Grind Banten: Keluarga Hal Inti dalam Sebuah Bangsa
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Keberhasilan kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam menjalankan roda pemerintahan tak bisa dilepaskan dari bagaimana ia memimpin keluarga kecilnya. Hal ini menjadi dasar yang kuat bagi Jokowi untuk memimpin Indonesia.
"Keluarga adalah hal yang paling inti dalam sebuah bangsa. Karena pada dasarnya, bangsa adalah keluarga besar," kata Musa Al-asari, Sekjen Garda Rajawali Perindo (Grind) Provinsi Banten, di Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (22/1/2019).
Menurut Musa, Jokowi punya kapasitas memimpin keluarga. Dalam beberapa kesempatan, bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu tampil bersama istri, anak dan cucunya dengan suasana natural dan tak dibuat-buat.
"Kondisi seperti ini menggambarkan keharmonisan dari keluarga yang dipimpin Jokowi. Tak hanya itu, dari sisi kapasitas juga beliau terbukti mencetak bibit andal," ungkapnya.
Dilanjutkannya, anak-anak Jokowi tak memanfaatkan posisi ayahnya untuk masuk ke pemerintahan. Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, menekuni bidang usaha waralaba. Begitu pula dengan anak ketiganya, Kaesang Pengarep.
Dengan keberhasilan dan kemandirian anak-anaknya, tak heran jika Jokowi sukses memimpin Indonesia. "Bagaimana mau mengurus Indonesia kalau mengurus keluarga kecil saja tidak bisa," kata Musa.
Dia menyebutkan, dalam relasi antara ketua umum partai dengan petahana atau calon yang didukung, sifat Jokowi tak jauh berbeda dengan saat mengurus keluarga. Putra Boyolali itu memangkas jarak dan berdialog apa adanya, sehingga tak ada jarak saat berkomunikasi.
Masih kata Musa, Presiden Jokowi merupakan Presiden yang paling banyak dihina sepanjang kepemimpinannya. Hinaan terhadap Jokowi, bebernya, juga menyasar keluarga, bahkan sampai menyangkut hal inti kehormatan dan martabat.
"Tapi, alhamdulillah yang kita saksikan bersama, walaupun fitnah tidak pernah putus, beliau tetap bekerja," terangnya lagi.
Berbicara kapasitas keislaman Jokowi, ulas Itba, jika diukur dari kefasihannya membaca Alquran. Maka dia memang bukan muslim seperti santri yang menguasai khazanah keilmuan Islam, tetapi jelas muslim yang taat.
"Insya Allah beliau muslim yang baik. Bertahun-tahun dihina dianggap pura-pura, sampai akhirnya terjadi titik balik," ulasnya.
Atas dasar itulah, dikatakan Musa, banyak ulama dan kiai yang memberi dukungan kepada Jokowi guna memimpin Indonesia ke depan. Apalagi, selama 4 tahun kepemimpinannya selama ini memberikan dampak signifikan bagi pembangunan fisik dan mental secara nasional.
"Banyak tokoh ulama dan kiai yang mendukung, ada TGB Muhamad Zainul Majdi, itu dulu partainya tak dukung tapi beliau pribadi dukung, karena keislaman dan komitmen Pak Jokowi membangun Indonesia itu jelas dilakukan, kongkrit. Sehingga kepercayaan itu tumbuh luas di masyarakat," tandasnya.
"Keluarga adalah hal yang paling inti dalam sebuah bangsa. Karena pada dasarnya, bangsa adalah keluarga besar," kata Musa Al-asari, Sekjen Garda Rajawali Perindo (Grind) Provinsi Banten, di Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (22/1/2019).
Menurut Musa, Jokowi punya kapasitas memimpin keluarga. Dalam beberapa kesempatan, bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu tampil bersama istri, anak dan cucunya dengan suasana natural dan tak dibuat-buat.
"Kondisi seperti ini menggambarkan keharmonisan dari keluarga yang dipimpin Jokowi. Tak hanya itu, dari sisi kapasitas juga beliau terbukti mencetak bibit andal," ungkapnya.
Dilanjutkannya, anak-anak Jokowi tak memanfaatkan posisi ayahnya untuk masuk ke pemerintahan. Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, menekuni bidang usaha waralaba. Begitu pula dengan anak ketiganya, Kaesang Pengarep.
Dengan keberhasilan dan kemandirian anak-anaknya, tak heran jika Jokowi sukses memimpin Indonesia. "Bagaimana mau mengurus Indonesia kalau mengurus keluarga kecil saja tidak bisa," kata Musa.
Dia menyebutkan, dalam relasi antara ketua umum partai dengan petahana atau calon yang didukung, sifat Jokowi tak jauh berbeda dengan saat mengurus keluarga. Putra Boyolali itu memangkas jarak dan berdialog apa adanya, sehingga tak ada jarak saat berkomunikasi.
Masih kata Musa, Presiden Jokowi merupakan Presiden yang paling banyak dihina sepanjang kepemimpinannya. Hinaan terhadap Jokowi, bebernya, juga menyasar keluarga, bahkan sampai menyangkut hal inti kehormatan dan martabat.
"Tapi, alhamdulillah yang kita saksikan bersama, walaupun fitnah tidak pernah putus, beliau tetap bekerja," terangnya lagi.
Berbicara kapasitas keislaman Jokowi, ulas Itba, jika diukur dari kefasihannya membaca Alquran. Maka dia memang bukan muslim seperti santri yang menguasai khazanah keilmuan Islam, tetapi jelas muslim yang taat.
"Insya Allah beliau muslim yang baik. Bertahun-tahun dihina dianggap pura-pura, sampai akhirnya terjadi titik balik," ulasnya.
Atas dasar itulah, dikatakan Musa, banyak ulama dan kiai yang memberi dukungan kepada Jokowi guna memimpin Indonesia ke depan. Apalagi, selama 4 tahun kepemimpinannya selama ini memberikan dampak signifikan bagi pembangunan fisik dan mental secara nasional.
"Banyak tokoh ulama dan kiai yang mendukung, ada TGB Muhamad Zainul Majdi, itu dulu partainya tak dukung tapi beliau pribadi dukung, karena keislaman dan komitmen Pak Jokowi membangun Indonesia itu jelas dilakukan, kongkrit. Sehingga kepercayaan itu tumbuh luas di masyarakat," tandasnya.
(mhd)