Tangani Sampah Laut, Ecoranger Dibentuk di Kepulauan Seribu
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Seribu bekerja sama dengan perusahaan swasta, yakni AkzoNobel mengukuhkan pembentukan kelompok Ecoranger yang bakal berperan aktif dalam menangani sampah laut, khususnya sampah plastik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, sampah plastik masih menjadi masalah utama bagi perairan di Indonesia. "Bahaya plastik itu sangat nyata, terutama yang masuk ke laut menjadi mikroplastik, dikonsumsi biota laut. Permasalahan sampah plastik masih jadi hal utama di perairan Indonesia," kata Isnawa Adji di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Jumat (10/8/2018).
Dia menuturkan, Ecoranger yang dikukuhkan berjumlah 15 personel berlatar belakang sebagai nelayan dari dua pulau, yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Para Ecoranger tersebut akan mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh AkzoNobel berupa teknik pengecatan menggunakan cat khusus serta pelatihan pengolahan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi dan menambah pemasukan para nelayan tersebut.
"Kami memang menjalin kerja sama dengan CSR-CSR yang punya komitmen mendukung upaya penjagaan lingkungan. Ecoranger ini akan dilatih sehingga bisa menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan kepada masyarakat di Kepulauan Seribu," ujar Adji menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama Country Manager AkzoNobel Marine Coatings Indonesia Junot Wijaya mengatakan, upaya menjaga lingkungan merupakan sebuah nilai perusahaan yang harus dijalankan selain pengembangan produk. "Kami harus pikirkan dampak positif bagi masyarakat luas. Saat ini kami fokus dulu (Ecoranger) di Kepulauan Seribu, kalau berhasil konsep ini akan kami lanjutkan ke lokasi lain," kata Junot.
Selain memberikan pelatihan kepada nelayan yang dikukuhkan sebagai Ecoranger, AkzoNobel juga memberikan bantuan kepada mereka berupa produk cat yang diaplikasikan khusus untuk kebutuhan kapal atau maritim.
"Saya dengar nelayan bisa sampai tiga kali per tahun mengecat kapal mereka, tentu memakan biaya besar. Kami berikan cat khusus ini yang lebih awet dan mereka tidak perlu berulang-ulang mengecat, jadi kegiatan mereka dalam mencari ikan sambil mengambil sampah tidak terganggu," ujarnya.
Ecoranger merupakan konsep kerja sama antara pemda, swasta, dan masyarakat dengan tujuan menanggulangi masalah sampah yang berada di perairan. Dalam satu hari, DKI Jakarta menghasilkan sampah sekitar 7.000 ton, dan sekitar 1.900-2.400 ton di antaranya merupakan sampah plastik, dan yang ratusan ton di antaranya berada di sungai dan perairan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, sampah plastik masih menjadi masalah utama bagi perairan di Indonesia. "Bahaya plastik itu sangat nyata, terutama yang masuk ke laut menjadi mikroplastik, dikonsumsi biota laut. Permasalahan sampah plastik masih jadi hal utama di perairan Indonesia," kata Isnawa Adji di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Jumat (10/8/2018).
Dia menuturkan, Ecoranger yang dikukuhkan berjumlah 15 personel berlatar belakang sebagai nelayan dari dua pulau, yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Para Ecoranger tersebut akan mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh AkzoNobel berupa teknik pengecatan menggunakan cat khusus serta pelatihan pengolahan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi dan menambah pemasukan para nelayan tersebut.
"Kami memang menjalin kerja sama dengan CSR-CSR yang punya komitmen mendukung upaya penjagaan lingkungan. Ecoranger ini akan dilatih sehingga bisa menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan kepada masyarakat di Kepulauan Seribu," ujar Adji menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama Country Manager AkzoNobel Marine Coatings Indonesia Junot Wijaya mengatakan, upaya menjaga lingkungan merupakan sebuah nilai perusahaan yang harus dijalankan selain pengembangan produk. "Kami harus pikirkan dampak positif bagi masyarakat luas. Saat ini kami fokus dulu (Ecoranger) di Kepulauan Seribu, kalau berhasil konsep ini akan kami lanjutkan ke lokasi lain," kata Junot.
Selain memberikan pelatihan kepada nelayan yang dikukuhkan sebagai Ecoranger, AkzoNobel juga memberikan bantuan kepada mereka berupa produk cat yang diaplikasikan khusus untuk kebutuhan kapal atau maritim.
"Saya dengar nelayan bisa sampai tiga kali per tahun mengecat kapal mereka, tentu memakan biaya besar. Kami berikan cat khusus ini yang lebih awet dan mereka tidak perlu berulang-ulang mengecat, jadi kegiatan mereka dalam mencari ikan sambil mengambil sampah tidak terganggu," ujarnya.
Ecoranger merupakan konsep kerja sama antara pemda, swasta, dan masyarakat dengan tujuan menanggulangi masalah sampah yang berada di perairan. Dalam satu hari, DKI Jakarta menghasilkan sampah sekitar 7.000 ton, dan sekitar 1.900-2.400 ton di antaranya merupakan sampah plastik, dan yang ratusan ton di antaranya berada di sungai dan perairan.
(whb)