Pasca Longsor Puncak Harus Segera Berbenah

Selasa, 27 Februari 2018 - 08:46 WIB
Pasca Longsor Puncak...
Pasca Longsor Puncak Harus Segera Berbenah
A A A
BOGOR - Puncak, Bogor, sudah kembali dibuka setelah penutupan total akibat longsor beberapa waktu lalu. Namun, dampaknya terhadap tingkat kunjungan (hunian penginapan dan wisatawan tempat wisata) dan pendapatan masih butuh proses untuk memulihkannya.

Hal tersebut diungkapkan sejumlah kalangan pengusaha, baik objek wisata, penginapan (hotel dan vila) maupun para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berada di jalur Puncak (Gadog, Bogor hingga Puncak Pass, Ciloto Cianjur).

Sutisna, 67, pedagang soto mie di tepi jalan Raya Puncak, tepatnya depan kantor Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, menuturkan sejak awal kejadian longsor Senin (5/2) hingga saat ini omzetnya menurun dan belum pulih seperti sebelumnya.

”Sepi sekali kang, baru sekarang gara-gara ada longsor hanya dua mangkuk saja yang terjual. Minimal kalau hari biasa bisa habis enam mangkuk dan akhir pekan bisa 12 hingga 15 mangkuk," kata kakek dua cucu yang sudah berjualan soto Bogor di pinggir jalan Raya Puncak selama 20 tahun itu.

Pihaknya mengaku bingung, kondisi sepinya arus lalu lintas akibat ditutupnya jalur Puncak karena longsor dan proses perbaikan tebing oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat beberapa waktu lalu, dampaknya berlangsung hingga akhir pekan kemarin.

”Saya kira Sabtu atau Minggu, akan mulai stabil dan ramai lagi yang ke Puncak, tapi nyatanya sama saja. Repot juga kalau terus begini," tandasnya.

Sekadar diketahui, jalur Puncak, Bogor yang semula ditutup mulai dari kawasan Agrowisata Gunung Mas hingga Ciloto (7 km) untuk kendaraan roda empat maupun lebih, pekan lalu sudah dibuka kembali. Namun, itu dibatasi hanya untuk kendaraan roda dua dan empat. Sedangkan untuk kendaraan seperti truk dan bus wisata hingga Senin (26/2) masih belum bisa melintas dan dialihkan ke Jonggol maupun Sukabumi oleh pihak Dirjen Perhubungan Darat dan Polres Bogor.

Hal senada diungkapkan Manager Hotel Talita Mountain Resort and Talita Bukit Raya, Ciloto Puncak, Andi Noverico. Dia mengaku pengaruh bencana longsor kali ini sangat terasa dan menjadi catatan terburuk dari sisi pendapatan mereka.

"Bahkan bisa dikatakan longsor kali ini merupakan sejarah bagi kami sebagai pengusaha hotel mengalami kerugian. Selama hampir sepekan ini zero occupansi (nol penghuni hotel). Padahal, lonsgor di kawasan Puncak itu sudah sering terjadi, tapi tidak berdampak separah ini," kata Andi.

Andi menambahkan, jalur Puncak saat ini memang sudah dinormalkan kembali. Namun, pembatasan kendaraan besar masih belum bisa melintas tetap berpengaruh. Sebab, banyak tamu rombongan wisatawan yang menginap di penginapannya menggunakan bus.

Pihaknya berharap, kebijakan penutupan jalur puncak mulai dari Gunung Mas, Bogor, hingga Ciloto, Kabupaten Cianjur, oleh Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan selama 10 hari kemudian menjadi 14 hari tidak lagi terulang.

Andi mengatakan, masalah itu juga banyak dikeluhkan pengusaha hotel, restoran, factory outlet, dan pedagang kaki lima di kawasan Ciloto, mulai dari Puncak Pass hingga Cipanas.

Manajer Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Yulius Suprihardo juga mengungkapkan hal sama terkait tingkat kunjungan wisatawan. Menurutnya, turunnya angka pengunjung saat jalur Puncak ditutup karena longsor mencapai 60 sampai 70%.

”Turun sekitar 60 sampai 70 persenlah sejak mulai ditutup karena ada longsor,” ujar Yulius.

Berdasarkan pantauan, saat jalur Puncak masih ditutup area parkir TSI terlihat lengang dan hanya ada beberapa mobil pengunjung.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor Budi Sulistio mengaku bahwa kebijakan jalur puncak ditutup selama dua pekan kemarin sangat berdampak negatif terhadap okupansi maupun omzet dengan rata-rata penurunan di atas 10%.

Pihaknya menduga, sepinya hotel dan restoran karena masyarakat hanya mengetahui separuh-separuh soal keputusan penutupan jalur Puncak itu.

Alhasil, banyak yang mengurungkan rencana kunjungan ke kawasan berhawa dingin ini. ”Padahal yang ditutup saat itu hanya dari Gunung Mas hingga Ciloto,” tuturnya.

Untuk memulihkan kondisi tersebut, lanjut Budi, dibutuhkan proses yang tak sebentar dan perlu lebih gencar lagi menginformasikan terkait kondisi pariwisata Puncak yang saat ini sudah aman kepada masyarakat meski masih ada pembatasan untuk kendaraan berat.

Sebagai informasi, ada lebih dari 300 hotel dan restoran dari kawasan Ciawi hingga Cisarua. Untuk satu hotel dan restoran kelas atas yang ada di kawasan Puncak, rata–rata mematok harga Rp400 ribu per kamar. Jika dikalkulasi, kerugian 300 hotel dan restoran bisa mencapai Rp3 miliar lebih.

”Namun data pastinya belum ada, tapi kami catat ada pembatalan pengunjung di beberapa hotel dan vila," katanya. (Haryudi)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3947 seconds (0.1#10.140)