Butuh Uang Jajan Lebih, Pelajar Nekat Jual Video Telanjang
A
A
A
JAKARTA - Prostitusi online dan layanan call serta video seks dibongkar Unit Krimsus Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat, beberapa hari lalu. Lima pelaku diamankan beserta alat bukti smartphone, laptop dan fasilitas jaringan internet.
Di sisi lain dalam kasus itu, polisi membongkar ratusan pelajar dari SMP hingga SMA yang tercatat menjadi talent. Mereka kemudian mengunggah foto dan video syur yang dipublikasikan di puluhan grup media sosial Line.
"Beberapa pelajar yang menjadi talent diketahui masih tinggal dengan orang tuanya. Mereka memanfaatkan orang tua yang tidur," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Edi Suranta Sitepu di Mapolres Jakarta Barat, Senin (4/2/2019).
Sebelumnya, lima orang remaja pria berinisial SH (23), ZJ (23), WN (23), HAM (23) dan RM (23) dibekuk jajaran Unit Krimsus Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat, di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan karena terlibat prostitusi online. Mereka dibekuk setelah terbukti menjual sejumlah pelajar sekolah secara online melalui aplikasi Line.
Selain memanfaatkan waktu tidur orang tua. Para talent juga mencuri curi kesempatan. Tak hayal live show video seks dilakukan di beberapa lokasi, seperti kamar anak, kosan teman, sekolah, bahkan kamar mandi. Bahkan beberapa layanan live show juga ditunjukan dengan hubungan intim.
Edi melanjutkan, dalam layanan itu para pelajar mau talent lainnya mendapat upah Rp700.000 hingga Rp1 juta sekali show. Serta upah Rp1 juta hingga Rp2 juta untuk hubungan intim.
"Biasanya ketika video syur dan phone seks akan berlanjut ke hubungan intim. Nah pelajar yang melakukan karena mereka butuh uang jajan lebih," tambah Edi.
Sedangkan untuk grup Line, kata Edi lima orang pelaku memiliki puluhan grup Line. Bahkan dua di antara memiliki beberapa grup Line. Satu grup bisa diisi ratusan orang.
Meski demikian, tak sembarangan orang bisa masuk dalam grup ini. Para member harus membayar iuran Rp100.000 hingga Rp200.000 per bulan. Nilai yang relatif kecil ini membuat semua golongan tergabung dalam kelompok ini.
"Sedangkan untuk grup khusus. Kelompok ini harus membayar uang lebih Rp400.000 sekaligus menyerahkan foto KTP. Sehingga kelompok ini sangat VIP," ucapnya.
Tak hanya itu, grup yang dibentuk sejak Januari 2018 ini juga menyebar tak hanya di Jakarta. Tapi beberapa kota besar, seperti Surabaya, Bandung, hingga Kota Semarang.
"Karena akses internet tak dibatasi dan tak terbatas membuat pelanggan dan talent-nya dari seluruh Indonesia," ucapnya.
Kanit Krimsus Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKP Erick Sitepu mengatakan, hasil penyidikan sementara diketahui jaringan ini memiliki omzet ratusan juta per bulan. Bahkan satu pelaku mampu mengantongi uang Rp10 juta hingga Rp20 juta. "Sumber uangnya dari member dan fee dari talent yang di-booking," kata Erick.
Hingga kini polisi masih menyelidiki kasus prostitusi online ini. Bahkan, sejumlah talent yang tercatat masih dirampungkan. Termasuk memeriksa sejumlah saksi.
Di sisi lain dalam kasus itu, polisi membongkar ratusan pelajar dari SMP hingga SMA yang tercatat menjadi talent. Mereka kemudian mengunggah foto dan video syur yang dipublikasikan di puluhan grup media sosial Line.
"Beberapa pelajar yang menjadi talent diketahui masih tinggal dengan orang tuanya. Mereka memanfaatkan orang tua yang tidur," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Edi Suranta Sitepu di Mapolres Jakarta Barat, Senin (4/2/2019).
Sebelumnya, lima orang remaja pria berinisial SH (23), ZJ (23), WN (23), HAM (23) dan RM (23) dibekuk jajaran Unit Krimsus Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat, di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan karena terlibat prostitusi online. Mereka dibekuk setelah terbukti menjual sejumlah pelajar sekolah secara online melalui aplikasi Line.
Selain memanfaatkan waktu tidur orang tua. Para talent juga mencuri curi kesempatan. Tak hayal live show video seks dilakukan di beberapa lokasi, seperti kamar anak, kosan teman, sekolah, bahkan kamar mandi. Bahkan beberapa layanan live show juga ditunjukan dengan hubungan intim.
Edi melanjutkan, dalam layanan itu para pelajar mau talent lainnya mendapat upah Rp700.000 hingga Rp1 juta sekali show. Serta upah Rp1 juta hingga Rp2 juta untuk hubungan intim.
"Biasanya ketika video syur dan phone seks akan berlanjut ke hubungan intim. Nah pelajar yang melakukan karena mereka butuh uang jajan lebih," tambah Edi.
Sedangkan untuk grup Line, kata Edi lima orang pelaku memiliki puluhan grup Line. Bahkan dua di antara memiliki beberapa grup Line. Satu grup bisa diisi ratusan orang.
Meski demikian, tak sembarangan orang bisa masuk dalam grup ini. Para member harus membayar iuran Rp100.000 hingga Rp200.000 per bulan. Nilai yang relatif kecil ini membuat semua golongan tergabung dalam kelompok ini.
"Sedangkan untuk grup khusus. Kelompok ini harus membayar uang lebih Rp400.000 sekaligus menyerahkan foto KTP. Sehingga kelompok ini sangat VIP," ucapnya.
Tak hanya itu, grup yang dibentuk sejak Januari 2018 ini juga menyebar tak hanya di Jakarta. Tapi beberapa kota besar, seperti Surabaya, Bandung, hingga Kota Semarang.
"Karena akses internet tak dibatasi dan tak terbatas membuat pelanggan dan talent-nya dari seluruh Indonesia," ucapnya.
Kanit Krimsus Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKP Erick Sitepu mengatakan, hasil penyidikan sementara diketahui jaringan ini memiliki omzet ratusan juta per bulan. Bahkan satu pelaku mampu mengantongi uang Rp10 juta hingga Rp20 juta. "Sumber uangnya dari member dan fee dari talent yang di-booking," kata Erick.
Hingga kini polisi masih menyelidiki kasus prostitusi online ini. Bahkan, sejumlah talent yang tercatat masih dirampungkan. Termasuk memeriksa sejumlah saksi.
(mhd)