Cara Anies-Sandi Menata Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan komitmennya menjadikan teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu sebagai etalase terdepan sebuah kota. Kolaborasi, edukasi, dan aksi, menjadi tiga dasar yang dilakukan Pemprov DKI untuk mewujudkan misi tersebut.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, mengatakan, dirinya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat komit menjadikan Kepulauan Seribu sebagai beranda terdepan dalam membangun Jakarta sebagai sebuah kota.
Untuk itu, setiap sebulan sekali dirinya memilih berkantor di Kepulauan Seribu. Dengan berkantor di Kepualau Seribu, ia dapat menggerakan semua dinas dan seluruh aparat pemerintahan untuk memberikan perhatian yang besar.
Berdasarkan data statistik yang dimilikinya, produksi sampah di Jakarta mencapai mencapai 7 ribu ton per hari, termasuk di Kepulauan Seribu. Jumlah itu sekitar 4 persen dari produksi sampah nasional.
Saat ini, kata Sandi, penataan sedang dilakukan bertahap. Namun penataan tentu saja tidak bisa dikerjakan sendiri oleh Pemprov, tapi harus lintas sektoral, mulai dari dunia usaha, civil society, hingga kementerian/ lembaga, dan pemerintah daerah. Pendekatan-pendekatan selama ini sudah baik, namun masih didominasi persoalan birokrasi.
"Civil society harus masuk dari CSR, harus betul social investment, karena ini untuk masa depan. Peran serta masyarakat harus lebih banyak," ujar Sandiaga dalam diskusi bertajuk 'Menjawab Tantangan: Teluk Jakarta Bersih, Siapa berani?' di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (8/3/2018).
Menurut dia, ada tiga hal yang harus dilakukan dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, yaitu kolaborasi, edukasi, dan aksi. Kolaborasi yaitu memadukan langkah ke depan dengan konsep 4 P, yakni public, private, people, dan partnership.
Dirinya ingin melibatkan civil society untuk masuk membersihkan Teluk Jakarta, bukan hanya Pemprov DKI. Pemerintah daerah di sekitar Jakarta harus bermintra mitra melalui Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) yang kebetulan ketuanya adalah Gubernur Anies. Termasuk pemerintah pusat, mengingat 13 sungai di Jakarta milik pemerintah pusat.
Kemudian edukasi. Edukasi bukan hanya bagi penduduk Kepulauan Seribu, melainkan seluruh penduduk yang ada di daratan. Artinya, masyarakat harus dididik bagaimana mengelola sampah di masing-masing rumah sendiri.
"Terakhir aksi. Jadi aksinya apa sih? Saya lihat ini salah satu dari 10 destinasi yang didorong Kementerian Pariwisata. Jadi harus ada percepatan. Percepatan itu jauh dari hanya semacam gimmick tapi juga perlu keberpihakan. Harus adil sisi anggaran. Kami akan dorong di 2019 anggarannya bisa memberikan dampak," ungkapnya.
Sementara itu, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim berharap pada 2030 Teluk Jakarta sudah bersih dari limbah sampah. Sebagai negara dengan garis pantai yang panjangnya setara dengan jarak Jakarta sampai ke Teheran, sepatutnya kebersihan laut diperhatikan oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat.
Emil menyebutkan, sudah tersedia langkah untuk membersihkan laut Jakarta. Tinggal konsistensi menjalankan kebijakannya yang perlu dipertahankan. Saat ini pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi dan pihak swasta tengah mengerjakan proyek prestisius National Integrated Coastal Development (NCICD) atau Proyek Garuda di Teluk Jakarta yang pengerjaannya mencakup pembangunan tanggul-tanggul dan reklamasi.
"Keberadaan tanggul di Teluk Jakarta sangat dibutuhkan sebagai solusi, karena selain berdampak pada kelestarian lingkungan juga bisa menanggulangi potensi banjir rob, menjaga kualitas air tawar dan mengendalikan kenaikan air sungai di Ibu Kota," katanya.
Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) M S Sembiring sepakat dengan tiga langkah yang akan dilakukan Pemprov DKI dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Sebagai lembaga penggerak lingkungan, kata dia, Kehati selama ini kerap mendapatkan pertanyaan kapan aksi dilakukan mengingat banyaknya wacana dilontarkan dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
"Kita butuh aksi. Bagaimana aksi dimulai ya harus ada contoh dari pimpinan. Kebetulan beliau (Sandiaga) kerap memberikan contoh kongkrit dalam membersihkan perairan, seperti Festival Danau Sunter dan Festival Pulau Tidung yang direncanakan digelar sebelum Asian Games," pungkasnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, mengatakan, dirinya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat komit menjadikan Kepulauan Seribu sebagai beranda terdepan dalam membangun Jakarta sebagai sebuah kota.
Untuk itu, setiap sebulan sekali dirinya memilih berkantor di Kepulauan Seribu. Dengan berkantor di Kepualau Seribu, ia dapat menggerakan semua dinas dan seluruh aparat pemerintahan untuk memberikan perhatian yang besar.
Berdasarkan data statistik yang dimilikinya, produksi sampah di Jakarta mencapai mencapai 7 ribu ton per hari, termasuk di Kepulauan Seribu. Jumlah itu sekitar 4 persen dari produksi sampah nasional.
Saat ini, kata Sandi, penataan sedang dilakukan bertahap. Namun penataan tentu saja tidak bisa dikerjakan sendiri oleh Pemprov, tapi harus lintas sektoral, mulai dari dunia usaha, civil society, hingga kementerian/ lembaga, dan pemerintah daerah. Pendekatan-pendekatan selama ini sudah baik, namun masih didominasi persoalan birokrasi.
"Civil society harus masuk dari CSR, harus betul social investment, karena ini untuk masa depan. Peran serta masyarakat harus lebih banyak," ujar Sandiaga dalam diskusi bertajuk 'Menjawab Tantangan: Teluk Jakarta Bersih, Siapa berani?' di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (8/3/2018).
Menurut dia, ada tiga hal yang harus dilakukan dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, yaitu kolaborasi, edukasi, dan aksi. Kolaborasi yaitu memadukan langkah ke depan dengan konsep 4 P, yakni public, private, people, dan partnership.
Dirinya ingin melibatkan civil society untuk masuk membersihkan Teluk Jakarta, bukan hanya Pemprov DKI. Pemerintah daerah di sekitar Jakarta harus bermintra mitra melalui Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) yang kebetulan ketuanya adalah Gubernur Anies. Termasuk pemerintah pusat, mengingat 13 sungai di Jakarta milik pemerintah pusat.
Kemudian edukasi. Edukasi bukan hanya bagi penduduk Kepulauan Seribu, melainkan seluruh penduduk yang ada di daratan. Artinya, masyarakat harus dididik bagaimana mengelola sampah di masing-masing rumah sendiri.
"Terakhir aksi. Jadi aksinya apa sih? Saya lihat ini salah satu dari 10 destinasi yang didorong Kementerian Pariwisata. Jadi harus ada percepatan. Percepatan itu jauh dari hanya semacam gimmick tapi juga perlu keberpihakan. Harus adil sisi anggaran. Kami akan dorong di 2019 anggarannya bisa memberikan dampak," ungkapnya.
Sementara itu, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim berharap pada 2030 Teluk Jakarta sudah bersih dari limbah sampah. Sebagai negara dengan garis pantai yang panjangnya setara dengan jarak Jakarta sampai ke Teheran, sepatutnya kebersihan laut diperhatikan oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat.
Emil menyebutkan, sudah tersedia langkah untuk membersihkan laut Jakarta. Tinggal konsistensi menjalankan kebijakannya yang perlu dipertahankan. Saat ini pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi dan pihak swasta tengah mengerjakan proyek prestisius National Integrated Coastal Development (NCICD) atau Proyek Garuda di Teluk Jakarta yang pengerjaannya mencakup pembangunan tanggul-tanggul dan reklamasi.
"Keberadaan tanggul di Teluk Jakarta sangat dibutuhkan sebagai solusi, karena selain berdampak pada kelestarian lingkungan juga bisa menanggulangi potensi banjir rob, menjaga kualitas air tawar dan mengendalikan kenaikan air sungai di Ibu Kota," katanya.
Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) M S Sembiring sepakat dengan tiga langkah yang akan dilakukan Pemprov DKI dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Sebagai lembaga penggerak lingkungan, kata dia, Kehati selama ini kerap mendapatkan pertanyaan kapan aksi dilakukan mengingat banyaknya wacana dilontarkan dalam membersihkan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
"Kita butuh aksi. Bagaimana aksi dimulai ya harus ada contoh dari pimpinan. Kebetulan beliau (Sandiaga) kerap memberikan contoh kongkrit dalam membersihkan perairan, seperti Festival Danau Sunter dan Festival Pulau Tidung yang direncanakan digelar sebelum Asian Games," pungkasnya.
(thm)