Psikolog Forensik Sebut Penggunaan Senpi Picu Orang Berbuat Nekat
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan senjata api memicu seseorang berbuat nekat. Kondisi ini harus diwaspadai tak hanya oleh warga sipil, melainkan aparat keamanan seperti TNI dan Polri.
Terlebih kepemilikan senjata api mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan. Efek domino akan terjadi, salah satunya bunuh diri, tak terkecuali anggota kepolisian yang kemudian menembakan dirinya.
“Karena itu dibutuhkan konseling bagi yang ingin memiliki atau menggunakan senpi,” kata Psikolog Forensik Reza Indragiri menanggapi dugaan bunuh diri Bripka Matheus, Rabu (2/1/2019).
Reza melihat saat ini banyak polisi yang minim menjalani konseling. Kondisi itu membuat kerapuhan psikologis terjadi pada anggota, simbosis efek senjata terjadi dan mendorong penggunaan nekat. (Baca: Polisi Selidiki Kematian Bripka Matheus di Pemkaman )
Dalam gejala itu, Reza meyebutkan gejala John Wayne Syndrome, artinya Sindrom ini termanifestasikan pada prinsip ‘malu mengaku takut, hina mengaku letih, aib mengaku sakit’. Namun, doktrin tersebut dianggap menanggalkan sisi kemanusiaan polisi. "Maka terjadilah penyalahgunaan senjata akibat impulsivitas," ungkap Reza.
Termasuk soal banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan kepolisian. Reza menilai itu merupakan kesalahan yang terjadi dalam perekrutan. Padahal kesalahan ini bisa diminimalisir dengan perekrutan yang bener dan psikologi minimal.
Nahasnya, pola perekrutan tidak cermat. Masalah itu lalu menghasilkan tiga subkultur di tubuh Polri, yakni sub-kultur brutalitas, sub-kultur korup, dan chauvinism.
"Ditambah lagi jika kita masukkan unsur alkohol. Saya pernah katakan bahwa kalau penegak hukum pakai napza, lembaga semestinya tak bisa cuci tangan," ujarnya.
Ketidakbecusan lembaga menangani psikologi personel yang luar biasa stres, tambah Reza, mendorong personel beradaptasi dengan cara-cara merusak. "Chaotic behavior sebagai buah dari organized chaos," tuturnya.
Terlebih kepemilikan senjata api mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan. Efek domino akan terjadi, salah satunya bunuh diri, tak terkecuali anggota kepolisian yang kemudian menembakan dirinya.
“Karena itu dibutuhkan konseling bagi yang ingin memiliki atau menggunakan senpi,” kata Psikolog Forensik Reza Indragiri menanggapi dugaan bunuh diri Bripka Matheus, Rabu (2/1/2019).
Reza melihat saat ini banyak polisi yang minim menjalani konseling. Kondisi itu membuat kerapuhan psikologis terjadi pada anggota, simbosis efek senjata terjadi dan mendorong penggunaan nekat. (Baca: Polisi Selidiki Kematian Bripka Matheus di Pemkaman )
Dalam gejala itu, Reza meyebutkan gejala John Wayne Syndrome, artinya Sindrom ini termanifestasikan pada prinsip ‘malu mengaku takut, hina mengaku letih, aib mengaku sakit’. Namun, doktrin tersebut dianggap menanggalkan sisi kemanusiaan polisi. "Maka terjadilah penyalahgunaan senjata akibat impulsivitas," ungkap Reza.
Termasuk soal banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan kepolisian. Reza menilai itu merupakan kesalahan yang terjadi dalam perekrutan. Padahal kesalahan ini bisa diminimalisir dengan perekrutan yang bener dan psikologi minimal.
Nahasnya, pola perekrutan tidak cermat. Masalah itu lalu menghasilkan tiga subkultur di tubuh Polri, yakni sub-kultur brutalitas, sub-kultur korup, dan chauvinism.
"Ditambah lagi jika kita masukkan unsur alkohol. Saya pernah katakan bahwa kalau penegak hukum pakai napza, lembaga semestinya tak bisa cuci tangan," ujarnya.
Ketidakbecusan lembaga menangani psikologi personel yang luar biasa stres, tambah Reza, mendorong personel beradaptasi dengan cara-cara merusak. "Chaotic behavior sebagai buah dari organized chaos," tuturnya.
(ysw)