Borr Seksi IIB Beroperasi April
A
A
A
BOGOR - Penyelesaian proyek pembangunan tol Bogor Ring Road (BORR) seksi IIB Kedungbadak-Simpang Yasmin, Tanah Sareal, Kota Bogor, terus berjalan.
Proyek ini tidak terpengaruh moratorium pemerintah pusat seusai insiden ambruknya tiang penyangga tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu (Becakayu). Project Manager PT Wijaya Karya (WIKA) Ali Afandi selaku pelaksana proyek mengaku optimistis lanjutan pembangunan fisik tol BORR seksi IIA tetap dapat diselesaikan sesuai target.
“Meski sempat terhenti beberapa hari karena ikut terkena moratorium sehingga terdampak pada tertunda pemasangan erection box girder, akhirnya kita lolos audit dan bisa dilanjutkan. Insya Allah akhir Maret selesai,” kata Ali, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Ali bersyukur hasil audit Kementerian PUPR cepat meloloskan proyek jalan bebas hambatan yang sempat dihentikan selama beberapa hari ini. “Sambil menggeber pekerjaan erection di sisi utara P61 dan P62, saat ini kami juga sedang mengerjakan pengaspalan mulai dari P30 atau titik awal proyek tol BORR seksi IIB,” ujarnya.
Sebetulnya, lanjut dia, proyek yang digarap perusahaannya ini telah dilanjutkan sejak Sabtu (24/2). Sementara untuk pekerjaan erection sisi utara P61 dan P62 baru dimulai Selasa (27/2).
“Jadi begini, saat dihentikan, progres tol BORR seksi IIB ini telah rampung 98,5% untuk pekerjaan fisik dan 100% untuk pembebasan lahan. Pekerjaan elevated yang tersisa satu bentang atau kurang lebih 50 meter dari 2,65 km total panjang jalan tol seksi IIB menghubungkan Kedung Badak-Yasmin,” katanya.
Ia juga membenarkan bahwa proyek tol BORR seksi IIB merupakan tol pertama yang lolos audit keselamatan setelah keputusan moratorium Kemen PUPR. “Saat itu, proses audit dimulai dari pukul 14.00 sampai 16.00 WIB. Dilakukan audit prioritas untuk melanjutkan proyek jalan Tol BORR seksi IIB,” ucapnya.
Terkait pekerjaan konstruksi elevated yang dilakukan evaluasi oleh tim audit, yaitu pelaksanaan pemasangan span terakhir dengan panjang 45 meter.
Saat itu, kegiatan audit dihadiri Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Kepala Balai Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Anggota KKJTJ, Jajaran Direksi PT MSJ, Kontraktor PT Wijaya Karya Tbk, Konsultan Perencana PT LAPI Ganesatama, Konsultan Supervisi PT Purna Jasa Bima pratama, dan Vendor Sub Specialist Pre Stressing PT DSI.
“Setelah dilakukan audit dari beberapa aspek maka disepakati dan ditandatangani Berita Acara Persetujuan pelaksanaan pengangkatan box girder span 61-62,” tuturnya.
Sementara kelanjutan dari pelaksanaan spansisi utara sebanyak 16 segmen saat ini masih berlangsung dengan melaksanakan pengalihan lalu lintas dibawahnya selama empat hari ke depan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Marga Sarana Jabar (MSJ) Hendro Atmodjo mengaku bersyukur proyek jalan bebas hambatan milik perusahaan yang dipimpinnya itu mendapat rekomendasi pertama dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kemen PUPR, Sabtu (24/2). “Rekomendasi ini merujuk dari hasil audit evaluasi atas pekerjaan konstruksi elevated (layang) tol BORR seksi IIB,” katanya.
Rekomendasi dari Kemen PUPR yang cepat keluar agar proyek tol BORR seksi IIB yang ikut terdampak moratorium seluruh proyek infrastruktur di Indonesia akibat insiden tol Becakayu, atas usulannya agar dimasukkan prioritas audit. “Jadi, saat kena moratorium, kami aktif melayangkan surat permohonan untuk dilakukan audit prioritas ke tim pengawas konstruksi Kementerian PUPR dan Alhamdulillah langsung disetujui,” tuturnya.
Dengan tuntasnya audit atas beberapa aspek maka tol BORR menjadi yang pertama mendapat rekomendasi melanjutkan pengerjaan konstruksi tol layangnya. Ia mengklaim ada beberapa pertimbangan pemerintah memprioritaskan PT MSJ, di antaranya adanya pekerjaan yang tidak bisa ditunda terlalu lama.
“Saat dihentikan pengerjaan ada enam buah beton box girder telanjur digantung di atas untuk disambungkan pada ruas bentangan 50 meter. Kalau ini dibiarkan terlalu lama, sangat berbahaya bagi pengguna jalan,” ungkapnya. Tahap selanjutnya dilakukan pengerjaan spansisi utara sebanyak 16 segmen selama empat hari ke depan, terhitung mulai hari ini.
“Untuk mengerjakan span tersebut juga perlu dilakukan pengalihan lalu lintas di bawahnya selama empat hari ke depan,” ucapnya.
Sebelumnya, ia menjelaskan saat insiden tol Becakayu, pihaknya tengah melakukan upaya finishing pemasangan elevated atau jalan layang sepanjang 50 meter menggunakan launcher gentrey (LG) yang ditarget selesai tujuh hari.
“Dengan diberhentikan sementara artinya agar tim audit bisa masuk ke proyek elevated yang layak. Jadi, kita hentikan pada pukul 5 sore. Dengan kondisi begini artinya kami telanjur menggantung box girder di satu lajur. Padahal, tinggal 50 me ter lagi,” kata Hendro, saat ditemui di lokasi proyek tol BORR seksi IIB, Rabu (21/2).
Lebih lanjut ia menuturkan penghentian sementara pada pengerjaan elevated ini tentunya sangat berpengaruh pada keseluruhan aktivitas pekerjaan.
“Dampaknya mengalami suspend mundur. Kami berharap tidak terlalu lama. Kami juga sudah menghubungi komite keselamatan konstruksi untuk memprioritaskan kita supaya bisa dilanjutkan lagi setelah diaudit peralatan dan SOP,” kata Hendro. (Haryudi)
Proyek ini tidak terpengaruh moratorium pemerintah pusat seusai insiden ambruknya tiang penyangga tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu (Becakayu). Project Manager PT Wijaya Karya (WIKA) Ali Afandi selaku pelaksana proyek mengaku optimistis lanjutan pembangunan fisik tol BORR seksi IIA tetap dapat diselesaikan sesuai target.
“Meski sempat terhenti beberapa hari karena ikut terkena moratorium sehingga terdampak pada tertunda pemasangan erection box girder, akhirnya kita lolos audit dan bisa dilanjutkan. Insya Allah akhir Maret selesai,” kata Ali, kepada KORAN SINDO, kemarin.
Ali bersyukur hasil audit Kementerian PUPR cepat meloloskan proyek jalan bebas hambatan yang sempat dihentikan selama beberapa hari ini. “Sambil menggeber pekerjaan erection di sisi utara P61 dan P62, saat ini kami juga sedang mengerjakan pengaspalan mulai dari P30 atau titik awal proyek tol BORR seksi IIB,” ujarnya.
Sebetulnya, lanjut dia, proyek yang digarap perusahaannya ini telah dilanjutkan sejak Sabtu (24/2). Sementara untuk pekerjaan erection sisi utara P61 dan P62 baru dimulai Selasa (27/2).
“Jadi begini, saat dihentikan, progres tol BORR seksi IIB ini telah rampung 98,5% untuk pekerjaan fisik dan 100% untuk pembebasan lahan. Pekerjaan elevated yang tersisa satu bentang atau kurang lebih 50 meter dari 2,65 km total panjang jalan tol seksi IIB menghubungkan Kedung Badak-Yasmin,” katanya.
Ia juga membenarkan bahwa proyek tol BORR seksi IIB merupakan tol pertama yang lolos audit keselamatan setelah keputusan moratorium Kemen PUPR. “Saat itu, proses audit dimulai dari pukul 14.00 sampai 16.00 WIB. Dilakukan audit prioritas untuk melanjutkan proyek jalan Tol BORR seksi IIB,” ucapnya.
Terkait pekerjaan konstruksi elevated yang dilakukan evaluasi oleh tim audit, yaitu pelaksanaan pemasangan span terakhir dengan panjang 45 meter.
Saat itu, kegiatan audit dihadiri Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Kepala Balai Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ), Anggota KKJTJ, Jajaran Direksi PT MSJ, Kontraktor PT Wijaya Karya Tbk, Konsultan Perencana PT LAPI Ganesatama, Konsultan Supervisi PT Purna Jasa Bima pratama, dan Vendor Sub Specialist Pre Stressing PT DSI.
“Setelah dilakukan audit dari beberapa aspek maka disepakati dan ditandatangani Berita Acara Persetujuan pelaksanaan pengangkatan box girder span 61-62,” tuturnya.
Sementara kelanjutan dari pelaksanaan spansisi utara sebanyak 16 segmen saat ini masih berlangsung dengan melaksanakan pengalihan lalu lintas dibawahnya selama empat hari ke depan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Marga Sarana Jabar (MSJ) Hendro Atmodjo mengaku bersyukur proyek jalan bebas hambatan milik perusahaan yang dipimpinnya itu mendapat rekomendasi pertama dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kemen PUPR, Sabtu (24/2). “Rekomendasi ini merujuk dari hasil audit evaluasi atas pekerjaan konstruksi elevated (layang) tol BORR seksi IIB,” katanya.
Rekomendasi dari Kemen PUPR yang cepat keluar agar proyek tol BORR seksi IIB yang ikut terdampak moratorium seluruh proyek infrastruktur di Indonesia akibat insiden tol Becakayu, atas usulannya agar dimasukkan prioritas audit. “Jadi, saat kena moratorium, kami aktif melayangkan surat permohonan untuk dilakukan audit prioritas ke tim pengawas konstruksi Kementerian PUPR dan Alhamdulillah langsung disetujui,” tuturnya.
Dengan tuntasnya audit atas beberapa aspek maka tol BORR menjadi yang pertama mendapat rekomendasi melanjutkan pengerjaan konstruksi tol layangnya. Ia mengklaim ada beberapa pertimbangan pemerintah memprioritaskan PT MSJ, di antaranya adanya pekerjaan yang tidak bisa ditunda terlalu lama.
“Saat dihentikan pengerjaan ada enam buah beton box girder telanjur digantung di atas untuk disambungkan pada ruas bentangan 50 meter. Kalau ini dibiarkan terlalu lama, sangat berbahaya bagi pengguna jalan,” ungkapnya. Tahap selanjutnya dilakukan pengerjaan spansisi utara sebanyak 16 segmen selama empat hari ke depan, terhitung mulai hari ini.
“Untuk mengerjakan span tersebut juga perlu dilakukan pengalihan lalu lintas di bawahnya selama empat hari ke depan,” ucapnya.
Sebelumnya, ia menjelaskan saat insiden tol Becakayu, pihaknya tengah melakukan upaya finishing pemasangan elevated atau jalan layang sepanjang 50 meter menggunakan launcher gentrey (LG) yang ditarget selesai tujuh hari.
“Dengan diberhentikan sementara artinya agar tim audit bisa masuk ke proyek elevated yang layak. Jadi, kita hentikan pada pukul 5 sore. Dengan kondisi begini artinya kami telanjur menggantung box girder di satu lajur. Padahal, tinggal 50 me ter lagi,” kata Hendro, saat ditemui di lokasi proyek tol BORR seksi IIB, Rabu (21/2).
Lebih lanjut ia menuturkan penghentian sementara pada pengerjaan elevated ini tentunya sangat berpengaruh pada keseluruhan aktivitas pekerjaan.
“Dampaknya mengalami suspend mundur. Kami berharap tidak terlalu lama. Kami juga sudah menghubungi komite keselamatan konstruksi untuk memprioritaskan kita supaya bisa dilanjutkan lagi setelah diaudit peralatan dan SOP,” kata Hendro. (Haryudi)
(nfl)