Hari Pendidikan, Nestapa Guru Ngaji Bekerja Tanpa Pamrih Tanpa Gaji

Kamis, 02 Mei 2019 - 22:15 WIB
Hari Pendidikan, Nestapa...
Hari Pendidikan, Nestapa Guru Ngaji Bekerja Tanpa Pamrih Tanpa Gaji
A A A
TANGERANG SELATAN - Pekerjaan mulia para guru ngaji sering kali luput dari perhatian. Padahal mereka rela menyita waktu demi mendidik ilmu dasar agama kepada murid-muridnya. Dengan harapan kelak ilmu tersebut dapat menjadi pondasi kuat yang menuntunnya kepada jalan kebaikan bagi diri pribadi, keluarga, agama, dan bangsa.

Di balik semua itu, sebenarnya apa yang dibaktikan oleh guru-guru ngaji turut membantu pula pekerjaan pemerintah. Di mana terbangun suatu upaya, bahwa segenap masyarakat harus pula mendapatkan pendidikan dasar agama, mendampingi pendidikan umum.

Meskipun diketahui, para guru ngaji itu bekerja tanpa pamrih, tanpa gaji maupun honor. Kebanyakan mereka hanya menerima infaq dari peserta didik, itu pun digunakan untuk keperluan pokok belajar mengajar seperti membayar tagihan listrik, alat tulis, bahkan hingga keperluan lainnya.

Pengurus guru-guru ngaji di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang tergabung dalam Forum Guru Taman Pendidikan Al-quran (FG-TPQ) tingkat Kecamatan Pamulang, mengungkapkan keprihatinannya tentang kondisi belajar-mengajar yang berlangsung sejak belasan tahun lalu itu.

"Kalau di sini saya ikut mengelola TPQ Al-Falah sejak tahun 2007. Belajarnya ikut gabung di ruangan musala, jadi pakai sekat-sekat agar tak mengganggu yang mau salat. Sekarang ustadzahnya (guru perempuan) total ada 5, dan muridnya sekitar 55 orang," ujar Rita Diana, Sekretaris FG-TPQ Kecamatan Pamulang, ditemui di kediamannya, Jalan Pinus 1, Reni Jaya, Pamulang Barat, Pamulang, Tangsel, Kamis (2/5/2019).

Ia mengaku selama mengajar ngaji sejak tahun 2007 silam belum ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat. Meski diketahui ada alokasi anggaran khusus untuk tunjangan insentif para guru ngaji. Sekali-kalinya, kata dia, pada tahun 2011 lalu pernah ada pemberian insentif dari Kementerian Agama sebesar Rp1,8 juta untuk 6 bulan.

"Bantuan insentif dari Kemenag, sekali itu saja dirapel untuk 6 bulan. Ke depan harapan kita sebenarnya ada perhatian dari Pemkot terhadap para guru ngaji ini," ucapnya.

Walaupun tidak menerima insentif dari Pemkot Tangsel, namun tak menyurutkan semangat para guru ngaji untuk terus mengajar. Namun sering kali banyak guru kesulitan saat harus membayar keperluan kegiatan operasional bagi para santri.

"Kita ikut bayar tagihan listrik, membeli alat tulis, buku-buku mengaji. Karena kan enggak tega juga kalau melimpahkan itu kepada orang tua santri, karena di sini banyak juga santri dari keluarga tak mampu. Makanya infaq lebih sering kita gunakan untuk menutupi kebutuhan belajar mengaji itu," tuturnya.

Dia membeberkan, beberapa waktu lalu FG-TPQ Kecamatan Pamulang merekomendasikan kepada FG-TPQ tingkat Kota, agar membahas tunjangan insentif itu kepada Pemkot Tangsel. Termasuk meminta soal transparansi siapa saja guru ngaji yang diberikan insentif, dan seperti apa kriterianya.

"Dulu pernah pengurus guru ngaji di Pamulang merekomendasikan ke FG-TPQ Kota Tangsel soal itu. Infonya sudah ada pertemuan dengan Pemkot, tapi sampai sekarang seperti belum ada realisasinya," imbuhnya.

Baik Rita maupun guru guru ngaji lainnya tak menampik kabar bahwa ada sejumlah guru ngaji yang rutin menerima dana insentif. Meskipun informasinya tak diketahui secara luas. Tidak ada transparansi mengenai pemberian dana insentif yang dibagikan oleh tiap-tiap kecamatan itu.

Sebenarnya, dana insentif bagi guru ngaji sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Pada tahun 2018 misalnya, dana insentif telah dicairkan kepada masing-masing guru ngaji sebesar Rp300 ribu untuk 3 bulan. Namun untuk pendataannya, sudah dilakukan oleh bidang Kesejahteraan Rakyat Pemkot Tangsel.

Informasi yang dihimpun, jumlah total anggaran bagi program insentif guru ngaji di tingkat Kecamatan Pamulang mencapai Rp1,1 miliar per tahun. Dengan jumlah penerima sebanyak 638 guru ngaji yang sama pada tiap tahunnya.

"Datanya di Pamulang ini ada 638 yang menerima, itu untuk guru ngaji informal. Sebenarnya jumlah riil guru ngaji informal jauh lebih banyak, tapi kita sendiri belum mendata pasti angkanya," terang Hamdani, Sekretaris Kecamatan Pamulang dikonfirmasi terpisah.

Namun Hamdani enggan menjelaskan lebih lanjut, mengenai penunjukan guru-guru ngaji informal yang mendapat kucuran insentif dari pemerintah. Kata dia, pihak kecamatan hanya menerima data dalam jumlah yang diserahkan oleh Bidang Kesra Pemkot Tangsel.

"Kita hanya menerima data dalam jumlah itu saja. kalau kriterianya seperti apa guru-guru ngajinya, siapa saja yang dapat, itu pihak Kesra Pemkot sebagai leading sektornya," tutupnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.7353 seconds (0.1#10.140)