempermudah masyarakat membeli tiket KA Bandara dan kereta jarak jauh. Namun, untuk saat ini penumpang kereta jarak jauh dari Cirebon dan Bandung membeli tiket secara terpisah KA Bandara dan naik dari Stasiun Bekasi. “Di Stasiun Bekasi tersedia vending machine atau bisa membeli melalui aplikasi dan web reservasi,” ucapnya.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro mengatakan, pengintegrasian kereta jarak jauh rute Bandung dan Cirebon dengan KA Bandara masih tahap wacana. “Jika proyek ini berjalan, maka masyarakat dari luar kota yang mau ke Bandara tidak perlu berhenti di Stasiun Gambir lagi untuk transit. Jadi bisa langsung memakai tiket terusan," ucapnya.
Menurut dia, wacana KA Bandara-kereta jarak jauh akan direalisasikan mengingat potensi penumpang cukup besar. Namun, peluang itu belum memberi kepastian berapa banyak armada yang akan ditambah. “Harus ada visibilitasnya,” ucapnya.
Terkait pengintegrasian KA Bandara hingga Bandung dan Cirebon, Kepala Stasiun KA Bandara Soekarno-Hatta Siswanto mengaku belum diajak rapat bersama PT KAI dan PT Railink. Sejak dioperasikan pada 2 Januari 2018, KA Bandara kerap sepi penumpang. Jumlah penumpang per harinya hanya 3.000 orang. “Yang jelas belum sesuai keinginan, masih jauh okupansinya. Kita masih gerak terus," kata Siswanto.
Untuk meningkatkan penumpang, pihaknya akan menggelar event seperti bazar barang-barang branded di Stasiun Bandara. “Insyaallah pada Desember. Jadi orang diundang ke bandara harus naik kereta. Ini upaya menjadikan bandara sebagai tempat wisata naik kereta Bandara," ungkapnya.
Saat ini orang datang ke Bandara Soetta dapat menggunakan beragam moda transportasi baik kereta, bus, hingga helikopter. Khusus agar orang mau naik kereta Bandara, pihak stasiun akan memberi diskon. "Kita beri potongan harga tiket kereta sehingga warga tidak keberatan datang ke bandara. Bukan hanya naik pesawat, tapi apa yang dicari ada di bandara," ujar Siswanto.
Besaran diskon harga tiket kereta cukup besar mulai 25 - 50%. Diharapkan okupansi penumpang kereta Bandara bisa jauh meningkat dari 3.000 orang per hari dan 5.000 orang saat musim liburan.
Menurut dia, ada perbedaan jelas okupansi tahun lalu dengan saat ini. Tahun lalu jasa penerbangan masih terbilang murah dan terjangkau, sementara pada tahun ini melonjak naik. "Tapi kemarin pas MRT beroperasi sempat naik 16%. Secara keseluruhan kereta kita naik 13%. Kalau Stasiun Manggarai sudah beroperasi juga bakal naik lagi," ucapnya.
Vice President of Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano mengaku tidak punya persiapan khusus untuk menyambut integrasi KA Bandara dengan kereta jarak jauh rute Bandung dan Cirebon. “Ini persiapannya lebih ke teman-teman PT Railink. Kalau dari kami platform mobile apps-nya. Nanti juga dipersiapkan untuk mengakomodir pembelian tiket sekaligus display jadwal keretanya," katanya.
Pihaknya juga akan menyiapkan space khusus untuk mempromosikan KA Bandara dan integrasi perjalanan jauhnya. Namun, praktiknya seperti apa, masih dikaji. "Nanti kami informasikan di digital-digital banner kami," ucapnya.
Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, pengembangan KA Bandara dengan kereta jarak jauh berpotensi menjadi komoditas transportasi unggulan publik. "Kondisi Stasiun Bekasi sangat strategis sebagai lokasi transit KA Bandara. Selain lokasinya menjadi pemberangkatan, Stasiun Bekasi juga tidak terlalu padat. Tapi, kondisi KA Bandara perlu dipikirkan dengan matang ke depannya," ungkapnya.
Peningkatan penumpang harus diimbangi kualitas stasiun. Transit kereta juga harus dikembangkan tidak hanya di Stasiun Bekasi melainkan juga Stasiun Manggarai. "Dalam pengembangan Stasiun Manggarai pembangunan nantinya akan membuat stasiun bertambah. Yang terpenting sosialisasi harus sampai ke masyarakat," katanya. (Hasan Kurniawan/Yan Yusuf)
Jangkauan moda transportasi berbasis rel ini akan dikembangkan dari Jakarta hingga Bandung dan Cirebon. Selain integrasi fisik, integrasi tiket sedang disiapkan oleh PT Railink selaku operator KA Bandara. “Saat ini masih berproses dan dikembangkan secara teknologi informasi maupun perhitungan bisnis,” ujar Kepala Humas PT Railink Diah Suryandari di Jakarta, kemarin.
Pengembangan ini bakal mempermudah masyarakat membeli tiket KA Bandara dan kereta jarak jauh. Namun, untuk saat ini penumpang kereta jarak jauh dari Cirebon dan Bandung membeli tiket secara terpisah KA Bandara dan naik dari Stasiun Bekasi. “Di Stasiun Bekasi tersedia vending machine atau bisa membeli melalui aplikasi dan web reservasi,” ucapnya.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro mengatakan, pengintegrasian kereta jarak jauh rute Bandung dan Cirebon dengan KA Bandara masih tahap wacana. “Jika proyek ini berjalan, maka masyarakat dari luar kota yang mau ke Bandara tidak perlu berhenti di Stasiun Gambir lagi untuk transit. Jadi bisa langsung memakai tiket terusan," ucapnya.
Menurut dia, wacana KA Bandara-kereta jarak jauh akan direalisasikan mengingat potensi penumpang cukup besar. Namun, peluang itu belum memberi kepastian berapa banyak armada yang akan ditambah. “Harus ada visibilitasnya,” ucapnya.
Terkait pengintegrasian KA Bandara hingga Bandung dan Cirebon, Kepala Stasiun KA Bandara Soekarno-Hatta Siswanto mengaku belum diajak rapat bersama PT KAI dan PT Railink. Sejak dioperasikan pada 2 Januari 2018, KA Bandara kerap sepi penumpang. Jumlah penumpang per harinya hanya 3.000 orang. “Yang jelas belum sesuai keinginan, masih jauh okupansinya. Kita masih gerak terus," kata Siswanto.
Untuk meningkatkan penumpang, pihaknya akan menggelar event seperti bazar barang-barang branded di Stasiun Bandara. “Insyaallah pada Desember. Jadi orang diundang ke bandara harus naik kereta. Ini upaya menjadikan bandara sebagai tempat wisata naik kereta Bandara," ungkapnya.
Saat ini orang datang ke Bandara Soetta dapat menggunakan beragam moda transportasi baik kereta, bus, hingga helikopter. Khusus agar orang mau naik kereta Bandara, pihak stasiun akan memberi diskon. "Kita beri potongan harga tiket kereta sehingga warga tidak keberatan datang ke bandara. Bukan hanya naik pesawat, tapi apa yang dicari ada di bandara," ujar Siswanto.
Besaran diskon harga tiket kereta cukup besar mulai 25 - 50%. Diharapkan okupansi penumpang kereta Bandara bisa jauh meningkat dari 3.000 orang per hari dan 5.000 orang saat musim liburan.
Menurut dia, ada perbedaan jelas okupansi tahun lalu dengan saat ini. Tahun lalu jasa penerbangan masih terbilang murah dan terjangkau, sementara pada tahun ini melonjak naik. "Tapi kemarin pas MRT beroperasi sempat naik 16%. Secara keseluruhan kereta kita naik 13%. Kalau Stasiun Manggarai sudah beroperasi juga bakal naik lagi," ucapnya.
Vice President of Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano mengaku tidak punya persiapan khusus untuk menyambut integrasi KA Bandara dengan kereta jarak jauh rute Bandung dan Cirebon. “Ini persiapannya lebih ke teman-teman PT Railink. Kalau dari kami platform mobile apps-nya. Nanti juga dipersiapkan untuk mengakomodir pembelian tiket sekaligus display jadwal keretanya," katanya.
Pihaknya juga akan menyiapkan space khusus untuk mempromosikan KA Bandara dan integrasi perjalanan jauhnya. Namun, praktiknya seperti apa, masih dikaji. "Nanti kami informasikan di digital-digital banner kami," ucapnya.
Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, pengembangan KA Bandara dengan kereta jarak jauh berpotensi menjadi komoditas transportasi unggulan publik. "Kondisi Stasiun Bekasi sangat strategis sebagai lokasi transit KA Bandara. Selain lokasinya menjadi pemberangkatan, Stasiun Bekasi juga tidak terlalu padat. Tapi, kondisi KA Bandara perlu dipikirkan dengan matang ke depannya," ungkapnya.
Peningkatan penumpang harus diimbangi kualitas stasiun. Transit kereta juga harus dikembangkan tidak hanya di Stasiun Bekasi melainkan juga Stasiun Manggarai. "Dalam pengembangan Stasiun Manggarai pembangunan nantinya akan membuat stasiun bertambah. Yang terpenting sosialisasi harus sampai ke masyarakat," katanya. (Hasan Kurniawan/Yan Yusuf)
(nfl)