Pemkab Bogor Belum Tahu Pembangunan Sky Line Puncak Dikerjakan 2020
A
A
A
BOGOR - Pemkab Bogor mengaku bersyukur jika memang program kereta ringan (gantung) atau sky line sebagai solusi mengatasi kemacetan di jalur Puncak, Megamendung-Cisarua, Kabupaten Bogor, direspons pemerintahan pusat. Tersiar kabar, pemerintah pusat menargetkan pembangunan sky line di jalur Puncak dikerjakan tahun depan dan beroperasi pada 2029 mendatang.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika mengaku kurang mengetahui perkembangan pengadaan sky line yang sempat ramai diwacanakan pada 2013 lalu. Kemudian wacana tersebut tenggelam kembali di 2016.
"Untuk jangka panjang memang kita punya satu mimpi dalam mengatasi kemacetan di jalur Puncak yakni yang tak membebani jalan raya, salah satu alternatifnya adalah kereta gantung, tapi itu baru tahap wacana dan kajian," kata Ajat kepada wartawan pada Senin (13/5/2019).
Ajat mengaku tak tahu menahu jika saat ini pemerintah pusat kembali menggencarkan wacana tersebut. Tentu, lanjut dia, Pemkab Bogor bersyukur dan senang usulan sky line segera direalisasikan dalam waktu dekat.
"Kami tak tahu menahu, jika pemerintah pusat menargetkan pembangunan sky line di jalur Puncak dilakukan tahun depan dan dan beroperasi 2029 mendatang," ungkapnya.
Ajat menuturkan, terakhir kali pembahasan yang melibatkan Pemkab Bogor dilakukan pada 2016 silam bersama Ditjen Perkeretaapian dan investor.
Meski demikian, lanjut Ajat, pihaknya harus memikirkan alternatif mengurangi beban jalan raya, di antaranya penyelenggaraan sky line, sebab itu tak memakan space terlalu besar dan bisa menjangkau titik-titik tertentu serta ramah lingkungan.
"Kalau ini jadi dibangun dalam waktu dekat, Alhamdulilah berarti mimpi kita segera terwujud. Sebab dulu kita sempat mengusulkan pembangunan sky train itu dimulai dari kawasan Sentul hingga Puncak, berhenti di Taman Wisata Matahari, Taman Safari Indonesia, Gunung Mas, Masjid Atta'awun dan tempat wisata lainnya," jelasnya.
Meski demikian, pihaknya menegaskan saat ini ada sejumlah solusi untuk mengatasi kemacetan jangka pendek yang sudah dan sedang dilakukan. Solusi jangka pendek menengah kita mencoba dulu melebarkan kapasitas mulai dari pembangunan Jembatan Gadog dan pelebaran badan jalan, itu inisiatif dari Pemkab Bogor kemudian bersama pemerintah pusat dan BPTJ mengizinkan.
"Jadi baru bicara dikapasitas saja, berarti dalam pelebaran jalan ini ada yang harus digusur para PKL kemudian dibangunkan rest area sebagai tempat relokasi. Setelah itu kita bermain di pengurangan volume, tapi selebihnya masih sebatas kajian,"ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Wawan (35), warga Megamendung, Bogor mengaku gembira jika memang di kawasan Puncak ada kereta gantung. Pasalnya selain menjadi obyek wisata baru, juga sebagai solusi mempersingkat waktu tempuh perjalanan yang biasanya berjam-jam karena terjebak macet.
"Saya kira bagus ya, ini sebagai langkah maju dalam penanganan kemacetan selama ini yang terjadi di jalur Puncak. Jalur puncak yang selama ini menjadi magnet bagi wisatawan domestik terutama Jakarta, bahkan mancanegara asal Timur Tengah, pada Sabtu-Minggu, hari libur nasional, libur sekolah, Tahun Baru, dan Idul Fitri selalu disesaki dengan kemacetan kendaraan yang membuat sulit bepergian bagi para penduduk pribumi, tentunya kereta gantung bisa menjadi sekala prioritas dalam penanganan kemacetan," ujarnya.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika mengaku kurang mengetahui perkembangan pengadaan sky line yang sempat ramai diwacanakan pada 2013 lalu. Kemudian wacana tersebut tenggelam kembali di 2016.
"Untuk jangka panjang memang kita punya satu mimpi dalam mengatasi kemacetan di jalur Puncak yakni yang tak membebani jalan raya, salah satu alternatifnya adalah kereta gantung, tapi itu baru tahap wacana dan kajian," kata Ajat kepada wartawan pada Senin (13/5/2019).
Ajat mengaku tak tahu menahu jika saat ini pemerintah pusat kembali menggencarkan wacana tersebut. Tentu, lanjut dia, Pemkab Bogor bersyukur dan senang usulan sky line segera direalisasikan dalam waktu dekat.
"Kami tak tahu menahu, jika pemerintah pusat menargetkan pembangunan sky line di jalur Puncak dilakukan tahun depan dan dan beroperasi 2029 mendatang," ungkapnya.
Ajat menuturkan, terakhir kali pembahasan yang melibatkan Pemkab Bogor dilakukan pada 2016 silam bersama Ditjen Perkeretaapian dan investor.
Meski demikian, lanjut Ajat, pihaknya harus memikirkan alternatif mengurangi beban jalan raya, di antaranya penyelenggaraan sky line, sebab itu tak memakan space terlalu besar dan bisa menjangkau titik-titik tertentu serta ramah lingkungan.
"Kalau ini jadi dibangun dalam waktu dekat, Alhamdulilah berarti mimpi kita segera terwujud. Sebab dulu kita sempat mengusulkan pembangunan sky train itu dimulai dari kawasan Sentul hingga Puncak, berhenti di Taman Wisata Matahari, Taman Safari Indonesia, Gunung Mas, Masjid Atta'awun dan tempat wisata lainnya," jelasnya.
Meski demikian, pihaknya menegaskan saat ini ada sejumlah solusi untuk mengatasi kemacetan jangka pendek yang sudah dan sedang dilakukan. Solusi jangka pendek menengah kita mencoba dulu melebarkan kapasitas mulai dari pembangunan Jembatan Gadog dan pelebaran badan jalan, itu inisiatif dari Pemkab Bogor kemudian bersama pemerintah pusat dan BPTJ mengizinkan.
"Jadi baru bicara dikapasitas saja, berarti dalam pelebaran jalan ini ada yang harus digusur para PKL kemudian dibangunkan rest area sebagai tempat relokasi. Setelah itu kita bermain di pengurangan volume, tapi selebihnya masih sebatas kajian,"ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Wawan (35), warga Megamendung, Bogor mengaku gembira jika memang di kawasan Puncak ada kereta gantung. Pasalnya selain menjadi obyek wisata baru, juga sebagai solusi mempersingkat waktu tempuh perjalanan yang biasanya berjam-jam karena terjebak macet.
"Saya kira bagus ya, ini sebagai langkah maju dalam penanganan kemacetan selama ini yang terjadi di jalur Puncak. Jalur puncak yang selama ini menjadi magnet bagi wisatawan domestik terutama Jakarta, bahkan mancanegara asal Timur Tengah, pada Sabtu-Minggu, hari libur nasional, libur sekolah, Tahun Baru, dan Idul Fitri selalu disesaki dengan kemacetan kendaraan yang membuat sulit bepergian bagi para penduduk pribumi, tentunya kereta gantung bisa menjadi sekala prioritas dalam penanganan kemacetan," ujarnya.
(whb)