Orang Tua Harus Kontrol Anak agar Tak Ada Lagi Tawuran Maut
A
A
A
JAKARTA - Tawuran antarremaja di Kampung Rambutan, Jakarta Timur yang menewaskan bocah SD dan SMP harus menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat agar kasus ini tak terulang lagi. Para orang tua pun harus mengontrol dan mengawasi anak-anaknya dalam melakukan kegiatan, khususnya sepulangnya dari sekolah.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Josias Simon mempertanyakan bagaimana bisa anak-anak di bawah 17 tahun tersebut masih berada di luar rumah pada dini hari pagi. Pasalnya, jam tersebut jauh dari jam belajar dan bermain.
Para orang tua, lanjut Josias, harus selalu mengontrol dan mengawasi anak-anaknya dalam melakukan kegiatan, khususnya sepulangnya dari sekolah. Orang tua paling tidak harus tahu anaknya berada di mana, bersama siapa, dan melakukan kegiatan apa.( Baca: Tawuran Maut di Kampung Rambutan, Bocah SD dan SMP Tewas )
"Lalu memberikan pemahaman pada anak akan bahaya tawuran," kata Josias saat dihubungi sindonews, Senin (12/2/2018). Menurut dia, persoalan tawuran sejatinya terjadi karena sejumlah faktor. Hanya saja, tawuran itu merupakan hal negatif yang juga bagian dari adrenalin remaja yang hendak melakukan hal-hal yang sifatnya penuh tantangan.
"Ciri khas remaja itu melakukan hal yang sifatnya penuh tantangan, nah itu bisa diarahkan pada hal positif, seperti ikut pertandingan karate atau pencak silat, yang mana disitu ada koridornya atau aturannya, itu tak masalah," ujarnya.
Faktor terjadinya tawuran itu, lanjut Josias, bisa karena adanya kesengajaan, seperti warisan membalas dendam dari kelompol satu ke kelompok lainnya, hingga sampai membawa-bawa senjata tajam. Bisa juga karena tak sengaja, seperti kebetulan berkumpul-kumpul di suatu tempat, lalu mencari keributan, mengganggu orang lain hingga berkembang pada tawuran.
"Saat mereka berkumpul di tempat yang diketahui publik, masyarakat seharusnya merespons atau melakukan inisiatif, contoh menegur agar mereka pulang, apalagi di jam-jam bukan waktunya belajar," tuturnya.
Dengan begitu, tawuran pun bisa diantisipasi. Begitu juga dengan aparat penegak hukum, harus selalu melakukan patroli di titik-titik rawan tawuran serta berkumpulnya para remaja, terlebih di titik-titik yang tak bisa di jangkau publik. "Di sejumlah jalanan saja, masih rawan terjadi balap liar yang dilakukan para remaja, ini seharusnya menjadi perhatian aparat agar kegiatan-kegiatan yang ujungnya itu bisa menimbulkan tawuran bisa terantisipasi," ucapnya.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Josias Simon mempertanyakan bagaimana bisa anak-anak di bawah 17 tahun tersebut masih berada di luar rumah pada dini hari pagi. Pasalnya, jam tersebut jauh dari jam belajar dan bermain.
Para orang tua, lanjut Josias, harus selalu mengontrol dan mengawasi anak-anaknya dalam melakukan kegiatan, khususnya sepulangnya dari sekolah. Orang tua paling tidak harus tahu anaknya berada di mana, bersama siapa, dan melakukan kegiatan apa.( Baca: Tawuran Maut di Kampung Rambutan, Bocah SD dan SMP Tewas )
"Lalu memberikan pemahaman pada anak akan bahaya tawuran," kata Josias saat dihubungi sindonews, Senin (12/2/2018). Menurut dia, persoalan tawuran sejatinya terjadi karena sejumlah faktor. Hanya saja, tawuran itu merupakan hal negatif yang juga bagian dari adrenalin remaja yang hendak melakukan hal-hal yang sifatnya penuh tantangan.
"Ciri khas remaja itu melakukan hal yang sifatnya penuh tantangan, nah itu bisa diarahkan pada hal positif, seperti ikut pertandingan karate atau pencak silat, yang mana disitu ada koridornya atau aturannya, itu tak masalah," ujarnya.
Faktor terjadinya tawuran itu, lanjut Josias, bisa karena adanya kesengajaan, seperti warisan membalas dendam dari kelompol satu ke kelompok lainnya, hingga sampai membawa-bawa senjata tajam. Bisa juga karena tak sengaja, seperti kebetulan berkumpul-kumpul di suatu tempat, lalu mencari keributan, mengganggu orang lain hingga berkembang pada tawuran.
"Saat mereka berkumpul di tempat yang diketahui publik, masyarakat seharusnya merespons atau melakukan inisiatif, contoh menegur agar mereka pulang, apalagi di jam-jam bukan waktunya belajar," tuturnya.
Dengan begitu, tawuran pun bisa diantisipasi. Begitu juga dengan aparat penegak hukum, harus selalu melakukan patroli di titik-titik rawan tawuran serta berkumpulnya para remaja, terlebih di titik-titik yang tak bisa di jangkau publik. "Di sejumlah jalanan saja, masih rawan terjadi balap liar yang dilakukan para remaja, ini seharusnya menjadi perhatian aparat agar kegiatan-kegiatan yang ujungnya itu bisa menimbulkan tawuran bisa terantisipasi," ucapnya.
(whb)