Pelatihan OK OCE di Jakbar, Usaha Kuliner Lebih Diminati Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Pembinaan dan pelatihan kewirausahawan dalam program OK OCE, terus dilakukan Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Barat. Dari target 1.280 peserta, 340 diantaranya telah selesai melakukan pelatihan, mereka merupakan wirausaha bergerak dibidang kuliner.
"Untuk tahap pelatihan tahap pertama sudah selesai. Selanjutnya pelatihan kerajinan tangan, fashion, dan servis handphone," kata Kasudin Perindustrian dan Energi Jakarta Barat Ery Gazali, Minggu (8/4/2018).
Ery mengakui dibandingkan jenis usaha lainnya, usaha kuliner paling banyak diminati oleh warga setempat. Banyaknya lokasi berkumpul serta perkantoran membuat bisnis kuliner berkembang pesat. Kondisi itu menjadi salah satu alasan warga menyukai bisnis tersebut.
“Nomor dua kerajinan tangan dan fashion. Untuk yang paling sedikit diminati yaitu service handphone," ucapnya.
Banyaknya peminat, secara otomatis saingan bisnis tersebut semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut para pelaku usaha untuk meningkatkan kreativitasnya. Sebab jika tidak, maka usaha dikhawatirkan gulung tikar alias bangkrut. Karena itu pembinaan dilakukan serta motivasi dan pelatihan diberikan kepada mereka.
"Ibaratnya gini, boleh sama-sama jual sayur asem. Tapi harus ada yang beda. Misalnya rasanya, lalu kemasan, dan promosinya. Sehingga mereka mempunyai ciri khas masing-masing, dan pembeli pun akan selalu mengingatnya," ucapnya.
"Untuk tahap pelatihan tahap pertama sudah selesai. Selanjutnya pelatihan kerajinan tangan, fashion, dan servis handphone," kata Kasudin Perindustrian dan Energi Jakarta Barat Ery Gazali, Minggu (8/4/2018).
Ery mengakui dibandingkan jenis usaha lainnya, usaha kuliner paling banyak diminati oleh warga setempat. Banyaknya lokasi berkumpul serta perkantoran membuat bisnis kuliner berkembang pesat. Kondisi itu menjadi salah satu alasan warga menyukai bisnis tersebut.
“Nomor dua kerajinan tangan dan fashion. Untuk yang paling sedikit diminati yaitu service handphone," ucapnya.
Banyaknya peminat, secara otomatis saingan bisnis tersebut semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut para pelaku usaha untuk meningkatkan kreativitasnya. Sebab jika tidak, maka usaha dikhawatirkan gulung tikar alias bangkrut. Karena itu pembinaan dilakukan serta motivasi dan pelatihan diberikan kepada mereka.
"Ibaratnya gini, boleh sama-sama jual sayur asem. Tapi harus ada yang beda. Misalnya rasanya, lalu kemasan, dan promosinya. Sehingga mereka mempunyai ciri khas masing-masing, dan pembeli pun akan selalu mengingatnya," ucapnya.
(ysw)