Keberadaan Tol Becakayu Jadi Pemecah Kemacetan Kalimalang
A
A
A
BEKASI - Jalan Tol Bekasi–Cawang–Kampung Melayu (Becakayu) merupakan proyek strategis nasional yang digadang-gadang sebagai salah satu pemecah kemacetan di wilayah Bekasi hingga Jakarta Timur. Saat ini proyek infrastrukturnya masih berlangsung meski sebagian ruas JALAN TOL Becakayu sudah ada yang beroperasi.
Pembangunan Tol Becakayu awalnya terbengkalai selama 20 tahun sebelum dimulai kembali akhir 2014. Pada November 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian Seksi 1B dan 1C yang membentang sepanjang 8,4 km dari Cipinang di Jakarta Timur sampai Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Jalan layang berbayar ini secara keseluruhan bakal membentang sepanjang 23,8 km dan diperkirakan menghabiskan anggaran mencapai Rp7,2 triliun. Rinciannya biaya konstruksi Rp4,785 triliun, biaya pembebasan tanah Rp449 miliar, serta masa konsesi 45 tahun (sejak SPMK). Jalan Tol Becakayu dibangun di atas Sungai Kalimalang di Jakarta Timur dan Bekasi guna mengurai kemacetan di kawasan Kalimalang.
Pembangunannya dimulai 1996 oleh PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM), tapi terhenti dua tahun kemudian akibat krisis moneter. Untuk investor dan pengelola Tol Becakayu adalah PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang memegang 98,97% saham PT Kresna Kusuma Dyandra Marga.
Setelah peresmian Seksi 1B dan 1C tol ini tidak dikenakan tarif selama dua pekan. Setelah masa gratis berakhir, ruas tol tersebut dikenakan tarif Rp14.000 untuk golongan I. Untuk Seksi 2 Tol Becakayu ruas Jakasampurna–Tambun baru memasuki tahapan awal sosialisasi dan konsultasi tentang analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).
Deputi Pimpinan Proyek Tol Becakayu dari PT KKDM Deden Suharyan mengatakan, progres pembangunan Tol Becakayu Seksi 2A Jakasampurna–Simpang BCP ditarget selesai Agustus 2019. Paket pembangunan Seksi 2A memiliki panjang 4,1 km yang membentang dari Caman hingga Simpang BCP dan terdapat 143 tiang pancang. Dari total 143 tiang, baru 118 tiang pancang yang rampung dan sisanya akan berdiri beberapa bulan mendatang.
Dia menjelaskan, setiap progres pembangunan selalu diikuti perubahan rekayasa lalu lintas di Jalan KH Noer Ali atau Kalimalang. Itu dilakukan karena ruas-ruas badan jalan akan digunakan untuk pembangunan tiang pancang. Akibatnya Jalan Kalimalang di wilayah Bekasi ditutup hingga September mendatang.
Bekasi Desak Bangun Overpass
Terkait percepatan pembangunan Tol Becakayu, Pemkot Bekasi mendesak pemerintah pusat membangun lintasan bawah tanah (underpass) atau jembatan layang (overpass) di persimpangan Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan. Desakan itu menyusul perubahan manajemen lalu lintas akibat proyek Tol Becakayu.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi Yayan Yuliana mengatakan, underpass atau overpass dibutuhkan untuk menghindari persimpangan di Jalan Ahmad Yani yang bisa memicu kemacetan parah. “Imbasnya, kemacetan kerap terjadi sejak pagi hingga malam hari. Solusinya pemerintah pusat harus segera membangun underpass atau overpass,” ujarnya, kemarin.
Pemkot Bekasi telah meminta pada pelaksana proyek Tol Layang Becakayu segera membangunnya di sisi kanan pusat perbelanjaan Mega Bekasi City. Pelaksana proyek kemungkinan bakal menyetujui rencana pembangunan underpass sehingga nanti panjang lintasan bawah tanah itu mencapai 500 meter.
Pembangunan underpass dipilih karena sejalan dengan program revitalisasi Kalimalang di sisi kanan Mega Bekasi Hypermall oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Adanya jalan berupa terowongan, maka tidak akan mengganggu estetika setelah Kalimalang menjadi tempat wisata baru.
Menurut Yayan, pembangunan underpass sangat dibutuhkan karena setelah Tol Becakayu beroperasi sampai Jalan Ahmad Yani pasti ada perubahan manajemen lalu lintas. Kendaraan dari arah Jalan Hasibuan menuju Jakarta kini menggunakan jalur sisi selatan Kalimalang sehingga tidak akan lagi melintasi Kalimalang.
Pembangunan Tol Becakayu awalnya terbengkalai selama 20 tahun sebelum dimulai kembali akhir 2014. Pada November 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian Seksi 1B dan 1C yang membentang sepanjang 8,4 km dari Cipinang di Jakarta Timur sampai Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Jalan layang berbayar ini secara keseluruhan bakal membentang sepanjang 23,8 km dan diperkirakan menghabiskan anggaran mencapai Rp7,2 triliun. Rinciannya biaya konstruksi Rp4,785 triliun, biaya pembebasan tanah Rp449 miliar, serta masa konsesi 45 tahun (sejak SPMK). Jalan Tol Becakayu dibangun di atas Sungai Kalimalang di Jakarta Timur dan Bekasi guna mengurai kemacetan di kawasan Kalimalang.
Pembangunannya dimulai 1996 oleh PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM), tapi terhenti dua tahun kemudian akibat krisis moneter. Untuk investor dan pengelola Tol Becakayu adalah PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang memegang 98,97% saham PT Kresna Kusuma Dyandra Marga.
Setelah peresmian Seksi 1B dan 1C tol ini tidak dikenakan tarif selama dua pekan. Setelah masa gratis berakhir, ruas tol tersebut dikenakan tarif Rp14.000 untuk golongan I. Untuk Seksi 2 Tol Becakayu ruas Jakasampurna–Tambun baru memasuki tahapan awal sosialisasi dan konsultasi tentang analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).
Deputi Pimpinan Proyek Tol Becakayu dari PT KKDM Deden Suharyan mengatakan, progres pembangunan Tol Becakayu Seksi 2A Jakasampurna–Simpang BCP ditarget selesai Agustus 2019. Paket pembangunan Seksi 2A memiliki panjang 4,1 km yang membentang dari Caman hingga Simpang BCP dan terdapat 143 tiang pancang. Dari total 143 tiang, baru 118 tiang pancang yang rampung dan sisanya akan berdiri beberapa bulan mendatang.
Dia menjelaskan, setiap progres pembangunan selalu diikuti perubahan rekayasa lalu lintas di Jalan KH Noer Ali atau Kalimalang. Itu dilakukan karena ruas-ruas badan jalan akan digunakan untuk pembangunan tiang pancang. Akibatnya Jalan Kalimalang di wilayah Bekasi ditutup hingga September mendatang.
Bekasi Desak Bangun Overpass
Terkait percepatan pembangunan Tol Becakayu, Pemkot Bekasi mendesak pemerintah pusat membangun lintasan bawah tanah (underpass) atau jembatan layang (overpass) di persimpangan Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan. Desakan itu menyusul perubahan manajemen lalu lintas akibat proyek Tol Becakayu.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi Yayan Yuliana mengatakan, underpass atau overpass dibutuhkan untuk menghindari persimpangan di Jalan Ahmad Yani yang bisa memicu kemacetan parah. “Imbasnya, kemacetan kerap terjadi sejak pagi hingga malam hari. Solusinya pemerintah pusat harus segera membangun underpass atau overpass,” ujarnya, kemarin.
Pemkot Bekasi telah meminta pada pelaksana proyek Tol Layang Becakayu segera membangunnya di sisi kanan pusat perbelanjaan Mega Bekasi City. Pelaksana proyek kemungkinan bakal menyetujui rencana pembangunan underpass sehingga nanti panjang lintasan bawah tanah itu mencapai 500 meter.
Pembangunan underpass dipilih karena sejalan dengan program revitalisasi Kalimalang di sisi kanan Mega Bekasi Hypermall oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Adanya jalan berupa terowongan, maka tidak akan mengganggu estetika setelah Kalimalang menjadi tempat wisata baru.
Menurut Yayan, pembangunan underpass sangat dibutuhkan karena setelah Tol Becakayu beroperasi sampai Jalan Ahmad Yani pasti ada perubahan manajemen lalu lintas. Kendaraan dari arah Jalan Hasibuan menuju Jakarta kini menggunakan jalur sisi selatan Kalimalang sehingga tidak akan lagi melintasi Kalimalang.
(don)