Pembangunan MRT dan LRT di Tangsel Dipertimbangkan
A
A
A
TANGERANG - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih melakukan kajian untuk menentukan moda transportasi yang tepat diteruskan ke Kota Tangerang Selatan (Tangsel), apakah Mass Rapid Transit (MRT) seperti yang diminta Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany ataukah Light Rail Transit (LRT).
Ungkapan itu dilontarkan langsung Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dan Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar. Menurut mereka, setelah kajian Feasibility Study (FS) yang akan dibuat pihak MRT selesai dilakukan, baru bisa dipastikan moda transportasi akan dikembangkan sampai Tangsel.
“Itu bantuan dari Pemprov DKI untuk Pemkot Tangsel. Kami juga membahas usulan perpanjangan rute MRT dari Lebak Bulus ke Ciputat dan sudah disepakati. PT MRT Jakarta akan bertindak sebagai pemrakarsa. Diharapkan tahun ini FS atau studi kelayakannya sudah bisa diselesaikan,” kata Sandiaga, kemarin.
Dijelaskan dia, jika kajian FS selesai dilakukan, proyek pembangunan MRT atau LRT di Kota Tangsel itu sudah bisa dikerjakan pada 2019.
“Pemprov DKI dan Pemkot Tangsel menginginkan agar Jalan Cirendeu Raya bisa dilebarkan. Sebab ruas jalan tersebut banyak dilintasi warga yang bekerja di Jakarta,” katanya. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menambahkan, sebelum menentukan meneruskan pembangunan MRT, pihaknya akan melakukan kajian mendalam terlebih dahulu.
Jika dalam kajian itu memungkinkan membangun MRT, maka tahun depan megaproyek tersebut akan dilanjutkan hingga Tangsel.
“Kami perlu melakukan beberapa survei, termasuk studi kelayakan jalur selatan. Karena MRT bisa dibangun bila jumlah penumpangnya 100.000 orang per hari. Jika estimasi penumpangnya hanya mencapai 40 orang per hari, maka solusi yang ditawarkannya adalah LRT atau Bus Rapit Transit (BRT),” katanya.
Meski demikian, pihaknya belum bisa membeberkan mengenai FS tersebut. Sebab proses FS untuk MRT itu masih dikaji tim internalnya.
“PT MRT masih perlu penjelasan kira-kira jalur mana yang akan digunakan nanti. Kemudian potensi bisnis Tangsel bisa dikembangkan atau tidak? Tergantung FS-nya,” katanya. Dia menjelaskan, proyek strategis nasional itu dibangun sejak Oktober 2013 lalu.
Dimulai dengan pembuatan struktur jalur layang sepanjang 9.810 meter dan dilakukan dengan membangun viaduct yang terhubung dengan tiang kolom terdiri dari lima bagian, yaitu struktur fondasi, pile cap, pier column, pierhead, dan box girder.
Adapun hingga 25 Oktober 2017, perkembangan konstruksi MRT Jakarta baru mencapai 83,07% dengan rincian struktur layang sebesar 74,64% dan struktur bawah tanah sebesar 91,57%.
Sedikitnya ada 13 stasiun sedang dibangun untuk moda kereta api cepat ini dan sedang proses pengerjaan. “Ada 13 stasiun yang sedang dibangun saat ini, yakni tujuh stasiun layang di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja, serta enam stasiun bawah tanah di Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia (HI),” kata William Sabandar.
Sementara itu, Tomi (35), warga Pamulang mengatakan, jika warga Tangsel disuruh memilih antara MRT dan LRT, maka pilihan pertama jatuh pada MRT. Sebab Tangsel merupakan daerah yang sedang berkembang, baik dari segi pembangunannya terus tumbuh maupun dari segi manusianya.
“Kalau disuruh memilih MRT atau LRT, jelas jawabnya adalah MRT. Karena itu sangat dibutuhkan warga Tangsel, terutama yang bekerja di Jakarta. Masyarakat Kota Tangsel ini kebanyakan adalah kaum urban yang tinggal di Tangsel, tetapi rata-rata bekerjanya di Jakarta. MRT lebih tepat ketimbang LRT,” ungkapnya. (Hasan Kurniawan/Yan Yusuf)
Ungkapan itu dilontarkan langsung Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dan Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar. Menurut mereka, setelah kajian Feasibility Study (FS) yang akan dibuat pihak MRT selesai dilakukan, baru bisa dipastikan moda transportasi akan dikembangkan sampai Tangsel.
“Itu bantuan dari Pemprov DKI untuk Pemkot Tangsel. Kami juga membahas usulan perpanjangan rute MRT dari Lebak Bulus ke Ciputat dan sudah disepakati. PT MRT Jakarta akan bertindak sebagai pemrakarsa. Diharapkan tahun ini FS atau studi kelayakannya sudah bisa diselesaikan,” kata Sandiaga, kemarin.
Dijelaskan dia, jika kajian FS selesai dilakukan, proyek pembangunan MRT atau LRT di Kota Tangsel itu sudah bisa dikerjakan pada 2019.
“Pemprov DKI dan Pemkot Tangsel menginginkan agar Jalan Cirendeu Raya bisa dilebarkan. Sebab ruas jalan tersebut banyak dilintasi warga yang bekerja di Jakarta,” katanya. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menambahkan, sebelum menentukan meneruskan pembangunan MRT, pihaknya akan melakukan kajian mendalam terlebih dahulu.
Jika dalam kajian itu memungkinkan membangun MRT, maka tahun depan megaproyek tersebut akan dilanjutkan hingga Tangsel.
“Kami perlu melakukan beberapa survei, termasuk studi kelayakan jalur selatan. Karena MRT bisa dibangun bila jumlah penumpangnya 100.000 orang per hari. Jika estimasi penumpangnya hanya mencapai 40 orang per hari, maka solusi yang ditawarkannya adalah LRT atau Bus Rapit Transit (BRT),” katanya.
Meski demikian, pihaknya belum bisa membeberkan mengenai FS tersebut. Sebab proses FS untuk MRT itu masih dikaji tim internalnya.
“PT MRT masih perlu penjelasan kira-kira jalur mana yang akan digunakan nanti. Kemudian potensi bisnis Tangsel bisa dikembangkan atau tidak? Tergantung FS-nya,” katanya. Dia menjelaskan, proyek strategis nasional itu dibangun sejak Oktober 2013 lalu.
Dimulai dengan pembuatan struktur jalur layang sepanjang 9.810 meter dan dilakukan dengan membangun viaduct yang terhubung dengan tiang kolom terdiri dari lima bagian, yaitu struktur fondasi, pile cap, pier column, pierhead, dan box girder.
Adapun hingga 25 Oktober 2017, perkembangan konstruksi MRT Jakarta baru mencapai 83,07% dengan rincian struktur layang sebesar 74,64% dan struktur bawah tanah sebesar 91,57%.
Sedikitnya ada 13 stasiun sedang dibangun untuk moda kereta api cepat ini dan sedang proses pengerjaan. “Ada 13 stasiun yang sedang dibangun saat ini, yakni tujuh stasiun layang di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja, serta enam stasiun bawah tanah di Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia (HI),” kata William Sabandar.
Sementara itu, Tomi (35), warga Pamulang mengatakan, jika warga Tangsel disuruh memilih antara MRT dan LRT, maka pilihan pertama jatuh pada MRT. Sebab Tangsel merupakan daerah yang sedang berkembang, baik dari segi pembangunannya terus tumbuh maupun dari segi manusianya.
“Kalau disuruh memilih MRT atau LRT, jelas jawabnya adalah MRT. Karena itu sangat dibutuhkan warga Tangsel, terutama yang bekerja di Jakarta. Masyarakat Kota Tangsel ini kebanyakan adalah kaum urban yang tinggal di Tangsel, tetapi rata-rata bekerjanya di Jakarta. MRT lebih tepat ketimbang LRT,” ungkapnya. (Hasan Kurniawan/Yan Yusuf)
(nfl)