Bencana Banjir Butuh Penanganan Menyeluruh
A
A
A
JAKARTA - Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo menegaskan normalisasi atau naturalisasi tak menjamin Ibukota Jakarta bebas banjir . Sebab, untuk memaksimalkan banjir diperlukan penanganan menyeluruh mulai dari bibir kali hingga kawasan hilir.
Banjir melanda Jakarta sendiri terbagi dalam tiga penyebab. Pertama, yakni buruknya drainase di kawasan permukiman. Untuk itu, pembenahan dari pola manajeman harus dilakukan. Banyak rumah di Jakarta tak dilengkapi drainase yang baik. (Baca Juga: Banjir di Wilayah Jakarta, 2 Orang Meninggal dan 2.258 Warga Mengungsi)
Sementara untuk di kawasan daerah bibir laut, lanjut Nirwono, antisipasi banjir Rob harus dilakukan, sebab kondisi Jakarta sendiri, 40 persennya merupakan kawasan laut. Untuk pencegahan di kawasan ini harus dilakukan pembuatan tanggul besar dan tinggi harus dilakukan.
Sementara mengenai banjir yang terjadi pada hari ini, Nirwono menilai itu disebabkan karena banjir kiriman. Sehingga banjir itupun tidak menyerang kawasan di Utara maupun Barat Jakarta, sebab banjir di kawasan itu biasanya terkena rob.
Jika ketiga terkena sekaligus, maka aktivitas Jakarta menjadi lumpuh. Peristiwa ini pun terjadi di beberapa tahun lalu, seperti tahun 2015, 2013, dan 2007. Kala itu Jakarta dipenuhi genangan banyak.
"Artinya kalau masih normalisasi itu salah kaprah. Ini suatu pemikiran yang salah," tutur Nirwono, Jumat (26/4/2019).
Normalisasi sendiri, kata Nirwono, hanya akan mempercepat arus di kawasan permukiman ke laut. Pola ini tidak cukup baik karena tidak akan bertahan di tahun tahun kedepan. Sebab akan merusak ekosistem kali dan pengendapan lumpur di waktu akan datang. Tanpa ekosistem, predator kemudian menjadi bertumbuh tinggi dan mengancam kehidupan warga sekitar.
"Beton kan tidak menyerap air, tapi malah membuat aliran air menjadi cepat," ucapnya.
Karena itu, Nirwono menyarankan menggunakan RTH. Dengan demikian air tak lantas ke laut dan diserap.
Ia juga mengapresiasi langkah pemprov membuat sumur serapan di beberapa titik. Langkah itu bisa menjadi bagian membantu masalah air di Jakarta.
Hanya saja semua tak lengkap bila drainase masih buruk. Karenanya ia mendorong agar pemprov memperbaiki sejumlah drainase.
Banjir melanda Jakarta sendiri terbagi dalam tiga penyebab. Pertama, yakni buruknya drainase di kawasan permukiman. Untuk itu, pembenahan dari pola manajeman harus dilakukan. Banyak rumah di Jakarta tak dilengkapi drainase yang baik. (Baca Juga: Banjir di Wilayah Jakarta, 2 Orang Meninggal dan 2.258 Warga Mengungsi)
Sementara untuk di kawasan daerah bibir laut, lanjut Nirwono, antisipasi banjir Rob harus dilakukan, sebab kondisi Jakarta sendiri, 40 persennya merupakan kawasan laut. Untuk pencegahan di kawasan ini harus dilakukan pembuatan tanggul besar dan tinggi harus dilakukan.
Sementara mengenai banjir yang terjadi pada hari ini, Nirwono menilai itu disebabkan karena banjir kiriman. Sehingga banjir itupun tidak menyerang kawasan di Utara maupun Barat Jakarta, sebab banjir di kawasan itu biasanya terkena rob.
Jika ketiga terkena sekaligus, maka aktivitas Jakarta menjadi lumpuh. Peristiwa ini pun terjadi di beberapa tahun lalu, seperti tahun 2015, 2013, dan 2007. Kala itu Jakarta dipenuhi genangan banyak.
"Artinya kalau masih normalisasi itu salah kaprah. Ini suatu pemikiran yang salah," tutur Nirwono, Jumat (26/4/2019).
Normalisasi sendiri, kata Nirwono, hanya akan mempercepat arus di kawasan permukiman ke laut. Pola ini tidak cukup baik karena tidak akan bertahan di tahun tahun kedepan. Sebab akan merusak ekosistem kali dan pengendapan lumpur di waktu akan datang. Tanpa ekosistem, predator kemudian menjadi bertumbuh tinggi dan mengancam kehidupan warga sekitar.
"Beton kan tidak menyerap air, tapi malah membuat aliran air menjadi cepat," ucapnya.
Karena itu, Nirwono menyarankan menggunakan RTH. Dengan demikian air tak lantas ke laut dan diserap.
Ia juga mengapresiasi langkah pemprov membuat sumur serapan di beberapa titik. Langkah itu bisa menjadi bagian membantu masalah air di Jakarta.
Hanya saja semua tak lengkap bila drainase masih buruk. Karenanya ia mendorong agar pemprov memperbaiki sejumlah drainase.
(rhs)