Kisah Haru Saat Tahanan Anak Membasuh Kaki Ibu di LPKA Tangerang
A
A
A
TANGERANG - Isak tangis para ibu dan anak-anaknya pecah saat mengikuti upacara basuh kaki di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas 1 Tangerang, Banten, Selasa (17/4/2018).
Acara bertajuk Family & Society Gathering ini diikuti 100 anak pidana laki-laki dan perempuan dari LPKA Klas 1 Tangerang. Secara keseluruhan, acara ini diikuti 33 LPKA dari seluruh Indonesia dengan menghadirkan 2.725 tahanan anak. Mereka terdiri atas 2.659 anak laki-laki dan 66 anak perempuan.
Suasana haru terjadi saat ratusan anak pidana laki-laki dan perempuan itu mendatangi ibu mereka. Dengan mengenakan baju tahanan, anak-anak itu langsung membasuh kaki ibunda masing-masing. Sembari membasuh kaki ibu masing-masing, terjadi komunikasi antarkeduanya. Suasana hening pun tiba-tiba pecah oleh isak tangis ibu dan anak. Dari upacara basuh kaki ini mereka langsung saling berpelukan.
Tidak sedikit wartawan yang datang untuk mengabadikan momen haru itu ikut menitikan air mata. Mereka ikut terbawa haru suasana yang jarang terjadi di LPKA Klas 1 Tangerang, dan di Indonesia secara umum. (Baca juga: Bukti Cinta, Ribuan Tahanan Anak Basuh Kaki Ibu di LPKA Tangerang)
Adalah Siti yang terus memeluk putrinya Dinda (17). Air mata ibu ini tumpah di pipi. Dia tidak pernah menyangka putri kesayangannya itu bisa terperdaya oleh bandar narkotika sehingga divonis dua tahun bui.
Begitupun dengan remaja Adril (17). Pria berkulit putih ini tidak sanggup menahan haru. Seraya menyesali perbuatannya dia membasuh kaki sang ibunda. Saat mendengar nasihat dari ibunya, air matanya tumpah. "Saya dijerat dengan kasus 170 tentang pengeroyokan dan divonis tiga tahun penjara. Saya sudah mendekam selama 1,8 bulan. Rasanya seperti sudah bertahun-tahun," ungkap Adril kepada KORAN SINDO.
Adril mengaku menyesal. Namun dia tidak bisa menghindar dari jeratan hukum. Masa depannya pun terasa pupus. Tetapi kegiatan ini berhasil menggugah nuraninya bahwa ibunda masih sayang kepadanya. "Saya sangat terharu. Awalnya saya kira orang tua saya sudah tidak peduli. Tetapi saya salah, ibu dan adik saya tadi datang dan bilang, apapun yang terjadi saya tetap anaknya dan dia sayang saya," bebernya.
Hal yang sama dirasakan Ipun Agustin (17). Remaja yang dijerat kasus asusila ini divonis empat tahun penjara. Saat ini dia telah menjalani masa hukuman selama 8 bulan di LPKA Klas 1 Tangerang, Daan Mogo t."Awalnya saya mengira ibu saya tadi tidak mau datang, karena malu dengan semua perbuatan saya. Saya terkena kasus asusila. Ternyata saya salah, ibu saya tadi datang," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ipun tidak sanggup menahan sedih saat ibunya memberi nasihat. Kegiatan ini pun membuatnya semakin kuat menjalani sisa masa tahanan yang masih tiga tahun lagi. Dia berjanji akan memperbaiki dirinya.
Akan tetapi Acil berbeda dengan napi lainnya. Tampak Acil berdiam diri di luar upacara basuh kaki. Remaja berperawakan kecil ini tampak iba melihat teman-temannya berpeluh dipelukan ibunya."Ibu saya tidak mau da tang. Padahal dia sudah diundang dan diberi tahu. Tetapi katanya tidak punya ongkos. Saya sedih melihat teman-teman saya. Mereka dapat perhatian yang layak," ucapnya sedih.
Acil sampai ke LPKA Klas 1 Tangerang karena menjadi begal di jalan. Dia diajak oleh temannya yang lebih dewasa. Saat itu Acil berperan sebagai pencari mangsa dan eksekutor.
Acara bertajuk Family & Society Gathering ini diikuti 100 anak pidana laki-laki dan perempuan dari LPKA Klas 1 Tangerang. Secara keseluruhan, acara ini diikuti 33 LPKA dari seluruh Indonesia dengan menghadirkan 2.725 tahanan anak. Mereka terdiri atas 2.659 anak laki-laki dan 66 anak perempuan.
Suasana haru terjadi saat ratusan anak pidana laki-laki dan perempuan itu mendatangi ibu mereka. Dengan mengenakan baju tahanan, anak-anak itu langsung membasuh kaki ibunda masing-masing. Sembari membasuh kaki ibu masing-masing, terjadi komunikasi antarkeduanya. Suasana hening pun tiba-tiba pecah oleh isak tangis ibu dan anak. Dari upacara basuh kaki ini mereka langsung saling berpelukan.
Tidak sedikit wartawan yang datang untuk mengabadikan momen haru itu ikut menitikan air mata. Mereka ikut terbawa haru suasana yang jarang terjadi di LPKA Klas 1 Tangerang, dan di Indonesia secara umum. (Baca juga: Bukti Cinta, Ribuan Tahanan Anak Basuh Kaki Ibu di LPKA Tangerang)
Adalah Siti yang terus memeluk putrinya Dinda (17). Air mata ibu ini tumpah di pipi. Dia tidak pernah menyangka putri kesayangannya itu bisa terperdaya oleh bandar narkotika sehingga divonis dua tahun bui.
Begitupun dengan remaja Adril (17). Pria berkulit putih ini tidak sanggup menahan haru. Seraya menyesali perbuatannya dia membasuh kaki sang ibunda. Saat mendengar nasihat dari ibunya, air matanya tumpah. "Saya dijerat dengan kasus 170 tentang pengeroyokan dan divonis tiga tahun penjara. Saya sudah mendekam selama 1,8 bulan. Rasanya seperti sudah bertahun-tahun," ungkap Adril kepada KORAN SINDO.
Adril mengaku menyesal. Namun dia tidak bisa menghindar dari jeratan hukum. Masa depannya pun terasa pupus. Tetapi kegiatan ini berhasil menggugah nuraninya bahwa ibunda masih sayang kepadanya. "Saya sangat terharu. Awalnya saya kira orang tua saya sudah tidak peduli. Tetapi saya salah, ibu dan adik saya tadi datang dan bilang, apapun yang terjadi saya tetap anaknya dan dia sayang saya," bebernya.
Hal yang sama dirasakan Ipun Agustin (17). Remaja yang dijerat kasus asusila ini divonis empat tahun penjara. Saat ini dia telah menjalani masa hukuman selama 8 bulan di LPKA Klas 1 Tangerang, Daan Mogo t."Awalnya saya mengira ibu saya tadi tidak mau datang, karena malu dengan semua perbuatan saya. Saya terkena kasus asusila. Ternyata saya salah, ibu saya tadi datang," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ipun tidak sanggup menahan sedih saat ibunya memberi nasihat. Kegiatan ini pun membuatnya semakin kuat menjalani sisa masa tahanan yang masih tiga tahun lagi. Dia berjanji akan memperbaiki dirinya.
Akan tetapi Acil berbeda dengan napi lainnya. Tampak Acil berdiam diri di luar upacara basuh kaki. Remaja berperawakan kecil ini tampak iba melihat teman-temannya berpeluh dipelukan ibunya."Ibu saya tidak mau da tang. Padahal dia sudah diundang dan diberi tahu. Tetapi katanya tidak punya ongkos. Saya sedih melihat teman-teman saya. Mereka dapat perhatian yang layak," ucapnya sedih.
Acil sampai ke LPKA Klas 1 Tangerang karena menjadi begal di jalan. Dia diajak oleh temannya yang lebih dewasa. Saat itu Acil berperan sebagai pencari mangsa dan eksekutor.
(thm)