Banjir Bandang di Sungai Cikeas Sudah Diprediksi Pakar Hidrologi UGM
A
A
A
JAKARTA - Banjir bandang menerjang sejumlah titik di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, pada Kamis, 25 April 2019 lalu. Sebelum kejadian, Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) sudah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya banjir bandang di sepanjang bantaran Sungai Cikeas melalui siaran pers, dan website www.kp2c.org serta di media sosial.
Pada awal April tepatnya Minggu, 7 April 2019 lalu, pakar hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono menjelaskan kepada KP2C tentang ancaman banjir bandang di Sungai Cikeas. Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Ketua KP2C, Puarman, Agus mengatakan banjir bandang bisa melanda kawasan perumahan di bantaran Sungai Cikeas bila aliran sungai tersumbat sampah bambu dan terjadi hujan ekstrem di hulu sungai.
Benar saja, pada Kamis 25 April 2019 malam, kawasan Citeureup dihantam banjir bandang dari luapan sungai Cikeas. Sejumlah rumah dan infrastruktur luluh lantak. Keesokan harinya Jumat, 27 April 2019, tujuh perumahan di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, ikut terendam banjir.
Bencana ini imbas air bah yang datang dari hulu Cikeas yang sebelumnya memporak-porandakan permukiman di Citeureup. Ketua KP2C, Puarman mengatakan, KP2C bergerak cepat dengan memberikan informasi kepada warga dan aparatur pemerintahan yang kemungkinan akan terkena dampak banjir bandang saar itu.
"Jumat pagi saya sudah kasi info ke Ketua RW 36, 41 Villa Nusa Indah (VNI) 3, Ketua RW 25 Vila Mahkota Pesona (VMP), dan Kalak BPBD Kab Bogor akan adanya potensi banjir. Saya juga kasih peringatan ke Lurah Jatiluhur akan potensi banjir di perumahan Puri Nusaphala dan Camat Jatiasih serta Kalak BPBD Kota Bekasi," kata Puarman dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Senin (29/4/2019).
KP2C, lanjut Puarman, sudah melakukan tugasnya dengan segera dalam memberikan peringatan dini kepada pemangku kepentingan dan masyarakat melalui WA Grup, website dan media sosial yang dimiliki KP2C.
Bukan sebatas itu saja, di akhir Februari 2019, KP2C juga menginisiasi kegiatan susur Sungai Cikeas bersama instansi terkait di Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Hasil susur sungai itu ditemukan ratusan rumpun bambu bermasalah di sepanjang sungai Cikeas.
Ada rumpun bambu yang hampir rubuh, telah robuh, bahkan sudah menutupi aliran sungai dan berpotensi memicu banjir bandang. Juga ditemukan belum ada tanggul di VNI 3, sehingga perumahan tersebut berpotensi banjir saat hujan lebat mengguyur hulu sungai Cikeas. "Padahal sudah ada perencanaan dari tahun 2014," ujar Puarman.
Hasil susur sungai ini, menurut Puarman, diangkat KP2C dalam bentuk press release. Juga telah ditayang di website dan medsos KP2C serta dikirimkan surat ke Bupati Bogor, Wali Kota Depok dan Wali Kota Bekasi. Karena sumber masalah 50% ada di Kabupaten Bogor, 25% di Kota Depok dan 25% di Kota Bekasi.
Puarman menuturkan, banjir di Citeureup akan menjadi evaluasi KP2C untuk lebih memperluas penyebaran informasi tentang tinggi muka air (TMA) hingga ke warga dan pemangku kepentingan di Kawasan Citeureup dan sekitarnya.
"KP2C memiliki alat pemantau TMA berupa CCTV dan petugas pantau TMA Cibongas di Babakan Madang. Lokasinya sebelum Citeureup," ujar Puarman.
Kondisi TMA Cikeas
Saat banjir melanda tujuh perumahan di Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Jatiasih itu, alat titik pantau TMA KP2C di sungai Cikeas menunjukkan elevasi >500 cm. Adapun elevasi atau TMA normal di bawah 200 cm. Terjadi kenaikan TMA sangat drastis yang menurut catatan kami merupakan Tinggi Muka Air (TMA) tertinggi selama 15 tahun terakhir.
TMA Cikeas pernah naik hingga 450cm pada 20 November 2014.
Banjir di Jumat pagi itu terjadi pk. 08.30 WIB. Air mulai surut pk. 17.00 WIB. Sedikitnya 1.124 rumah warga terendam banjir. Dan 600 halaman rumah warga tergenang air.
Rumah warga yang terdampak banjir hingga memasuki rumah meliputi perumahan Cibubur City, Desa Nagrak (150 KK); Vila Nusa Indah (VNI) 3, RW 36, Bojongkulur (120 KK); VNI 3, RW 41, Bojongkulur (300 KK).Vila Mahkota Pesona, RW 25, Bojongkulur (550 KK); perkampungan RW 04, Bojongkulur (6 KK);
Data tersebut baru untuk Kec Gunung Putri, sedangkan dampak di Kecamatan Jatiasih sedang dihitung.Dari bencana itu, warga menemukan empat ekor ular Sanca di perumahan Vila Mahkota Pesona, 2 ekor di Puri Nusaphala dan masing-masing satu ekor di VNI 3 dan Mandosi. Kemungkinan ular-ular tersebut hanyut ke kawasan perumahan akibat terbawa luapan air sungai.
Banyak Titik Bencana
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor (BPBD), banyak titik bencana mulai Kamis malam hingga Jum'at itu. Data BPBD menunjukkan luapan sungai Cikeas merusak puluhan rumah warga di Kampung Nanggewer Kaum, dan Kampung Babakan Rawa Haur. Empat desa di Kecamatan Babakan Madang ikut diterjang banjir.
Di antaranya Desa Cijayanti, Desa Bojongkoneng, Desa Kadumangu dan Desa Sentul. Di Kecamatan Sukaraja, banjir menghanyutkan jembatan penghubung Desa Cadas dengan Desa Citaringgul yang terletak di Kampung Cadasngampar RT07/02.
Di Kecamatan Ciampea dilaporkan sembilan rumah di RT 02 RW 01, Desa Tegalwaru tergenang banjir. Juga ada delapan rumah dan satu musalah di RT 01 RW 02 Desa Tegalwaru, rusak akibat terdampak longsor.
Setidaknya di Ciampea terdapat 23 rumah di RT 07 RW 05 Desa Tegalwaru, tergenang banjir, akibat luapan air kali Cinangka. Tembok penahan tanah di RT 03 RW 01 Desa Tegalwaru, rusak akibat tergerus banjir. Di kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, seribuan rumah terendam banjir.
Di Kecamatan Cigudeg, longsor menutupi badan Jalan Raya Cigudeg-Sukajaya Tanjakan Cipanganten, tepatnya di Kampung Juga RT 04/04, Desa Sukaraksa. Di Kecamatan Leuwiliang, hujan deras mengakibatkan banjir dan longsor di Kampung Mekarjaya RT 03/09, Desa Cibeber I. Tiga rumah terdampak banjir.
Di Kecamatan Leuwisadeng, banjir menggenangi Pondok Pesantren An-Nida di Kampung Kalong, Desa Kalong II. Longsor menimpa gedung SD Kalong IV di Kampung Kalong Tonghoh RT 01/04, Desa Kalong II. Di Kecamatan Nanggung, enam RT di Kampung Liud, Desa Kalongliud, tergenang banjir akibat meluapnya aliran sungai Citaruna.
Pada awal April tepatnya Minggu, 7 April 2019 lalu, pakar hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono menjelaskan kepada KP2C tentang ancaman banjir bandang di Sungai Cikeas. Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Ketua KP2C, Puarman, Agus mengatakan banjir bandang bisa melanda kawasan perumahan di bantaran Sungai Cikeas bila aliran sungai tersumbat sampah bambu dan terjadi hujan ekstrem di hulu sungai.
Benar saja, pada Kamis 25 April 2019 malam, kawasan Citeureup dihantam banjir bandang dari luapan sungai Cikeas. Sejumlah rumah dan infrastruktur luluh lantak. Keesokan harinya Jumat, 27 April 2019, tujuh perumahan di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, ikut terendam banjir.
Bencana ini imbas air bah yang datang dari hulu Cikeas yang sebelumnya memporak-porandakan permukiman di Citeureup. Ketua KP2C, Puarman mengatakan, KP2C bergerak cepat dengan memberikan informasi kepada warga dan aparatur pemerintahan yang kemungkinan akan terkena dampak banjir bandang saar itu.
"Jumat pagi saya sudah kasi info ke Ketua RW 36, 41 Villa Nusa Indah (VNI) 3, Ketua RW 25 Vila Mahkota Pesona (VMP), dan Kalak BPBD Kab Bogor akan adanya potensi banjir. Saya juga kasih peringatan ke Lurah Jatiluhur akan potensi banjir di perumahan Puri Nusaphala dan Camat Jatiasih serta Kalak BPBD Kota Bekasi," kata Puarman dalam siaran tertulis yang diterima SINDOnews pada Senin (29/4/2019).
KP2C, lanjut Puarman, sudah melakukan tugasnya dengan segera dalam memberikan peringatan dini kepada pemangku kepentingan dan masyarakat melalui WA Grup, website dan media sosial yang dimiliki KP2C.
Bukan sebatas itu saja, di akhir Februari 2019, KP2C juga menginisiasi kegiatan susur Sungai Cikeas bersama instansi terkait di Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Hasil susur sungai itu ditemukan ratusan rumpun bambu bermasalah di sepanjang sungai Cikeas.
Ada rumpun bambu yang hampir rubuh, telah robuh, bahkan sudah menutupi aliran sungai dan berpotensi memicu banjir bandang. Juga ditemukan belum ada tanggul di VNI 3, sehingga perumahan tersebut berpotensi banjir saat hujan lebat mengguyur hulu sungai Cikeas. "Padahal sudah ada perencanaan dari tahun 2014," ujar Puarman.
Hasil susur sungai ini, menurut Puarman, diangkat KP2C dalam bentuk press release. Juga telah ditayang di website dan medsos KP2C serta dikirimkan surat ke Bupati Bogor, Wali Kota Depok dan Wali Kota Bekasi. Karena sumber masalah 50% ada di Kabupaten Bogor, 25% di Kota Depok dan 25% di Kota Bekasi.
Puarman menuturkan, banjir di Citeureup akan menjadi evaluasi KP2C untuk lebih memperluas penyebaran informasi tentang tinggi muka air (TMA) hingga ke warga dan pemangku kepentingan di Kawasan Citeureup dan sekitarnya.
"KP2C memiliki alat pemantau TMA berupa CCTV dan petugas pantau TMA Cibongas di Babakan Madang. Lokasinya sebelum Citeureup," ujar Puarman.
Kondisi TMA Cikeas
Saat banjir melanda tujuh perumahan di Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Jatiasih itu, alat titik pantau TMA KP2C di sungai Cikeas menunjukkan elevasi >500 cm. Adapun elevasi atau TMA normal di bawah 200 cm. Terjadi kenaikan TMA sangat drastis yang menurut catatan kami merupakan Tinggi Muka Air (TMA) tertinggi selama 15 tahun terakhir.
TMA Cikeas pernah naik hingga 450cm pada 20 November 2014.
Banjir di Jumat pagi itu terjadi pk. 08.30 WIB. Air mulai surut pk. 17.00 WIB. Sedikitnya 1.124 rumah warga terendam banjir. Dan 600 halaman rumah warga tergenang air.
Rumah warga yang terdampak banjir hingga memasuki rumah meliputi perumahan Cibubur City, Desa Nagrak (150 KK); Vila Nusa Indah (VNI) 3, RW 36, Bojongkulur (120 KK); VNI 3, RW 41, Bojongkulur (300 KK).Vila Mahkota Pesona, RW 25, Bojongkulur (550 KK); perkampungan RW 04, Bojongkulur (6 KK);
Data tersebut baru untuk Kec Gunung Putri, sedangkan dampak di Kecamatan Jatiasih sedang dihitung.Dari bencana itu, warga menemukan empat ekor ular Sanca di perumahan Vila Mahkota Pesona, 2 ekor di Puri Nusaphala dan masing-masing satu ekor di VNI 3 dan Mandosi. Kemungkinan ular-ular tersebut hanyut ke kawasan perumahan akibat terbawa luapan air sungai.
Banyak Titik Bencana
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor (BPBD), banyak titik bencana mulai Kamis malam hingga Jum'at itu. Data BPBD menunjukkan luapan sungai Cikeas merusak puluhan rumah warga di Kampung Nanggewer Kaum, dan Kampung Babakan Rawa Haur. Empat desa di Kecamatan Babakan Madang ikut diterjang banjir.
Di antaranya Desa Cijayanti, Desa Bojongkoneng, Desa Kadumangu dan Desa Sentul. Di Kecamatan Sukaraja, banjir menghanyutkan jembatan penghubung Desa Cadas dengan Desa Citaringgul yang terletak di Kampung Cadasngampar RT07/02.
Di Kecamatan Ciampea dilaporkan sembilan rumah di RT 02 RW 01, Desa Tegalwaru tergenang banjir. Juga ada delapan rumah dan satu musalah di RT 01 RW 02 Desa Tegalwaru, rusak akibat terdampak longsor.
Setidaknya di Ciampea terdapat 23 rumah di RT 07 RW 05 Desa Tegalwaru, tergenang banjir, akibat luapan air kali Cinangka. Tembok penahan tanah di RT 03 RW 01 Desa Tegalwaru, rusak akibat tergerus banjir. Di kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, seribuan rumah terendam banjir.
Di Kecamatan Cigudeg, longsor menutupi badan Jalan Raya Cigudeg-Sukajaya Tanjakan Cipanganten, tepatnya di Kampung Juga RT 04/04, Desa Sukaraksa. Di Kecamatan Leuwiliang, hujan deras mengakibatkan banjir dan longsor di Kampung Mekarjaya RT 03/09, Desa Cibeber I. Tiga rumah terdampak banjir.
Di Kecamatan Leuwisadeng, banjir menggenangi Pondok Pesantren An-Nida di Kampung Kalong, Desa Kalong II. Longsor menimpa gedung SD Kalong IV di Kampung Kalong Tonghoh RT 01/04, Desa Kalong II. Di Kecamatan Nanggung, enam RT di Kampung Liud, Desa Kalongliud, tergenang banjir akibat meluapnya aliran sungai Citaruna.
(whb)