Sepanjang 2018, 59 Balita Mengidap Gizi Buruk di Tangsel

Jum'at, 30 Maret 2018 - 23:41 WIB
Sepanjang 2018, 59 Balita...
Sepanjang 2018, 59 Balita Mengidap Gizi Buruk di Tangsel
A A A
TANGERANG SELATAN - Kasus gizi buruk masih ditemukan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Tercatat, sepanjang tahun 2018 ini ada 59 balita yang mengidapnya, baik karena penyakit maupun akibat gangguan pola asuh orang tua.

Dinas Kesehatan Kota Tangsel membeberkan, sejak tahun 2016 ada 94 kasus gizi buruk yang ditemukan, tahun 2017 meningkat menjadi 109 kasus. Sedangkan pada tahun 2018 menurun menjadi 59 kasus, itupun dengan penambahan 37 kasus lama yang belum tuntas penanganannya dari tahun 2017, dan 22 kasus baru di tahun 2018.

Umumnya, para penderita gizi buruk memang berasal dari kalangan ekonomi keluarga tak mampu, sehingga sangat membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah daerah maupun pusat.

Saat disambangi, orang tua dari korban gizi buruk di Pondok Aren, Tangsel, mengeluhkan keseriusan pemerintah dalam menangani kasus gizi buruk yang menimpa putrinya, Sri Kinandari (2,5). Petugas Puskesmas yang datang, hanya menyarankan agar pihak keluarga memberikan asupan makanan yang bergizi dan pemberian susu.

"Kata orang Puskesmas, disuruh makan apa kek biar beratnya naik. Nyuruh tapi solusinya enggak ada. Kita buat makan kalau beras ada, tapi kalau lauk kita seadanya. Kemarin juga bilangnya kalau kurang susu harusnya bilang ke Puskesmas, tapi pas kemarin kita bilang ke sana, katanya susunya enggak ada (habis)," ujar Nurifah, ibu dari Balita gizi buruk, Sri Kinandari saat ditemui di kediamannya, Jumat (30/3/2018).

Kasus gizi buruk di Kota Tangsel telah merenggut satu korban jiwa, yakni bayi berumur 17 bulan yang meninggal dunia pada Agustus 2017 lalu di daerah Pondok Benda, Pamulang. Meski diketahui, kejadian yang menimpa bayi malang itu disertai pula dengan penyakit penyerta sejak dalam usia kandungan.

"Bulan Agustus tahun 2017, ada bayi berusia 17 bulan meninggal di daerah Pondok Benda, itu juga akibat gizi buruk yang disertai penyakit penyerta (bawaan)," terang Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Suhara Manullang.

Dilanjutkan Suhara, rata-rata bayi dan balita yang menderita gizi buruk selalu dibarengi dengan penyakit penyerta yang diidap sejak lama, seperti penyakit jantung bawaan, TB paru, Down Syndrome dan Cerebal Palsy. Dengan kondisi itu, pasien kemungkinan akan terus mengalami penurunan kesehatan, dan memerlukan penanganan khusus.

"Jadi kalau dibagi secara kelompok, maka ada 2 kategori gizi buruk, pertama akibat penyakit penyerta, dan kedua pola asuh," tambahnya.

Untuk penanganan kasus gizi buruk akibat penyakit penyerta, sambung Suhara, dia mengimbau agar keluarga harus memposisikan ibu-ibu hamil sebagai pihak yang paling beresiko dalam pertumbuhan 1000 hari pertama kehidupan.

"Oleh karenanya tak boleh lalai, dalam periode itu dibutuhkan pemeriksaan rutin ke Posyandu, dan menjaga kandungannya, sehingga bisa dicegah sejak dini," imbuhnya.

Sementara untuk kasus gizi buruk akibat gangguan pola asuh, dijelaskan dia, tim kesehatan melalui Puskesmas dan Posyandu rutin membagikan biskuit pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain itu, ada kunjungan berkala yang dilakukan untuk terus memantau kesehatan dan asupan makanan si bayi.

"Ada pemberian PMT rutin dan juga kunjungan 1 kali seminggu ke keluarga bayi tersebut," jelasnya lagi.

Dari 59 kasus gizi buruk di Tangsel tahun 2018 ini, sebanyak 26 Balita dinyatakan sembuh. Sementara 33 kasus lainnya masih dalam penanganan, dengan rincian 10 kasus akibat penyakit penyerta, dan 23 kasus akibat salah pola asuh.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0875 seconds (0.1#10.140)