Terpisah dari Teman, Junaedi: Mahesa Meninggal Terinjak-injak
A
A
A
JAKARTA - Suasana duka masih menyelimuti keluarga Mahesa Junaedi (12), bocah yang tewas saat pembagian sembako di Monas, Sabtu 28 April 2018. Meski sudah merelekan kepergian anak pertamannya itu, namun Junaedi masih terlihat shock.
Ditemui di rumahnya, RT04/11, Pademangan Barat, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (4/5/2018). Mata Junaedi masih tampak berkaca-kaca, bibir bergetar setiap kali mengingat masa hidup Mahesa.
Baginya, kepergiaan Mahesa meninggalkan luka mendalam, ia tak percaya putranya itu telah pergi untuk selama lamanya. Terlebih saat pergi, dirinya tidak berada di samping anaknya itu. (Baca Juga: Bakal Dipanggil Polisi, Sandiaga: Kita Akan Kooperatif Sekali
"Saya datang ke rumah sakit. Anak saya sudah terbujur kaku," ucap Junaedi dengan suara terbata-bata di depan rumahnya.
Junaedi bercerita, kepergian Mahesa di Sabtu pagi itu tak diketahui oleh dirinya maupun istrinya, Suprihatin. Pagi itu, Mahesa hanya izin keluar bermain bersama temannya.
Dirinya baru mengetahui Mahesa pergi ke Monas menjelang sore hari. Kala itu, Suprihatin yang menelpon dirinya bilang Mahesa telah hilang di Monas. (Baca Juga: Ibunda Korban Tewas Sembako Monas Minta Bantuan Presiden Jokowi
"Temannya tanya ke istri saya, Mahesa dah pulang belum? Istri saya bilang belum. Baru dah teman cerita bahwa tadi pagi Mahesa sempat hilang dan terpisah di Monas," cerita Junaedi.
Kabar tak sedap itu membuat Junaedi bergegas. Tanpa pikir panjang, ia meninggalkan kantornya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara menuju Monas. Suasan kian cemas mengingat waktu itu sudah hampir magrib.
Sesampai di Monas, Junaedi kemudian memarkirkan kendaraan di pagar monas, Junaedi tak ingat persis dimana dirinya menaruh motor. Ia kemudian pergi ke tempat panitia demi mencari kabar Mahesa.
Kala mendatangi Monas, suasana Monas mulai lebih baik, beberapa orang tengah berbenah memberesi sampah. Suasana sudah mulai kondusif dan tertib tak seperti saat pagi menjelang siang yang ricuh. Meski demikian, suasana padat masih terlihat, jalanan sekitar Monas masih dipenuhi orang-orang.
Kala mendatangi stand panitia, pihak Panitia mengatakan Mahesa mengalami luka, ia telah dibawa ke Rumah Sakit Tarakan untuk penyembuhan. Sebab luka yang diterima Mahesa telah buruk.
"Saya langsung ke parkiran untuk ke rumah sakit. Eh tapi, di sana (parkiran) motor yang saya parkir sudah enggak ada," kata Junaedi yang mengaku dompetnya pun ikut hilang. (Baca Juga: Wawancara Ibu Korban Sembako Monas, Wartawan iNews Diusir Orang
Junaedi tak ambil pusing, fokus terhadap anak pertama itu, Junaerdi kemudian enggan berlarut mencari motor. Dengan sisa uang yang ada di kantongnya ia kemudian pergi ke Rumah Sakit Tarakan.
Di sana, Junaedi kemudian mencari, beberapa panitia acara tampak terlihat. Mereka kemudian mengantarkan Junaedi ke salah satu bilik di IGD Rumah Sakit, di sana terdapat seorang bocah yang terinvus dan ibu menangis.
"Saya pikir Mahesa, ternyata bukan," ucap Junaedi yang belakangan diketahui bocah itu bernama Rizky, korban tragedi Monas juga. (Baca Juga: Dua Bocah Tewas, Panitia Sembako Monas Diminta Tanggung Jawab
Keluar dari bilik Rizky, tiba-tiba dokter merangkul Junaedi. Dokter meminta agar Junaedi tabah dan bersiap serta mengikhlaskan. Bagi Junaedi kabar dari dokter seperti petir di siang bolong.
Lutut Junaedi melemas mendapat kabar itu, tatapannya mendadak kosong, perlahan air mata keluar data matanya. "Saya langsung tanya di mana anak saya," ucapnya. (Baca Juga: Kesaksian Komariah, Ibunda Anak yang Tewas Tragedi Sembako Monas
Saat mendapati kondisi Mahesa, Junaedi terperanga dengan jenazah Mahesa. Tubuh Mahesa dipenuhi luka memar bekas pijakan kaki, dari lubang hidung, telinga, dan mata mengeluarkan darah. Mahesa kemudian telah kaku. "Katanya dia terinjak-injak di lokasi," jelas Junaedi.
Kini kecerian Mahesa telah tiada, bocah bertubuh gempal itu telah pergi untuk selama-lamanya. Jenazah Mahesa telah dikebumikan di kawasan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. Junaedi berharap agar kejadian serupa tak terulang kembali.
Ditemui di rumahnya, RT04/11, Pademangan Barat, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (4/5/2018). Mata Junaedi masih tampak berkaca-kaca, bibir bergetar setiap kali mengingat masa hidup Mahesa.
Baginya, kepergiaan Mahesa meninggalkan luka mendalam, ia tak percaya putranya itu telah pergi untuk selama lamanya. Terlebih saat pergi, dirinya tidak berada di samping anaknya itu. (Baca Juga: Bakal Dipanggil Polisi, Sandiaga: Kita Akan Kooperatif Sekali
"Saya datang ke rumah sakit. Anak saya sudah terbujur kaku," ucap Junaedi dengan suara terbata-bata di depan rumahnya.
Junaedi bercerita, kepergian Mahesa di Sabtu pagi itu tak diketahui oleh dirinya maupun istrinya, Suprihatin. Pagi itu, Mahesa hanya izin keluar bermain bersama temannya.
Dirinya baru mengetahui Mahesa pergi ke Monas menjelang sore hari. Kala itu, Suprihatin yang menelpon dirinya bilang Mahesa telah hilang di Monas. (Baca Juga: Ibunda Korban Tewas Sembako Monas Minta Bantuan Presiden Jokowi
"Temannya tanya ke istri saya, Mahesa dah pulang belum? Istri saya bilang belum. Baru dah teman cerita bahwa tadi pagi Mahesa sempat hilang dan terpisah di Monas," cerita Junaedi.
Kabar tak sedap itu membuat Junaedi bergegas. Tanpa pikir panjang, ia meninggalkan kantornya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara menuju Monas. Suasan kian cemas mengingat waktu itu sudah hampir magrib.
Sesampai di Monas, Junaedi kemudian memarkirkan kendaraan di pagar monas, Junaedi tak ingat persis dimana dirinya menaruh motor. Ia kemudian pergi ke tempat panitia demi mencari kabar Mahesa.
Kala mendatangi Monas, suasana Monas mulai lebih baik, beberapa orang tengah berbenah memberesi sampah. Suasana sudah mulai kondusif dan tertib tak seperti saat pagi menjelang siang yang ricuh. Meski demikian, suasana padat masih terlihat, jalanan sekitar Monas masih dipenuhi orang-orang.
Kala mendatangi stand panitia, pihak Panitia mengatakan Mahesa mengalami luka, ia telah dibawa ke Rumah Sakit Tarakan untuk penyembuhan. Sebab luka yang diterima Mahesa telah buruk.
"Saya langsung ke parkiran untuk ke rumah sakit. Eh tapi, di sana (parkiran) motor yang saya parkir sudah enggak ada," kata Junaedi yang mengaku dompetnya pun ikut hilang. (Baca Juga: Wawancara Ibu Korban Sembako Monas, Wartawan iNews Diusir Orang
Junaedi tak ambil pusing, fokus terhadap anak pertama itu, Junaerdi kemudian enggan berlarut mencari motor. Dengan sisa uang yang ada di kantongnya ia kemudian pergi ke Rumah Sakit Tarakan.
Di sana, Junaedi kemudian mencari, beberapa panitia acara tampak terlihat. Mereka kemudian mengantarkan Junaedi ke salah satu bilik di IGD Rumah Sakit, di sana terdapat seorang bocah yang terinvus dan ibu menangis.
"Saya pikir Mahesa, ternyata bukan," ucap Junaedi yang belakangan diketahui bocah itu bernama Rizky, korban tragedi Monas juga. (Baca Juga: Dua Bocah Tewas, Panitia Sembako Monas Diminta Tanggung Jawab
Keluar dari bilik Rizky, tiba-tiba dokter merangkul Junaedi. Dokter meminta agar Junaedi tabah dan bersiap serta mengikhlaskan. Bagi Junaedi kabar dari dokter seperti petir di siang bolong.
Lutut Junaedi melemas mendapat kabar itu, tatapannya mendadak kosong, perlahan air mata keluar data matanya. "Saya langsung tanya di mana anak saya," ucapnya. (Baca Juga: Kesaksian Komariah, Ibunda Anak yang Tewas Tragedi Sembako Monas
Saat mendapati kondisi Mahesa, Junaedi terperanga dengan jenazah Mahesa. Tubuh Mahesa dipenuhi luka memar bekas pijakan kaki, dari lubang hidung, telinga, dan mata mengeluarkan darah. Mahesa kemudian telah kaku. "Katanya dia terinjak-injak di lokasi," jelas Junaedi.
Kini kecerian Mahesa telah tiada, bocah bertubuh gempal itu telah pergi untuk selama-lamanya. Jenazah Mahesa telah dikebumikan di kawasan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. Junaedi berharap agar kejadian serupa tak terulang kembali.
(mhd)