Psikolog Duga Kasus Pembunuhan Bocah dalam Karung karena Dendam
A
A
A
JAKARTA - Guna mengetahui motif pembunuhan GG, bocah balita yang ditemukan dalam karung di Bogor harus dilakukan pemeriksaan secara mendalam oleh aparat kepolisian. Karena, pelakunya masih berusia di bawah umur beda dengan kasus yang dilakukan orang dewasa.
"Sedikit sekali kasus yang dilatarbelakangi oleh motif ekonomi dilakukan oleh anak-anak. Yang banyak terjadi adalah dendam atau sakit hati atas perlakuan korban terhadap pelaku," kata Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta kepada SINDO, Kamis (24/5/2018).
Memang untuk saat ini belum bisa dikatakan menyerang harga diri tapi arahnya adalah adanya perasaan marah terhadap korban atas apa yang dilakukan korban. Biasanya pada anak motifnya sederhana seperti adanya perasaan marah karena persaingan, ingin dipandang 'dewasa', ingin melampiaskan hasrat seksual pada lawan jenis.
"Namun karena cara yang dilakukan salah maka sangat mungkin mendapat reaksi yang tidak menyenangkan dari korban dan semakin membuatnya emosi. Saat emosi itulah terdorong melakukan agresifitas hingga membunuh," tutur Aully.
Menurut dia, pelaku tidak menyadari konsekuensi atas apa yang dilakukannya bisa menimbulkan kematian. Dan saat korban meninggal maka pelaku mencari cara untuk menghilangkan jejak korban.
"Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan ke karung ini," jelasnya. (Baca Juga: Pembunuh Bocah dalam Karung di Bogor Masih Bawah Umur
Banyak hal yang bisa menyebabkan. Misalnya, faktor ketidaktahuan akan konsekuensi tindakannya, faktor pendidikan dalam keluarga, faktor perhatian orang tua, paparan pada kekerasan yang semakin mudah diakses dan sebagainya.
Kalau pemerintah upaya yang bisa dilakukan hanya pada institusi resmi seperti sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik pada anak-anak sejak dini.
"Tapi faktor orang tua dan keluarga yang sebenarnya memegang peranan jauh lebih penting dripada pemerintah sendiri," pungkasnya.
"Sedikit sekali kasus yang dilatarbelakangi oleh motif ekonomi dilakukan oleh anak-anak. Yang banyak terjadi adalah dendam atau sakit hati atas perlakuan korban terhadap pelaku," kata Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta kepada SINDO, Kamis (24/5/2018).
Memang untuk saat ini belum bisa dikatakan menyerang harga diri tapi arahnya adalah adanya perasaan marah terhadap korban atas apa yang dilakukan korban. Biasanya pada anak motifnya sederhana seperti adanya perasaan marah karena persaingan, ingin dipandang 'dewasa', ingin melampiaskan hasrat seksual pada lawan jenis.
"Namun karena cara yang dilakukan salah maka sangat mungkin mendapat reaksi yang tidak menyenangkan dari korban dan semakin membuatnya emosi. Saat emosi itulah terdorong melakukan agresifitas hingga membunuh," tutur Aully.
Menurut dia, pelaku tidak menyadari konsekuensi atas apa yang dilakukannya bisa menimbulkan kematian. Dan saat korban meninggal maka pelaku mencari cara untuk menghilangkan jejak korban.
"Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan ke karung ini," jelasnya. (Baca Juga: Pembunuh Bocah dalam Karung di Bogor Masih Bawah Umur
Banyak hal yang bisa menyebabkan. Misalnya, faktor ketidaktahuan akan konsekuensi tindakannya, faktor pendidikan dalam keluarga, faktor perhatian orang tua, paparan pada kekerasan yang semakin mudah diakses dan sebagainya.
Kalau pemerintah upaya yang bisa dilakukan hanya pada institusi resmi seperti sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik pada anak-anak sejak dini.
"Tapi faktor orang tua dan keluarga yang sebenarnya memegang peranan jauh lebih penting dripada pemerintah sendiri," pungkasnya.
(mhd)