FIKUI Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara Warga Binaan

Rabu, 05 Desember 2018 - 05:22 WIB
FIKUI Deteksi Dini Kanker...
FIKUI Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara Warga Binaan
A A A
JAKARTA - Permasalahan kesehatan yang dialami oleh perempuan masih menjadi focus perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Permasalahan tersebut menjadi semakin kompleks ketika perempuan menjadi warga Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Narapidana perempuan merupakan komunitas yang juga mempunyai hak atas kualitas hidup yang layak, termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatannya seperti halnya perempuan lainnya.

Hak tersebut mencakup pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi pelayan primer, sekunder dan tersier. "Beberapa studi telah menyebutkan permasalahan terkait kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan di Lapas. Akan tetapi, berbagai kondisi seperti keterbatasan sumber daya tenaga kesehatan dan sarana serta prasarana di Lapas menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan tersebut," kata Ketua Departemen Keperawatan Maternitas FIKUI, Dr. Imami Nur Rachmawati, melalui pesan elektronik kepada SINDOnews, Selasa (4/12/2018).

Menurutnya, upaya yang dilakukan dapat sebagai solusi agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi adalah dengan memberdayakan perempuan itu sendiri. Oleh karena itu, Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI) dalam rangka Pengabdian Masyarakat dengan difasilitasi oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Indonesia melalui Program Ipteks Bagi Masyarakat melakukan kegiatan yang bertujuan memberdayakan perempuan warna binaan di Lapas melalui pembentukan kader kesehatan reproduksi.

Program pengembangan dan inovasi yang dilakukan terdiri dari beberapa kegiatan seperti survei kualitas hidup perempuan warga Lapas, Diskusi Kelompok Terfokus guna menggali permasalahan kesehatan reproduksi perempuan dan kebutuhan pemenuhan kebutuhan kesehatan, pelatihan calon kader untuk membekali peserta dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi perempuan dan kemampuan mendeteksi masalah kesehatan perempuan, dan menyelenggarakan edukasi kesehatan.

"Kegiatan diakhiri dengan pendampingan kader atau agen kesehatan reproduksi perempuan dalam memberikan edukasi kepada seluruh warga Lapas," terangnya.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh staf dosen dan mahasiswa magister dan spesialis Departemen Keperawatan Maternitas FIKUI. Rangkaian kegiatan dimulai sejak penyusunan rencana kegiatan pada Maret 2018. Kegiatan selanjutnya adalah survei pada Juni 2018 yang bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup perempuan di Lapas yang melibatkan kurang lebih 300 responden yang dipilih secara acak.

Kualitas hidup pada aspek psikososial menunjukkan nilai terendah dibanding aspek yang lain. Kegiatan berikutnya adalah Diskusi Kelompok terfokus yang melibatkan 20 orang perempuan sebagai partisipan. Hasil kegiatan ini adalah ungkapan kebutuhan kesehatan para warga Lapas. Hasil ini menjadi dasar dalam mengembangkan materi untuk pelatihan yang mencakup pengetahuan tentang kanker serviks dan kanker payudara, serta deteksi dininya, masalah menstruasi, menopause dan permasalahannya, penanggulangan stress pada perempuan, dan ketrampilan menyelenggarakan edukasi dengan narasumber dan fasilitator para pakar dari FIKUI.

Dr. Imami Nur Rachmawati mengharapkan adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat memberikan manfaat kepada para warga Lapas, dan staf Lapas, khususnya tenaga kesehatan. Harapan yang lain adalah keberlanjutan kerjasama dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan warga Lapas antara FIKUI dan Lapas.

Kerjasama dapat diperluas dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta terutama dalam penyelenggaraan pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks dan payudara. Hal ini sejalan dengan pendapat Noor salah seorang staf Lapasyang mengapresiasi kegiatan tersebut karena membawa dampak yang sangat positif bagi warga dengan menambahnya wawasan serta kemampuan kader kesehatan reproduksi untuk mengedukasi warga lainnya di Lapas.

"Sehingga nantinya tingkat kesehatan reproduksi warga dapat meningkat. Besar harapan mereka agar kegiatan seperti ini dapat berkesinambungan dengan tidak menutup kemungkinan di bidang kesehatan yang lainnya," pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6414 seconds (0.1#10.140)