TNI Lakukan Investigasi Internal Ungkap Perusakan Polsek Ciracas
A
A
A
JAKARTA - Kapendam Jaya, Kolonel Inf Kristomei Sianturi enggan menduga-duga aksi pembakaran Polsek Ciracas berkaitan dengan aksi pengeroyokan terhadap dua anggota TNI oleh lima orang juru parkir. Karena, dua kasus itu beda permasalahannya.
"Ini kan dua permasalahan berbeda, jadi kita tak bisa menduga-duga ini terkait. Kita fokus dahulu mencari pelaku (pengeroyokan)-nya, lalu didalami apakah memang termotivasti atas ketidakpuasan dalam pengeroyokan anggota TNI tadi," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (141/2/2018).
Dia mengatakan, pihaknya tengah mendalami rekaman video soal pengeroyokan anggota TNI di Ciracas. Apakah korban pengeroyokan itu ada di sekitar Polsek Ciracas saat perusakan dan pembakaran kantor polisi tersebut. Karena, saat ini, kata dia, pihaknya tengah membuat tim internal dari TNI AD, AL dan AU untuk mendalami keterlibatan anggotanya masing-masing.
"Gambar video yang ada (beredar di medsos) itu kan kita beri ke semua komandan satuan yang ada di jajaran Jayakarta untuk mengecek ada tidak dari gambar tadi itu anggotanya, dari situ kan baru ketahuan oh betul itu anggota TNI, oh bukan," tuturnya.
Dia menerangkan, dalam penelitian itu tak bisa hanya didasarkan pada andaian belaka, contoh orang berambut cepak belum tentu dia tentara. Apalagi gambar dalam video itu situasinya gelap dan tak jelas, jangan sampai dalam kasus itu terjadi salah tangkap.
Sejauh ini, ungkapnya, sudah banyak anggota TNI pula yang dimintai keterangan, termasuk saksi-saksi dan warga sekitar yang ada di lokasi kejadian. Tujuannya mengetahui apa benar anggota TNI terlibat di sana, atau ada masyarakat lain di sana. Terkait pengerahan massa dari TNI di Polsek Ciracas, dia menegaskan tak ada.
"Kalau pengerahan itu berarti ada yang menggerakan, itu tak ada. Saat ini kita sedang mencari siapa orang-orang yang ada di gambar tadi, benarkah itu anggota TNI. Bila itu anggota, dari kesatuan mana, kenapa ada di luar, itu yang kita dalami," jelasnya.
Dia menjabarkan, sejatinya di lokasi kejadian itu ada dua gelombang massa, pertama terjadi pada pukul 20.00 WIB, massa berada di Pertokoan Arundina dan Polsek Ciracas, yang pada akhirnya dibubarkan. Namun, pada pukul 23.00 WIB gelombang massa kedua datang, mereka lalu melakukan aksi provokasi dan perusakan, yang mana tengah dicari tahu dari mana mereka ini berasal.
"Dandim, Danrem juga sudah membubarkan gelombang yang pertama. Sudah tak ada lagi, pulang semua kan lalu. Nah ini yang kedua itu lah datang dan yang merusakan Polsek Ciracas, baru Dandim, Danrem, Kapolda, dan Pangdam ke Polsek setelah kejadian itu," terangnya.
Dalam penelusuran pelaku perusakan itu, pihaknya pun bekerja sama dengan Polda Metro Jaya, yang mana saat ini tim sedang bekerja. Bila ada keterlibatan anggota TNI dalam kasus perusakan itu, tentunya anggota itu bakal ditindak tegas, apalagi sampai menyakiti masyarakat di sekitar lokasi.
"Kan TNI ada pidana militer, itu lebih berat (sanksinya), di penjara bahkan juga dipecat. TNI tak akan pernah menyakiti rakyat karena TNI bagian dari rakyat, kita baik pada rakyat, adapun kalau ada kejadian tertentu kita tindak tegas," katanya.
"Ini kan dua permasalahan berbeda, jadi kita tak bisa menduga-duga ini terkait. Kita fokus dahulu mencari pelaku (pengeroyokan)-nya, lalu didalami apakah memang termotivasti atas ketidakpuasan dalam pengeroyokan anggota TNI tadi," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (141/2/2018).
Dia mengatakan, pihaknya tengah mendalami rekaman video soal pengeroyokan anggota TNI di Ciracas. Apakah korban pengeroyokan itu ada di sekitar Polsek Ciracas saat perusakan dan pembakaran kantor polisi tersebut. Karena, saat ini, kata dia, pihaknya tengah membuat tim internal dari TNI AD, AL dan AU untuk mendalami keterlibatan anggotanya masing-masing.
"Gambar video yang ada (beredar di medsos) itu kan kita beri ke semua komandan satuan yang ada di jajaran Jayakarta untuk mengecek ada tidak dari gambar tadi itu anggotanya, dari situ kan baru ketahuan oh betul itu anggota TNI, oh bukan," tuturnya.
Dia menerangkan, dalam penelitian itu tak bisa hanya didasarkan pada andaian belaka, contoh orang berambut cepak belum tentu dia tentara. Apalagi gambar dalam video itu situasinya gelap dan tak jelas, jangan sampai dalam kasus itu terjadi salah tangkap.
Sejauh ini, ungkapnya, sudah banyak anggota TNI pula yang dimintai keterangan, termasuk saksi-saksi dan warga sekitar yang ada di lokasi kejadian. Tujuannya mengetahui apa benar anggota TNI terlibat di sana, atau ada masyarakat lain di sana. Terkait pengerahan massa dari TNI di Polsek Ciracas, dia menegaskan tak ada.
"Kalau pengerahan itu berarti ada yang menggerakan, itu tak ada. Saat ini kita sedang mencari siapa orang-orang yang ada di gambar tadi, benarkah itu anggota TNI. Bila itu anggota, dari kesatuan mana, kenapa ada di luar, itu yang kita dalami," jelasnya.
Dia menjabarkan, sejatinya di lokasi kejadian itu ada dua gelombang massa, pertama terjadi pada pukul 20.00 WIB, massa berada di Pertokoan Arundina dan Polsek Ciracas, yang pada akhirnya dibubarkan. Namun, pada pukul 23.00 WIB gelombang massa kedua datang, mereka lalu melakukan aksi provokasi dan perusakan, yang mana tengah dicari tahu dari mana mereka ini berasal.
"Dandim, Danrem juga sudah membubarkan gelombang yang pertama. Sudah tak ada lagi, pulang semua kan lalu. Nah ini yang kedua itu lah datang dan yang merusakan Polsek Ciracas, baru Dandim, Danrem, Kapolda, dan Pangdam ke Polsek setelah kejadian itu," terangnya.
Dalam penelusuran pelaku perusakan itu, pihaknya pun bekerja sama dengan Polda Metro Jaya, yang mana saat ini tim sedang bekerja. Bila ada keterlibatan anggota TNI dalam kasus perusakan itu, tentunya anggota itu bakal ditindak tegas, apalagi sampai menyakiti masyarakat di sekitar lokasi.
"Kan TNI ada pidana militer, itu lebih berat (sanksinya), di penjara bahkan juga dipecat. TNI tak akan pernah menyakiti rakyat karena TNI bagian dari rakyat, kita baik pada rakyat, adapun kalau ada kejadian tertentu kita tindak tegas," katanya.
(mhd)