Kualitas Air PAM Buruk, Masyarakat Masih Menggunakan Air Tanah
A
A
A
JAKARTA - Sebagian masyarakat Jakarta masih mengeluhkan buruknya kualitas air PAM. Akibatnya banyak warga masih menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari.
Pengunaan air tanah di permukiman, perkantoran hingga rusun tentunya tak selaras dengan keinginan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahudin Uno yang melarang penggunaan air tanah.
Pantauan KORAN SINDO banyak masyarakat menggunakan air tanah melalui sumur galian dan bor pompa. Kondisi ini hampir ditemukan di beberapa titik, seperti kawasan permukiman pinggir Jakarta, rusunawa, gedung-gedung tinggi, hingga tempat pencucian kendaraan.
Seperti di kawasan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, banyak rumah yang mempergunakan air tanah. Mereka beralasan kondisi air PAM yang tak sampai, dan tak berkualitas baik membuat warga nekat menggunakan air tanah.
“Kalau pakai air PAM, cucian kita pada rusak. Soalnya air di sini sedikit asin,” ujar Yanti (47) warga Jalan Jambu Air RT 09/02, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa (13/3/2018).
Melihat kondisinya kian buruk, sudah hampir dua tahun Yanti memilih memberhentikan langganan airnya melalui jasa PAM. Dia kemudian memilih menyedot air melalui sumur bor dari mesin pompa.
Selain menggunakan PAM, sejumlah warga pun masih memanfaatkan air kali untuk mencuci pakaian meskipun kondisi dipenuhi sampah dan berlumut.“Tapi lebih baik dibandingkan air PAM yang baunya menyengat,” tutur warga lainnya Mimah (39).
Meskipun tidak berlangganan PAM, namun Minah mengakui kondisi air PAM disekitaran rumahnya cukup buruk. Bahkan beberapa tetangga memilih memutuskan saluran air PAM lantaran kondisi yang bau, keruh, dan berasin.
Sementara untuk konsumsi dapur, makan dan minum, Mina memilih menggunakan air isi ulang galon. “Setiap hari setidaknya ada tiga galon yang saya habiskan,” kata Mimah.
Pengunaan air tanah di permukiman, perkantoran hingga rusun tentunya tak selaras dengan keinginan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahudin Uno yang melarang penggunaan air tanah.
Pantauan KORAN SINDO banyak masyarakat menggunakan air tanah melalui sumur galian dan bor pompa. Kondisi ini hampir ditemukan di beberapa titik, seperti kawasan permukiman pinggir Jakarta, rusunawa, gedung-gedung tinggi, hingga tempat pencucian kendaraan.
Seperti di kawasan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, banyak rumah yang mempergunakan air tanah. Mereka beralasan kondisi air PAM yang tak sampai, dan tak berkualitas baik membuat warga nekat menggunakan air tanah.
“Kalau pakai air PAM, cucian kita pada rusak. Soalnya air di sini sedikit asin,” ujar Yanti (47) warga Jalan Jambu Air RT 09/02, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa (13/3/2018).
Melihat kondisinya kian buruk, sudah hampir dua tahun Yanti memilih memberhentikan langganan airnya melalui jasa PAM. Dia kemudian memilih menyedot air melalui sumur bor dari mesin pompa.
Selain menggunakan PAM, sejumlah warga pun masih memanfaatkan air kali untuk mencuci pakaian meskipun kondisi dipenuhi sampah dan berlumut.“Tapi lebih baik dibandingkan air PAM yang baunya menyengat,” tutur warga lainnya Mimah (39).
Meskipun tidak berlangganan PAM, namun Minah mengakui kondisi air PAM disekitaran rumahnya cukup buruk. Bahkan beberapa tetangga memilih memutuskan saluran air PAM lantaran kondisi yang bau, keruh, dan berasin.
Sementara untuk konsumsi dapur, makan dan minum, Mina memilih menggunakan air isi ulang galon. “Setiap hari setidaknya ada tiga galon yang saya habiskan,” kata Mimah.
(whb)