Ribuan Orang Masuk Rumah Sakit, Puluhan RW di Jakarta Rawan DBD
A
A
A
JAKARTA - Jumlah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta terus bertambah. Hingga 2 Maret 2019, tercatat sudah 2.282 kasus DBD terjadi di Ibu Kota.
Kadis Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan, dari ribuan RW yang ada di Jakarta, 84 RW dinyatakan rawan DBD. Mereka tercatat di beberapa titik, yakni, Jakarta Barat sebanyak 38 rukun warga (RW), Jakarta Timur 25 RW, Jakarta Selatan 11 RW, Jakarta Utara 7 RW, dan Jakarta Pusat 3 RW.
“Sebetulnya semua kita perhatikan, tapi kita fokus juga untuk lebih intens kepada RW rawan,” ujar Widyastuti, Senin (4/3/2019). (Baca juga: Kadinkes DKI: Selama 2018 Ada 2.947 Kasus DBD di Jakarta)
Sementara untuk kecamatan, Widyastuti menyebut ada lima masuk wilayah rawan dilihat dari kejadian atau incidence rate (IR) yang dihitung kejadian per 100 ribu penduduk.
Lima kecamatan itu yakni Kalideres (Jakarta Barat), Matraman, Pasar Rebo, Cipayung (Jakarta Timur), dan Jagakarsa (Jakarta Selatan). "Tiga kota ini memang ganti-gantian (IR tertinggi) tiap minggunya, tiga-tiganya itu hampir seimbang. Jadi antara Selatan, Timur, dan Barat, itu naik turunnya (penderita DBD)) hampir sama," ucap Widyastuti.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Barat, Rustam Efendi, menyebutkan, upaya penurunan rawan DBD terus dilakukan di wilayahnya, salah satunya dengan menyebar Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan mensosialisasikan pencegahan ke sejumlah masyarakat.
Mengutip ucapan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kata Rustam, pihaknya telah meminta kepada masyarakat yang mengalami gejala DBD, yakni demam mendadak selama sepekan, untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. “Gubernur sudah menegaskan pengobatan akan dilakukan gratis bila terkena DBD,” ucapnya. ((Baca juga: Pemprov DKI Gratiskan Biaya Perawatan Pasien DBD di RSUD)
Selain itu, untuk fokus kegiatan, pihaknya melibatkan satu rumah untuk satu jumantik. Pemberantasan sarang nyamuk dan fogging juga gencar dilakukan di beberapa lokasi. Kemudian melalui lurah dan camat, Rustam meminta saluran air yang menjadi tempat sarang nyamuk terus diawasi. Pembenahan saluran juga dilakukan agar tidak menjadi lokasi sarang nyamuk.
“Saya telah meminta agar lurah dan camat awasi lingkungan. Ketika ada warga demam, datangi rumahnya minta dicek dan kawal dia sampai benar-benar dirawat,” tutup Rustam.
Kadis Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan, dari ribuan RW yang ada di Jakarta, 84 RW dinyatakan rawan DBD. Mereka tercatat di beberapa titik, yakni, Jakarta Barat sebanyak 38 rukun warga (RW), Jakarta Timur 25 RW, Jakarta Selatan 11 RW, Jakarta Utara 7 RW, dan Jakarta Pusat 3 RW.
“Sebetulnya semua kita perhatikan, tapi kita fokus juga untuk lebih intens kepada RW rawan,” ujar Widyastuti, Senin (4/3/2019). (Baca juga: Kadinkes DKI: Selama 2018 Ada 2.947 Kasus DBD di Jakarta)
Sementara untuk kecamatan, Widyastuti menyebut ada lima masuk wilayah rawan dilihat dari kejadian atau incidence rate (IR) yang dihitung kejadian per 100 ribu penduduk.
Lima kecamatan itu yakni Kalideres (Jakarta Barat), Matraman, Pasar Rebo, Cipayung (Jakarta Timur), dan Jagakarsa (Jakarta Selatan). "Tiga kota ini memang ganti-gantian (IR tertinggi) tiap minggunya, tiga-tiganya itu hampir seimbang. Jadi antara Selatan, Timur, dan Barat, itu naik turunnya (penderita DBD)) hampir sama," ucap Widyastuti.
Sementara itu, Wali Kota Jakarta Barat, Rustam Efendi, menyebutkan, upaya penurunan rawan DBD terus dilakukan di wilayahnya, salah satunya dengan menyebar Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan mensosialisasikan pencegahan ke sejumlah masyarakat.
Mengutip ucapan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kata Rustam, pihaknya telah meminta kepada masyarakat yang mengalami gejala DBD, yakni demam mendadak selama sepekan, untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. “Gubernur sudah menegaskan pengobatan akan dilakukan gratis bila terkena DBD,” ucapnya. ((Baca juga: Pemprov DKI Gratiskan Biaya Perawatan Pasien DBD di RSUD)
Selain itu, untuk fokus kegiatan, pihaknya melibatkan satu rumah untuk satu jumantik. Pemberantasan sarang nyamuk dan fogging juga gencar dilakukan di beberapa lokasi. Kemudian melalui lurah dan camat, Rustam meminta saluran air yang menjadi tempat sarang nyamuk terus diawasi. Pembenahan saluran juga dilakukan agar tidak menjadi lokasi sarang nyamuk.
“Saya telah meminta agar lurah dan camat awasi lingkungan. Ketika ada warga demam, datangi rumahnya minta dicek dan kawal dia sampai benar-benar dirawat,” tutup Rustam.
(thm)