Ini Kata Psikolog Soal Tawuran yang Menewaskan Bocah SD dan SMP
A
A
A
JAKARTA - Psikolog Universitas Pancasila (UP) Auly Grashinta mengatakan, tawuran merupakan tindakan agresif yang banyak dilakukan remaja. Namun, pada tataran agresifitas yang tinggi akhirnya ini menjadi tindakan kriminalitas. Apalagi jika hingga menyebabkan korban jiwa.
"Maka ini jelas tindakan kriminalitas," katanya kepada KORAN SINDO, Senin 12 Februari 2018. (Baca Juga: Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran Maut di Kampung Rambutan
Pada dasarnya remaja memang berada pada tahap pencarian jati diri. Sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk menemukan dirinya. Salah satunya adalah melalui kegiatan sosialisasi dengan teman sebaya. Dalam sosialisasi ini terjadilaj interaksi dengan teman sebaya yang mungkin saja sesuai atau tidak sesuai dengna dirinya.
"Nah dengan kapasitas emosi yang masih labil dan cara berpikir terbatas, maka seringkali remaja mengambil tindakan yang belum tepat tanpa pemikiran panjang. Sehingga seringkali melakukan tindakan yang tidak dipikirkan konsukuensinya," ucapnya.
Pengambilan keputusan ini seringkali hanya didasari oleh emosi sesaat tanpa memikirkan akibatnya. Dalam kelompok maka pengaruhnya sangat besar. Remaja lebih dipengaruhi oleh konformitas pada kelompok daripada orang tuanya.
"Sehingga tindakan yang dilakukan lebih didorong oleh keinginan untuk diterima kelompok," paparnya. (Baca Juga: Tawuran Maut di Kampung Rambutan, Bocah SD dan SMP Tewas)
Besarnya pengaruh kelompok membuat remaja bisa berbuat apapun dalam kelompok walaupun dia sendiri tak setuju. Karena biasanya seseorang akan mengikuti anggota kelompoknya. Ini disebabkan lebih karena keinginan untuk diterima kelompok sosial.
"Dan biasanya kelompok akan menjadi semakin kohesif (kompak) pada saat ada musuh bersama. Karena tawuran disukai oleh kelompok karena ada kebersamaan dalam menghadapi musuh bersama," tutupnya.
Sebelumnya, tawuran antara dua kelompok bocah di Jalan Gudang Air dan Jalan Puskemas, Kampung Rambutan, Jakarta Timur menelan dua korban jiwa. Ironisnya korban tewas masih berstatus pelajar SD dan SMP di Jakarta Timur.
"Maka ini jelas tindakan kriminalitas," katanya kepada KORAN SINDO, Senin 12 Februari 2018. (Baca Juga: Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran Maut di Kampung Rambutan
Pada dasarnya remaja memang berada pada tahap pencarian jati diri. Sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk menemukan dirinya. Salah satunya adalah melalui kegiatan sosialisasi dengan teman sebaya. Dalam sosialisasi ini terjadilaj interaksi dengan teman sebaya yang mungkin saja sesuai atau tidak sesuai dengna dirinya.
"Nah dengan kapasitas emosi yang masih labil dan cara berpikir terbatas, maka seringkali remaja mengambil tindakan yang belum tepat tanpa pemikiran panjang. Sehingga seringkali melakukan tindakan yang tidak dipikirkan konsukuensinya," ucapnya.
Pengambilan keputusan ini seringkali hanya didasari oleh emosi sesaat tanpa memikirkan akibatnya. Dalam kelompok maka pengaruhnya sangat besar. Remaja lebih dipengaruhi oleh konformitas pada kelompok daripada orang tuanya.
"Sehingga tindakan yang dilakukan lebih didorong oleh keinginan untuk diterima kelompok," paparnya. (Baca Juga: Tawuran Maut di Kampung Rambutan, Bocah SD dan SMP Tewas)
Besarnya pengaruh kelompok membuat remaja bisa berbuat apapun dalam kelompok walaupun dia sendiri tak setuju. Karena biasanya seseorang akan mengikuti anggota kelompoknya. Ini disebabkan lebih karena keinginan untuk diterima kelompok sosial.
"Dan biasanya kelompok akan menjadi semakin kohesif (kompak) pada saat ada musuh bersama. Karena tawuran disukai oleh kelompok karena ada kebersamaan dalam menghadapi musuh bersama," tutupnya.
Sebelumnya, tawuran antara dua kelompok bocah di Jalan Gudang Air dan Jalan Puskemas, Kampung Rambutan, Jakarta Timur menelan dua korban jiwa. Ironisnya korban tewas masih berstatus pelajar SD dan SMP di Jakarta Timur.
(mhd)